Petugas mengenakan masker kepada seorang pengguna kendaraan saat Operasi Patuh Lodaya di Bunderan Binokasih, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Sabtu (25/7). | ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI

Tajuk

Menanti Strategi Baru Lawan Covid

Prioritas utama yang harus dilakukan pemerintah adalah menghentikan penyebaran penyakit tersebut.

Setelah 100 ribu kasus positif Covid-19 dialami oleh bangsa ini, lalu apa? Faktanya, penyebaran virus ini semakin cepat. Amat cepat malah. Vaksin belum tersedia. Obat pun masih menumpang milik penyakit lain. Fasilitas kesehatan terbatas. Tenaga kesehatan terus jadi korban. Sebagian warga pun terus abai, tak menghiraukan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, menjaga jarak, hingga menyebar isu Covid-19 adalah hoaks.

Indonesia membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk mencapai angka 40 ribu kasus positif, sejak kasus pasien 1 ditemukan di Depok. Namun, setelah itu pemerintah terlihat amat sukar mengerem penyebaran virus. Sejak Mei-Juli, perlipatan kasus positif harian tak terkendali. Positive rate statistic pun masih di atas ambang batas internasional Badan Kesehatan Dunia (WHO). 

Akibatnya, Indonesia hanya membutuhkan 60 hari untuk menyentuh angka psikologis kasus positif 100 ribu kasus. Sekarang situasinya malah penyebaran stabil di atas 1.300 kasus positif per hari. DKI Jakarta bisa dibilang daerah yang paling berbahaya saat ini di Indonesia. Karena secara penyebaran kian banyak, di atas 300-400 orang per hari. 

 
Segala kebijakan difokuskan pada upaya mengerem laju orang yang terkena Covid-19. Sebab, semakin banyak warga yang terkena maka dampak kesehatan, ekonomi, juga sosialnya semakin luas dan besar.
 
 

Mengapa kita amat perlu mengkhawatirkan situasi 'penyebaran' Covid-19 ini? Bukankah Indonesia sudah menyentuh titik kurva pasien yang sembuh lebih banyak daripada orang yang terjangkit? Selain itu, tren pasien yang dirawat di rumah sakit pun terus berkurang meski angkanya lamban. Pasien yang sembuh dengan isolasi mandiri pun kian banyak.

Begini: Pandemi adalah situasi saat wabah penyakit menyebar. Maka itu, prioritas utama yang harus dilakukan pemerintah adalah menghentikan penyebaran penyakit tersebut. Segala kebijakan difokuskan pada upaya mengerem laju orang yang terkena Covid-19. Sebab, semakin banyak warga yang terkena maka dampak kesehatan, ekonomi, juga sosialnya semakin luas dan besar.

Analoginya sederhana: Di lingkungan kita sendiri, seandainya makin banyak tetangga kita yang terkena Covid-19, seharusnya kita menjadi amat waspada. Bila awalnya hanya tetangga di ujung yang kena lalu menjangkit ke sebelahnya. Terus tak terkendali sehingga tetangga di samping rumah kita kiri dan kanan jadi korban. 

Apakah kita akan senang melihat situasi seperti ini? Jelas tidak! Kita bisa saja di rumah terus-menerus berbicara tentang keberhasilan kesembuhan pasien Covid-19. Namun, pada waktu yang sama, wabah sudah mengintai dari samping rumah kita. 

Karena itu, kita mendesak harus ada perubahan kebijakan penanggulangan Covid-19. Terutama harus ada upaya lebih keras lagi, lebih kreatif lagi, untuk menyadarkan publik akan pentingnya protokol kesehatan. Tegakkan sanksi hukum dan administrasi bagi yang melanggar protokol kesehatan. 

Harus ada pengetatan sosial kembali di daerah-daerah yang masih menjadi zona merah. Bila perlu, berlakukan kembali pengetatan sosial skala besar. Bukannya dilonggarkan saat angka kasus terus bertambah seperti di DKI Jakarta.

 
Semoga kita bisa membalikkan tren penyebaran Covid-19. Dengan begitu, kita akan melihat angka penyebaran terus berkurang hingga akhirnya nihil. 
 
 

Pada saat yang sama, kita terus mempercepat penelitian vaksin Covid agar tahap uji coba klinis terhadap manusia berhasil, dan produksi vaksin lebih cepat lagi. 

Kita khawatir, dengan situasi yang sama seperti ini, tanpa ada terobosan kebijakan dari pemerintah, pengetatan pembatasan sosial, pengabaian warga terhadap protokol kesehatan, tidak akan lama lagi kita bisa mencapai situasi kasus positif 200 ribu orang per hari. Katakanlah awal Oktober. 

Tentu saja kita berharap dan berdoa, hal di atas tidak terjadi.  Semoga kita bisa membalikkan tren penyebaran Covid-19. Dengan begitu, kita akan melihat angka penyebaran terus berkurang hingga akhirnya nihil. 

Kita menyambut baik rencana pemerintah untuk terus mengampanyekan protokol kesehatan. Kali ini melibatkan seluruh pihak, mulai dari tokoh daerah, pemuka agama, pemuka masyarakat, pakar antropolg, sosiolog, hingga psikolog. Artinya, pemerintah bersiap untuk tidak lagi kehilangan fokus. 

Ketua Satgas Penanggulangan Covid-19, Doni Monardo mengatakan, Presiden Joko Widodo meminta segera ada strategi komunikasi yang baru kepada masyarakat agar terus menaati protokol kesehatan. Tapi yang utama dan mendesak saat ini adalah memfokuskan kembali prioritas utama pemerintah dalam situasi pandemi, yakni mencegah makin banyak warga negara terjangkit Covid-19. Ini yang utama. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat