ILUSTRASI Berjalan untuk menunaikan kebaikan. | dok pxhere

Tuntunan

Ambil Langkah Kanan

Dalam bahasa Indonesia, nasib mujur diistilahkan sebagai langkah kanan.

Siapapun insan ingin menjadi beruntung. Islam mengajarkan berbagai kriteria orang-orang yang beruntung. Misalnya adalah mereka yang menyeru pada kebajikan dan sekaligus mencegah kemungkaran (amar ma’ruf nahi munkar), seperti disebut dalam surah Ali Imran ayat ke-104. Contoh lainnya adalah golongan Mukmin yang selalu menjaga shalat, dijelaskan dalam al-Hajj ayat ke-77.

Dalam bahasa Indonesia, nasib mujur diistilahkan dengan "langkah kanan." Umpamanya, seseorang yang mendapatkan rezeki tak terduga. Berarti, ia telah melangkah kanan. Tentu saja, keberuntungan melibatkan banyak faktor. Minimal, diri telah berbuat walaupun hanya dengan melangkahkan kaki.

Berislam

Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW menegaskan perihal kemujuran. Beliau bersabda, “Sungguh telah beruntung orang yang memeluk Islam.” Ya, keimanan adalah perkara utama yang menjadi faktor keberuntungan, di dunia maupun akhirat kelak.

Dalam surah Ali Imran ayat ke-102, Allah berfirman, yang artinya, “Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” Maka dalam menjalani kehidupan, seorang Mukmin hendaknya teguh mempertahankan iman dan Islam. Jangan sampai pernak-pernik duniawi justru menjauhkan diri dari komitmen berislam.

photo
ILUSTRASI Rezeki. - (DOK PXHERE)

Peroleh rezeki

Dalam hadis yang sama, Rasulullah SAW juga menyatakan, orang Muslim yang telah dikaruniai rezeki yang cukup adalah beruntung. Islam mengajarkan bahwa konsep rezeki tidak melulu berkaitan dengan materi. Bahkan, pemberian yang paling berharga dari Allah SWT justru acap kali tidak tampak mata.

Nikmat paling besar adalah Islam dan iman. Tanpa keduanya, seluruh usia di dunia ini hanyalah sia-sia, khususnya begitu ajal menjelang. Maka, jadikanlah syukur sebagai jalan kehidupan. Dalam Ihya Ulum ad-Din, Imam al-Ghazali mengatakan, hakikat syukur adalah menghayati bahwa hanya Allah satu-satunya pemberi nikmat.

Sifat rela

“Sungguh beruntung orang yang memeluk Islam, dikaruniai rezeki yang cukup dan Allah menjadikannya bersifat qanaah atas nikmat yang diberikan-Nya kepadanya” (HR Muslim). Yang dimaksud dengan qanaah adalah rela menerima apa-apa yang telah dikaruniakan. Kanaah dapat pula diartikan sebagai merasa cukup.

Karakteristik itu lahir dari kesadaran diri sebagai hamba Allah. Seseorang yang kanaah meyakini bahwa Allah telah menetapkan rezeki pada tiap-tiap makhluk-Nya. Maka, jangan khawatir. Tidak perlu pula dengki kala melihat kebahagiaan orang lain. “Sungguh, Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki)” (QS al-Isra: 30).

photo
ILUSTRASI Untuk menjadi manusia yang taat kepada Allah SWT diperlukan kesungguhan dan rasa sabar. - (DOK REP Thoudy Badai)

Taat kepada Allah

Sejatinya, orang yang benar-benar beruntung di antara hamba-hamba Allah SWT adalah mereka yang Allah beri petunjuk untuk beribadah kepada-Nya dengan ilmu dan pemahaman. Golongan ini juga bertakwa kepada Allah Ta'ala serta menjaga dirinya dari kecenderungan terjerumus pada kemaksiatan--baik dalam hal niat, perkataan, maupun perbuatan, dirahasiakan maupun terbuka.

Orang yang benar-benar beruntung adalah yang mengetahui dan yakin bahwa kemuliaan dan kehormatannya hanya ada dalam ketaatan kepada Allah SWT, mematuhi syariat-Nya, berpegang teguh pada perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan menghiasi seluruh aspek kehidupan dengan petunjuk agama yang benar.

Allah berfirman.

وَلَا تَسۡتَوِى الۡحَسَنَةُ وَ لَا السَّيِّئَةُ ؕ اِدۡفَعۡ بِالَّتِىۡ هِىَ اَحۡسَنُ فَاِذَا الَّذِىۡ بَيۡنَكَ وَبَيۡنَهٗ عَدَاوَةٌ كَاَنَّهٗ وَلِىٌّ حَمِيۡمٌ

Artinya, "Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan an-tara kamu dan dia akan seperti teman yang setia" (QS Fussilat: 34).

Ibnu 'Abbas berkata bahwa pada ayat ini, Allah memerintahkan kepada manusia agar berlaku sabar ketika marah, penyantun terhadap orang yang bodoh, dan memaafkan kesalahan orang. Jika seseorang mengerjakan yang demikian, Allah akan memelihara mereka dari setan, dan musuh-musuh mereka akan tunduk dan patuh kepada mereka.

Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki mencela Qunbur, seorang bekas budak Ali bin Abi Thalib. Belakangan, sepupu Rasulullah SAW mengetahui perihal keadaannya. Maka ia pun memanggil dan menasihatinya, "Wahai Qunbur, tinggalkanlah orang yang mencelamu itu. Biarkanlah ia. Semoga Allah Yang Maha Penyayang meridhaimu, dan setan menjadi marah."

Menurut Muqatil., ayat ini turun berhubungan dengan Abu Sufyan, yang semula adalah seorang yang amat memusuhi Islam. Akan tetapi, Nabi SAW selalu bersikap baik dan sabar kepadanya. Akhirnya, Abu Sufyan pun menjadi luluh hatinya. Ia kemudian berislam dan menjadi salah satu sahabat beliau.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Jauhi Sikap Menunda-nunda

Jadikan dunia ini sebagai ladang untuk segera beramal kebajikan dan meningkatkan takwa.

SELENGKAPNYA

Mengkritik Israel bukan Kebencian pada Agama

Tokoh Muslim AS dari Indonesia mengecam peraturan yang mengkriminalkan pengkritik Israel.

SELENGKAPNYA

Mahasiswa Universitas Columbia: Pemerintah Gagal Atasi Kebencian Anti Palestina

Dua pekan terakhir ini penuh gejolak, ditandai dengan penangkapan massal terhadap pengunjukrasa mahasiswa.

SELENGKAPNYA