Pejuang dari Brigade Ezz-Al Din Al Qassam, yang merupakan pasukan bersenjata dari gerakan Hamas Palestina, berpatroli sambil membagikan makanan dan air untuk puasa pada bulan suci Ramadhan di timur Kota Gaza, Jalur Gaza, Selasa (12/5). Umat Muslim di selu | EPA-EFE / SABER MOHAMMED

Inovasi

Teknologi dan Dinamika Dunia

Meningkatnya penggunaan teknologi telah membantu mendemokratisasikan informasi.

Teknologi berpotensi memainkan banyak peran dalam kehidupan, termasuk dalam membantu menciptakan perdamaian dunia. Direktur Program Jurnalis dan Etika Media Universitas Santa Clara, Subbu Vincent, menjelaskan, selalu ada dasar optimisme terkait dengan bagaimana teknologi memberi dampak positif bagi manusia.

Menurut Vincent, teknologi telah digunakan sebagai kekuatan positif dan membantu memobilisasi orang. “Namun, teknologi juga telah digunakan untuk menyebarkan kebohongan, disinformasi dan kebencian, memperkuat teori konspirasi, menabur perselisihan, dan memecah belah orang,” ujarnya, dikutip dari Aljazirah.

Penggunaan teknologi, Vincent melanjutkan, sangat bergantung pada seseorang yang menggunakannya. Di tangan orang yang baik, teknologi bisa digunakan untuk kebaikan. “Di tangan orang yang buruk, itu akan digunakan untuk yang buruk.” ujarnya.

Ia menambahkan, tidak ada yang pernah mempertanyakan kebaikan yang datang dari teknologi karena kebanyakan mengharapkan hal tersebut. Vincent pernah melihat ini di India, ketika teknologi e-go vernancedan teknologi open source, serta transparansi melalui pemerintah lokal, dapat benar-benar membantu meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

Di sisi lain, penggunaan media sosial juga dirasa banyak menimbulkan banyak hal negatif. Kita tahu platform media sosial membuat sudut pandang kita lebih buruk karena cara kita menyukai, membagikan, dan mencuit ulang (retweet--Red), serta secara emosional menanggapi segala sesuatu yang menciptakan polarisasi, kata Vincent.

Sementara itu, praktisi intelijen Allison Puccioni mengatakan, meningkatnya penggunaan teknologi telah membantu mendemokratisasikan informasi sehingga pada akhirnya akan membantu menciptakan dunia yang lebih adil.  

Hari ini, kita bisa mengakses beragam informasi dari ponsel, yang dulu hanya di tangan eselon paling rahasia dari badan intelijen elite.

ALLISON PUCCIONI, Praktisi Intelijen  

Beberapa tahun lalu, ia bekerja di perusahaan yang menugaskannya bekerja dengan citra satelit, video YouTube, Twitter, dan berbagai informasi sumber terbuka lainnya, untuk melacak kelompok bersenjata Nigeria Boko Haram.

Puccioni mengungkapkan, informasi semacam itu sebelumnya mungkin hanya menjadi bagian dari badan intelijen. Namun, masih ada saja tantangan yang diciptakan oleh teknologi. Menurut dia, ketersediaan informasi untuk audiens yang lebih besar adalah hal baik dalam jangka panjang.

Perang dan Militer

photo
Tangkapan citra satelit menunjukkan pulau buatan Cina di Laut Cina Selatan, beberapa waktu lalu. Pulau tersebut dikhawatirkan bertujuan sebagai pangkalan militer. - (AP Photo)

Pada era digital seperti sekarang, hadirnya otomasi dan kecerdasan buatan kerap dikaitkan dengan pemanfaatannya untuk dunia militer. Mantan direktur media and outreachuntuk Future of Life Institute, Ariel Conn, percaya teknologi mungkin telah menciptakan krisis eksistensial bagi manusia.

Ia menunjukkan hubungan antara teknologi dan peperangan serta bagaimana sepanjang sejarah panjang teknologi yang selama ini telah digunakan untuk membawa kehancuran besar. “Sayangnya perang jauh lebih menguntungkan daripada perdamaian,” kata Conn.

Sudah ada berbagai catatan sejarah mengenai hubungan antara teknologi dan peperangan. Contohnya, teknologi pesawat terbang maju secara signifikan selama Perang Dunia I dan II, juga atom dan pengembangan teknologi nuklir.

Selain itu, komputer juga benar-benar dimulai karena Perang Dunia II dan semakin maju secara signifikan karena Perang Dingin. Bahkan, teknologi yang menguntungkan saat ini, seperti komputer, sistem pemosisi global (GPS), dan satelit, semuanya mengalami kemajuan selama Perang Dingin.

Menurut Conn, orang mungkin akan merasa ketakutan karena berada di ambang kompetisi senjata baru, yaitu kecerdasan buatan dan senjata otonom mematikan. Ia mengatakan, memang tidak semua teknologi berkaitan dengan militer. Namun, itu tidak berarti teknologi baru ini tidak berbahaya.

Dalam banyak kasus, ketika pengembang mulai berkompetisi untuk meluncurkan proyek terlebih dahulu, mereka mengabaikan potensi dampak negatif dari teknologi yang mereka kembangkan. “Kami sudah melihat contoh ini dengan masalah yang timbul di media sosial, seperti deep fake, bias algoritmik, dan perangkat lunak pengenal wajah. Ketika teknologi ini digunakan dengan jahat, itu tidak hanya menyakiti orang-orang yang menggunakannya,” ujar Conn.

Kehidupan lebih baik di wilayah konflik

Sentuhan teknologi dapat memberi dampak yang begitu berarti ketika digunakan di wilayah yang dirundung konflik. Koordinator Media Sosial di Gaza, Dalia Shurrab, mengungkapkan, selama ini ia menggunakan internet dan teknologi untuk terhubung ke dunia luar.

Shurrab memiliki banyak kesempatan untuk berbicara untuk mewakili rakyat lainnya dan untuk mengekspresikan pendapatnya. Selama ini, ia bekerja untuk Gaza Sky Geeks (GSG), pusat teknologi di Kota Gaza yang membantu para warga pemula untuk mengembangkan bisnis.

Bersama rekan-rekannya, ia pun memprakarsai platform mereka, Skylancer Online, untuk membantu orang-orang seperti warga Gaza yang hidup dalam situasi sulit. Termasuk untuk mulai belajar bagaimana menjadi pekerja lepas yang baik dengan menggunakan berbagai platform freelance, dan berburu pekerjaan melalui platform media sosial, seperti Linkedindan Twitter.

Sementara itu, aktivitis Uighur berbasis Amerika Serikat (AS), Tahir Imin, menunjukkan bagaimana kurangnya peraturan telah menyebabkan pelanggaran privasi dan teknologi yang digunakan untuk pengawasan massal.

Namun, terlepas dari kritiknya terhadap organisasi teknologi, Imin mengaku optimistis tentang masa depan teknologi yang juga telah membantunya untuk menyampaikan suara Muslim Uighur kepada audiens di seluruh dunia. Termasuk juga, untuk meningkatkan kesadaran seputar isu-isu tersebut.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat