Suasana gedung-gedung bertingkat yang tertutup oleh kabut polusi di Jakarta, Selasa (25/7/2023). | Republika/Prayogi

Ekonomi

Langkah Indonesia Menekan Emisi Karbon

Indonesia tengah menyusun target yang lebih ambisius dalam mengurangi emisi GRK.

JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif membeberkan upaya Indonesia mengurangi emisi karbon saat menghadiri forum World Energy Congress (WEC) Ministrial Roundtable Meeting di Rotterdam, Belanda. Dalam forum tersebut, Arifin menegaskan bahwa Indonesia memiliki komitmen kuat dalam mendukung upaya global untuk mempercepat transisi energi.

Hal tersebut dibuktikan dengan target enhanced nationally determined contribution (e-NDC), yang telah disampaikan Indonesia kepada dunia internasional pada 2022.

"Dalam dokumen tersebut, Indonesia meningkatkan target penurunan emisi gas rumah kaca menjadi 32 persen, dari sebelumnya 29 persen dengan upaya sendiri, dan menjadi 43 persen melalui bantuan internasional, dari yang sebelumnya 41 persen," ujar Arifin dalam forum internasional yang berlangsung pada Rabu (24/4/2024) tersebut.

Pemerintah Indonesia, lanjut Arifin, saat ini tengah menyusun target yang lebih ambisius dalam mengurangi emisi GRK, yang nantinya akan disampaikan ke dunia internasional dengan dituangkan ke dalam dokumen NDC kedua. Hal itu menjadi bagian upaya Indonesia untuk terus meningkatkan komitmennya dalam mengatasi dampak perubahan iklim global.

photo
Teknisi memeriksa solar panel pada proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023). - (Republika/Putra M. Akbar)

Untuk mencapai target besar tersebut, Arifin menekankan bahwa diperlukan kesiapan dan ketersediaan sumber daya mineral kritis. Ia menyebut bahwa mineral kritis sangat diperlukan karena merupakan bahan dasar untuk elemen dalam teknologi bersih, seperti untuk panel surya dan lainnya.

"Hal itu sejalan dengan usaha Pemerintah Indonesia untuk mengurangi penggunaan sumber bahan bakar fosil dan meningkatkan pemanfaatan sumber energi yang berasal dari energi baru terbarukan (EBT)," kata dia.

Upaya lain yang dilakukan Indonesia untuk mencapai target pengurangan emisi adalah dengan mendorong pergeseran pemanfaatan mobil listrik untuk menggantikan mobil berbasis energi fosil, dengan menawarkan kemudahan kepemilikan dengan insentif yang menarik.

"Di sektor industri, inovasi untuk mengganti boiler konvensional dengan boiler listrik dan teknologi pompa panas dapat meningkatkan efisiensi energi sebesar 75-95 persen dan mengurangi emisi sebesar 20-60 persen. Juga mengintensifkan teknologi penangkapan dan penyimpanan CO2 dalam produksi hidrogen untuk industri baja dan petrokimia," terangnya.

Meski demikian, Arifin menyebut bahwa semua hal tersebut membutuhkan kolaborasi yang sangat luas, tidak hanya seluruh stakeholder di dalam negeri, namun juga membutuhkan kolaborasi antarnegara untuk mempercepat transisi menuju energi bersih.

"Kolaborasi tidak hanya didasarkan pada prinsip-prinsip perdagangan dan investasi, tetapi juga mempertimbangkan keuntungan antarpihak, dengan peningkatan industri lokal, konten lokal, penciptaan lapangan kerja, dan interkonektivitas regional serta pendanaan," sebut Arifin.

Pertemuan the 26th World Energy Congress diselenggarakan pada 22-25 April 2024 oleh World Energy Council bersama Ministry of Economic Affairs and Climate Policy Pemerintah Belanda. Tema kongres kali ini adalah "Redesigning Energy for People and Planet".

Mengenal Bursa Karbon - (Republika)

Forum WEC merupakan pertemuan energi global yang menghadirkan lebih dari 200 pembicara C-suite dan kurang lebih 70 menteri, serta lebih dari 7.000 pemangku kepentingan energi dunia guna memungkinkan dialog antarpemerintah tingkat tertinggi dan menyatukan dunia usaha dan komunitas untuk mewujudkan transisi energi yang lebih cepat, adil, dan terjangkau luas.

Lembaga think-thank Institute for Essential Services Reform (IESR) menilai target pada dokumen kontribusi nasional penurunan emisi kedua (SNDC) yang sedang disusun pemerintah, harus lebih ambisius agar selaras dengan komitmen dalam Perjanjian Paris.

“Temuan Inventarisasi Global (Global Stocktake) pertama di COP 28 yang menunjukkan bahwa masih terdapat kesenjangan target penurunan emisi global 20,3-23,9 gigaton setara karbon dioksida, harus menjadi pertimbangan target penurunan emisi di 2030 yang lebih ambisius,” kata Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa.

Menurut Fabby, berbeda dengan dokumen Peningkatan Target NDC (Enhanced NDC) pada 2022, penetapan target penurunan emisi pada dokumen SNDC tidak akan lagi diukur berdasarkan penurunan emisi dari skenario pertumbuhan dasar (business as usual). SNDC akan membandingkan pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) terhadap tahun rujukan (reference year) 2019, yang berbasis inventarisasi GRK.

Metode penetapan emisi ini dinilai akan lebih akurat dan berkontribusi terhadap target pengurangan emisi GRK global sebesar 43 persen pada 2030 dibandingkan emisi pada 2019. Menurut Fabby, pemutakhiran skenario yang tidak lagi berdasar pada business as usual dan beralih ke skenario yang mengacu pada reduksi emisi historis sebagai rujukan penetapan target, merupakan langkah maju. Pendekatan ini sesuai dengan rekomendasi yang disampaikan IESR pada 2023.

Menurut dia, salah satu aksi mitigasi yang dapat meningkatkan target penurunan emisi di SNDC berasal dari peningkatan bauran energi terbarukan. Agar selaras dengan upaya untuk menjaga kenaikan suhu bumi tidak melebihi 1,5 derajat celcius sesuai komitmen Perjanjian Paris, maka bauran energi terbarukan dalam energi primer perlu mencapai 55 persen di 2030.

Koordinator Kebijakan Iklim IESR Delima Ramadhani menyampaikan bahwa proyeksi emisi terbaru oleh Climate Action Tracker (CAT) terhadap Enhanced NDC menunjukan kenaikan emisi hingga 1,7- 1,8 giga ton setara karbon dioksida pada 2030. Jumlah emisi ini belum termasuk emisi dari sektor kehutanan dan lahan. Indonesia perlu menargetkan reduksi emisi 2030 pada kisaran 829-859 juta ton setara karbon dioksida untuk sejalan dengan target 1,5 derajat Celcius atau 970-1.060 juta ton setara karbon dioksida untuk target di bawah 2 derajat Celcius.

“Pemerintah perlu memasukkan aspek keadilan dan memberikan alasan mengapa target reduksi emisi yang tertera dalam SNDC ini dinilai sebagai bagian yang adil dari kontribusi Indonesia dalam upaya mitigasi iklim global. Dengan demikian, dapat terlihat apabila SNDC sudah mencerminkan ‘ambisi tertinggi paling memungkinkan’ (highest possible ambition) dalam pengurangan emisi,” kata dia.

photo
Pekerja memeriksa panel-panel surya dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di atap pabrik Danone-AQUA Mambal di Badung, Bali, Rabu (31/8/2022). - (ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo)

IESR juga menyoroti perlunya penekanan aspek keadilan dan tata kelola yang baik pada dokumen SNDC. Aspek keadilan dan transparansi ini perlu tercermin pada proses penyusunan SNDC yang memuat di antaranya praktik baik, relevan dengan keadaan nasional, keterlibatan institusi dalam negeri dan partisipasi publik.

Pemerintah Indonesia merencanakan untuk menyampaikan Second NDC pada Agustus 2024. Berdasarkan mandat Perjanjian Paris setiap negara harus menyampaikan Second NDC paling lambat bulan Maret 2025. Namun Indonesia merencanakan untuk menyampaikannya lebih awal pada Agustus 2024.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat