Hikmah | Republika

Hikmah

Progresif dengan Bersyukur

Kehidupan dunia ini hakikatnya sangat sederhana untuk menjadi pribadi yang progresif.

Oleh IMAM NAWAWI

OLEH IMAM NAWAWI

Kehidupan dunia ini hakikatnya sangatlah sederhana untuk menjadi pribadi yang progresif dan bahagia di dalam banyak kebaikan berupa ibadah maupun amal saleh. Sebab, segala kebaikan yang dilakukan sebagai wujud terima kasih (syukur) kepada-Nya tidaklah dilakukan oleh seorang hamba melainkan Allah pasti akan menambahkan nikmat yang lebih baik, lebih indah, dan tentu saja lebih membahagiakan.

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS Ibrahim [14]: 7).

Nikmat di sini tentu saja yang paling mendasar dan sangat tak ternilai harganya adalah nikmat iman dan nikmat Islam. Selanjutnya adalah nikmat waktu, sehat, kekuatan, kecerdasan, persaudaraan, kekayaan, dan segala hal yang memudahkan diri hidup sangat dinamis dan progressif, termasuk di dalamnya nikmat teknologi.

Apabila nikmat itu semua ada di dalam diri seseorang, lantas ia sikapi dengan antusias sungguh-sungguh dalam ibadah, amal saleh, dakwah, dan amal sosial secara umum, niscaya Allah akan tambahkan nikmat-Nya, mulai dari keimanan hingga kebahagiaan hidup dan produktivitas diri dalam kebaikan-kebaikan. Oleh karena itu, Nabi dan Rasul tidak pernah memilih menyikapi apa pun selain dengan sabar dan syukur.

Imam Al-Qusyairi menjelaskan, syukur berarti mengakui segala nikmat yang ada dalam diri sebagai anugerah dan pemberian Allah yang dibuktikan dengan sikap taat dan tunduk kepada-Nya. Artinya, semakin bersyukur seseorang akan semakin meningkat ketaatannya kepada Allah.

Di sini menjadi sangat penting setiap jiwa memahami bagaimana syukur itu mesti dipahami agar senantiasa menjadi pribadi yang progresif, terus meningkat iman dan amal sholeh di dalam kehidupannya.

Menurut Imam Ghazali, syukur mengandung tiga perkara. Pertama, pengetahuan tentang nikmat bahwa seluruh nikmat berasal dari Allah dan Allah yang memberikan. Artinya, iman dan Islam ini memang harus dirawat agar tumbuh dan kuat, layaknya tanaman yang kita miliki, mesti disiram, dipupuk, dan dijaga agar tumbuh besar dan berbuah.

Kedua, sikap jiwa yang tetap dan tidak berubah sebagai buah dari pengetahuannya yang mendorong untuk selalu senang dan mencintai yang memberi nikmat dalam bentuk kepatuhan kepada perintah Allah. Artinya, fokus dalam hidupnya jelas dan fokus, yakni bagaimana berterima kasih kepada Allah.

Ketiga, menghindari perbuatan maksiat kepada Allah. Sikap yang demikian itu hanya terjadi kalau seseorang telah mengenal kebijaksanaan Allah dalam menciptakan seluruh makhluk-Nya. Di sini, nikmat berupa kekayaan harus benar-benar diwaspadai, jangan sampai semakin banyak nikmat harta semakin rusak cara berpikir dan rusak amalan dalam kehidupan.

Dan, bagaimana mungkin kita enggan untuk bersyukur, padahal itu penting, sangat bermanfaat, dan yang sangat menarik, mengamalkannya pun tidak sulit. Ibnu Qudamah menjelaskan bahwa syukur itu dapat dilakukan dengan hati (selalu memiliki niat mulia), lisan (senantiasa berzikir), dan perbuatan (selalu terdepan dalam ibadah dan amal saleh).

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat