Poster Film Sandiwara Sastra | Dok Titimangsa Foundation

Geni

Menikmati Sandiwara Sastra di Radio

Sandiwara Sastra hanya langkah kecil, tapi bisa memberi spektrum lebih luas.

Oleh SHELBI ASRIANTI

OLEH SHELBI ASRIANTI

Deretan novel dan cerpen karya penulis kenamaan Tanah Air dialihwahanakan menjadi wujud audio dengan pengisi suara para pesohor. Program bernama Sandiwara Sastra ini menawarkan cara menarik menyimak karya sastra Indonesia.

Inisiatif besutan Titimangsa Foundation, KawanKawan Media, dan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbud RI itu bisa disimak sejak Rabu (8/7) pukul 17.00 WIB. Penikmat seni dapat mengaksesnya lewat podcast @budaya kita serta akan disiarkan di stasiun radio RRI.

Menurut Dirjen Kebudayaan Kemdikbud RI Hilmar Farid, sandiwara radio pernah menjadi primadona pada masa kejayaannya. Saat ini, dia mendapati karya dalam wujud serupa makin populer, yakni siaran webinar yang kian diminati banyak kalangan.

Platform tersebut bisa dimanfaatkan untuk lebih membumikan karya sastra. Menurut Hilmar, proses ini demikian penting karena merupakan bentuk pelestarian dan menghidupkan kembali sastra, yang berperan penting dalam membentuk karakter bangsa.

Hilmar berpendapat, karya sastra akan disukai jika dikenal. Dia berharap publik bisa jauh lebih mengenal karya sastra Indonesia. Sandiwara Sastra sekaligus menjadi bagian dari program Belajar dari Rumah Kemendikbud RI pada masa pandemi Covid-19.

photo
Poster Film Sandiwara Sastra - (Dok Titimangsa Foundation)

"Berharap karya sastra bisa masuk dalam keseharian, makin banyak orang menemukan nilai, perumpamaan dari karya sastra kita sendiri," kata Hilmar pada konferensi pers virtual yang disimak di Jakarta, Senin (6/7).

Sandiwara Sastra diproduseri oleh Happy Salma dari Titimangsa Foundation dan Yulia Evina Bhara dari KawanKawan Media. Sutradara Gunawan Maryanto mengarahkan para aktor dan aktris lintas generasi dari jarak jauh, lintas kota, bahkan negara.

Sejauh ini tim telah merampungkan alih wahana dari enam karya sastra yang siap mengudara. Setiap pekan satu episode berdurasi 30 menit bisa didengarkan oleh penikmat seni. Sementara, empat novel dan cerpen lain sedang dalam proses adaptasi.

Produksi karya yang telah selesai, yaitu adaptasi novel Ronggeng Dukuh Paruk (Ahmad Tohari), novel Helen dan Sukanta (Pidi Baiq), serta novel Lalita (Ayu Utami). Adaptasi lain termasuk cerpen Berita dari Kebayoran (Pramoedya Ananta Toer), cerpen Kemerdekaan (Putu Wijaya), dan cerpen Mencari Herman (Dewi Lestari).

photo
Happy Salma. Sandiwara Sastra diproduseri oleh Happy Salma dari Titimangsa Foundation dan Yulia Evina Bhara dari KawanKawan Media - (Dok pri)

Sementara, empat karya masih dalam proses dan perekamannya belum berlangsung. Ada novel Orang-Orang Oetimu (Felix K Nesi), cerpen Persekot (Eka Kurniawan), novel Layar Terkembang (Sutan Takdir Alisjahbana), dan cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan (Umar Kayam).

Inisiator dan produser program, Happy Salma, tidak menampik Sandiwara Sastra merupakan upaya membuka kemungkinan agar sastra bertemu publik yang lebih luas. Utamanya generasi muda seperti pelajar dan mahasiswa bisa semakin akrab dengan sastra.

Karya sastra disebutnya sangat penting sebab merupakan jalinan cerita yang melibatkan banyak aspek. Kisah dan para tokohnya punya makna mendalam serta dokumentasi penting mengenai bahasa, sejarah, sosiologi, antropologi, juga politik.

Sandiwara Sastra hanya langkah kecil, tapi diyakini bisa memberikan spektrum yang lebih luas. "Pilihan audio pun penting karena mendengarkan adalah kepekaan yang perlu dibangun dan terus dilatih," ujar Happy.

photo
Najwa Shihab. Sandiwara Sastra hanya langkah kecil, tapi bisa memberi spektrum lebih luas - (Dokpri)

27 suara pesohor

Terdapat total 27 figur publik yang terlibat dalam program Sandiwara Sastra. Nama-nama itu, di antaranya Christine Hakim, Arswendy Bening Swara, Lukman Sardi, Maudy Koesnaedi, Marsha Timothy, Vino G Bastian, Nicholas Saputra, Reza Rahadian, Najwa Shihab, Iqbaal Ramadhan, Jefri Nichol, Chelsea Islan, dan Pevita Pearce.

Dari deretan nama yang terlibat, salah satu sosok mencolok adalah Najwa Shihab. Wartawan senior itu mengaku baru pertama kali terlibat dalam sandiwara radio. Najwa yang biasanya membaca berita atau memandu acara kini menjajal pengalaman menjadi pengisi suara.

Dia menghidupkan karakter Aminah, tokoh utama di cerpen Berita dari Kebayoran karya Pramoedya Ananta Toer. Menurut Najwa, kisah pascakemerdekaan mengenai perempuan yang terusir dari kampungnya di Kebayoran itu sungguh tragis, tapi Pram mengemasnya dengan indah.

Perempuan yang biasa dipanggil Nana itu hanya berlatih selama tiga kali. Dalam adaptasi cerita tersebut, dia berkarya bersama Mathias Muchus, Chicco Jerikho, dan Lulu Tobing. Nana banyak belajar dari kawan-kawan senimannya.

"Ditemani aktor-aktor senior ini, saya belajar mendalami karakter, menempatkan ruang dan masa tertentu, membedakan intonasi untuk setiap emosi, dan bagaimana menciptakan atmosfer cerita," ujar Nana.

photo
Chelsea Islan - (Dokpri)

Tantangan peran pun dirasakan aktris Chelsea Islan. Perempuan 25 tahun itu harus mengisi suara karakter yang jauh melampaui usianya. Chelsea menghidupkan karakter Lalita, yang berusia sekitar 40 tahun, dari novel karya Ayu Utami.

Karena perbedaan umur yang jauh, Chelsea harus melakukan olah vokal, dengan dibantu oleh sutradara Gunawan Maryanto. Pada cerita Lalita, Chelsea berkolaborasi dengan aktor Jefri Nichol yang menjadi narator serta aktor Oka Antara.

Lalita adalah perempuan indigo yang diceritakan pernah hidup dalam beberapa waktu berbeda. Keyakinan Lalita pernah hidup pada abad silam membuatnya punya banyak pengetahuan tentang sejarah dan budaya Indonesia, termasuk Candi Borobudur.

"Menurut aku Sandiwara Sastra bisa buat kita mengenal sastra dan budaya Indonesia lebih dekat," kata Chelsea. Dia pun senang karena cerita mengusung pemberdayaan perempuan.

photo
Iqbaal Ramadhan. Program Sandiwara Sastra sangat relevan dengan kondisi kekinian  - (Abdan Syakura_Republika)

Aktor Iqbaal Ramadhan yang tengah menempuh studi di Melbourne, Australia, tidak ketinggalan menjadi pengisi suara. Untuk pertama kalinya Iqbaal tidak memerankan tokoh manusia, tetapi mengisi suara burung perkutut.

Burung perkutut di cerpen Kemerdekaan karya Putu Wijaya itu dikisahkan bisa berbicara seperti layaknya manusia. Akan tetapi, ada suara-suara khas yang tetap harus ditirukan supaya pendengar yakin itu adalah tokoh burung.

Menurut Iqbaal, program Sandiwara Sastra sangat relevan dengan kondisi kekinian. Dia mendapati banyak generasi muda seusianya kerap menyimak webinar atau belajar dari buku audio karena alasan kepraktisan, mengingat medium itu bisa diakses sambil melakukan hal lain.

"Seratus persen super-interesting. Adanya alih wahana dalam bentuk podcast ini bisa membuat ketertarikan baru untuk mengenal sastra," kata Iqbaal yang terkenal sebagai Dilan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat