ILUSTRASI Salah satu tanda melalaikan utang dengan sengaja ialah menghindar dan gemar berbohong. Mangkir dari membayar utang cenderung pada dosa. | DOK RAWPIXEL

Tuntunan

Jangan Lalai Bayar Utang

Di antara tanda melalaikan utang adalah sengaja menghindar, mangkir dari janji, dan gemar berbohong.

Islam mengajarkan pentingnya sikap bertanggung jawab. Salah satu wujud perilaku itu adalah bersedia memenuhi kewajiban yang sudah ditentukan atau disepakati. Bagi pihak debitur, misalnya, keharusan itu dapat berarti membayar utang tepat pada waktunya.

Islam membolehkan umat untuk berutang guna memenuhi kebutuhan. Namun, meminjam dana dari pihak atau orang lain bukanlah sebuah gaya hidup. Di antara pelbagai doa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW adalah “Allahumma inni a'uudzu bika min al-ma'tsami wa al-maghram.” Artinya, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari berbuat dosa dan lilitan utang.”

Hindari berdusta

Suatu ketika, Nabi SAW ditanya mengenai doa dengan kalimat tersebut. “Wahai Rasulullah, mengapa engkau banyak meminta perlindungan kepada Allah dari perkara utang?” ujar seorang sahabat. Maka beliau menjawab dengan tegas, “Sungguh, seorang apabila sedang berutang ketika berbicara biasanya berdusta dan bila berjanji sering mengingkarinya.”

Maka dari itu, disiplin dalam membayar utang dapat menghindarkan seseorang dari tabiat gemar berbohong. Dengan memenuhi kewajiban yang ada, ia tidak hanya melegakan hatinya sendiri, melainkan juga orang lain, yakni yang memberikan pinjaman kepadanya.



Jauhi dosa

Rasulullah SAW sudah mengingatkan umatnya. Ketika mereka berutang, segeralah lunasi kewajiban tersebut. Jika seseorang sengaja melambat-lambatkan pembayaran utang, sungguh ia telah melakukan dosa. “Barangsiapa yang mengambil harta manusia (berutang) dengan niat ingin melunasinya, maka Allah akan (memudahkan) melunaskannya. Dan barangsiapa yang berutang dengan niat ingin merugikan seseorang (si pemberi utang), Allah akan membinasakannya,” sabda Nabi SAW.

Ada pula sebuah kisah ketika Rasul SAW sempat tidak mau menshalati jenazah seorang Mukmin yang gugur di medan jihad. Sebab, almarhum diketahui masih memiliki utang. Demikianlah isyarat tentang beratnya dosa melalaikan pembayaran utang.

Ingat kerugian

Boleh jadi, seseorang yang sengaja mengabaikan pembayaran utang merasa untung. Sebab, ia seperti mendapatkan dana “gratis” dengan jalan menolak tagihan terus menerus. Namun, kelak dirinya termasuk golongan yang sangat merugi di Hari Pengadilan.

Di akhirat, orang yang berutang akan diambil pahala-pahala kebaikan yang telah dilakukannya di dunia. Ganjaran kebajikan itu lalu diberikan kepada orang yang dahulu memberikannya utang. Jika pahala-pahalanya habis, maka keburukan-keburukan dari orang yang berpiutang dilimpahkan kepada orang yang berutang.

photo
ILUSTRASI Utang - (dok pxhere)

Adab berutang

Islam begitu menekankan pentingnya adab dalam kehidupan. Bahkan, dalam sebuah hadis Nabi Muhammad SAW menegaskan, "Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kesalehan akhlak."

Dalam berutang pun, ada adabnya. Muhammad Abdul Wahab dalam buku Berilmu Sebelum Berutang menjelaskan, orang yang akan berutang sebaiknya mengetahui kapasitas finansial atau sumber penghasilannya. Dengan demikian, ia bisa yakin betul mampu untuk nanti membayar utangnya.

Islam menganjurkan agar umatnya tidak berutang sebelum benar-benar memahami bahwa yang bersangkutan akan mampu melunasinya di kemudian hari. Jadi, jangan sembarangan mengambil pinjaman.

Berutang tanpa perhitungan yang matang tidak dapat dibenarkan. Islam mengajarkan, perkara utang-piutang bukanlah soal yang sepele. Utang yang dipinjam sejatinya adalah hak orang lain yang harus dikembalikan.

Menyepelekan pelunasan utang sama saja dengan menyepelekan hak orang lain. Padahal, urusan antar-sesama manusia tidak hanya berhenti di dunia, melainkan akan berlanjut ke pengadilan akhirat kelak.

Selanjutnya, orang yang berutang juga perlu mencatat utangnya. Bahkan, adab ini diperintahkan oleh Allah secara detail di dalam Alquran, yakni surah al-Baqarah ayat ke-282.

photo
ILUSTRASI Alquran - (dok pexels)

Artinya, "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya, maka hendaklah dia menuliskan.

Dan hendaklah orang yang berutang itu mendiktekan, dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikit pun daripadanya. Jika yang berutang itu orang yang kurang akalnya atau lemah (keadaannya), atau tidak mampu mendiktekan sendiri, maka hendaklah walinya mendiktekannya dengan benar. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki di antara kamu.

Jika tidak ada (saksi) dua orang laki-laki, maka (boleh) seorang laki-laki dan dua orang perempuan di antara orang-orang yang kamu sukai dari para saksi (yang ada), agar jika yang seorang lupa, maka yang seorang lagi mengingatkannya. Dan janganlah saksi-saksi itu menolak apa-bila dipanggil. Dan janganlah kamu bosan menuliskannya, untuk batas waktunya baik (utang itu) kecil maupun besar.

Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat menguatkan kesaksian, dan lebih mendekatkan kamu kepada ketidakraguan, kecuali jika hal itu merupakan perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak menuliskannya.

Dan ambillah saksi apabila kamu berjual beli, dan janganlah penulis dipersulit dan begitu juga saksi. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sungguh, hal itu suatu kefasikan pada kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."

Terakhir, jangan sampai terjerumus pada riba. Betapa banyak kini tawaran-tawaran yang tampaknya menggiurkan dari pihak-pihak yang ingin meminjamkan uang dengan bunga. Tidak hanya menjerat dan mempersulit hidup, praktik riba pun merupakan dosa yang amat besar.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Ambil Langkah Kanan

Dalam bahasa Indonesia, nasib mujur diistilahkan sebagai langkah kanan.

SELENGKAPNYA

Jauhi Sikap Menunda-nunda

Jadikan dunia ini sebagai ladang untuk segera beramal kebajikan dan meningkatkan takwa.

SELENGKAPNYA

Mengkritik Israel bukan Kebencian pada Agama

Tokoh Muslim AS dari Indonesia mengecam peraturan yang mengkriminalkan pengkritik Israel.

SELENGKAPNYA