Penyanyi Andien beraksi dalam BNI Java Jazz Festival 2019, di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Sabtu (2/3/2019). Andien anggap masa PSBB sebagai berkah tersamar. | ANTARA FOTO

Geni

Masa PSBB Ala Andien

Penyanyi jaz Andien Aisyah menganggap PSBB sebagai berkah tersamar.

OLEH SHELBI ASRIANTI

Setiap orang mengalami kondisi beragam selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Ada yang masih belum terbiasa beraktivitas dari rumah saja atau justru sudah bisa beradaptasi menuju kehidupan normal yang baru.

Penyanyi jaz Andien Aisyah menganggap periode karantina mandiri sejak Maret lalu sebagai berkah tersamar. Pasalnya, ketika Pemerintah Indonesia mulai menetapkan aturan tersebut, dia tengah memasuki trimester ketiga kehamilan.

"Tiga bulan terakhir berkah tersamar, lagi hamil besar masuk fase karantina yang memang harus ada di rumah," kata Andien.

Andien menceritakan aktivitasnya itu saat berbincang dengan sutradara Riri Riza pada episode ke-12 "Cabin Fever" di Instagram Live @milesfilms. Menurut Andien, banyak hal terjadi selama tiga bulan belakangan.

Dia memproduksi single berjudul "Jendela Waktu", melakukan promosi karya, mengonsep video klip, dan yang paling utama adalah momen melahirkan anak kedua. Awal Mei silam, Andien menyambut putra keduanya, Anaku Tarisma Jingga.

photo
Akun Youtube official Andien Aisyah - (Youtube Andien Aisyah)

Bayi laki-laki dengan nama panggilan Tabi itu menambah kebahagiaan Andien dan sang suami, Irfan Wahyudi. Pada 2017, pasangan itu juga telah dikaruniai putra pertama bernama Anaku Askara Biru yang biasa dipanggil Kawa.

Setelah mengalami dua kali proses persalinan, Andien makin menikmati perannya sebagai ibu. Mengurus bayi yang baru lahir sekaligus balita sambil bekerja dan beraktivitas penuh dari rumah disebutnya sangat luar biasa.

Dua kali melahirkan, Andien mengenakan wastra nusantara berbeda. Andien memakai kain Sumba pada kelahiran Kawa dan mengenakan kain Alor pada kelahiran Tabi. Menurut Andien, tidak ada filosofi khusus terkait pilihan itu, tapi dia percaya tidak ada yang kebetulan.

Pelantun lagu "Gemintang" itu selalu menganggap kehamilan sebagai periode yang sangat istimewa. Akan tetapi, pada awal kehamilan pertama, Andien sempat merasa ragu dan tidak siap. Dia belum merasa dirinya pantas menjadi sosok ibu.

Andien sempat cemas dengan perubahan tubuh dan merencanakan prosedur untuk mengembalikan fisik seperti semula. Semua berubah setelah pakar kesehatan holistik Reza Gunawan membagikan sebuah video kepada Andien.

Video tentang filosofi kehamilan dan persalinan gentle birth itu menjadi referensi menyentuh bagi Andien. Setelah menontonnya, Andien dan suaminya menangis terharu dan menyadari kelahiran adalah sebuah proses sakral.

Andien menyadari, proses kehamilan lebih dari sekadar yang dia kira. "Ada jiwa yang dititipkan, bagaimana pentingnya kehamilan dijalankan begitu lembut, persalinan mengantarkan bayi dengan minim trauma," ujar Andien.

 
Ada jiwa yang dititipkan, bagaimana pentingnya kehamilan dijalankan begitu lembut.
ANDIEN AISYAH
 

Andien mengetahui, trauma besar manusia adalah ketika dilahirkan. Itu sebabnya dia memilih laku gentle birth dengan metode water birth yang membuat transisi dari alam kandungan yang basah ke alam dunia menjadi lebih lembut.

Mahasiswa Akademi Psikoterapi Indonesia itu menyebut kelahiran hampir sama seperti bernyanyi. Persiapan yang dilakukan benar-benar harus serius sebelum hari-H. Andien lebih memilih repot di awal sehingga pascapersalinan jadi lebih ringan.

"Aku ikut education class, setiap hari meditasi dua kali, jaga makanan, jalan 6.000 langkah setiap hari. Banyak hal aku lakukan untuk memberdayakan diri, di hari-H melepaskan segala ekspektasi," ujarnya.

Menariknya, Andien mengumumkan kelahiran putra keduanya dengan cara istimewa, yaitu melalui karya. Pada akhir video klip lagu "Jendela Waktu", Andien hadir menggendong Tabi, tentu saja bersama suaminya dan Kawa.

Perempuan 34 tahun itu menyampaikan, versi audio lagu "Jendela Waktu" sudah dirilis pada awal April 2020. Dia mendedikasikan lagu untuk almarhum musisi Elfa Secioria, guru sekaligus produser yang mengorbitkannya.

"Single ini aku bikin buat almarhum Bang Elfa. Tahun 2020, tepat 20 tahun aku berkarya. Selama ini sudah menyanyikan lagu-lagu almarhum, pengen banget membuat karya baru persembahan untuk almarhum," ujarnya.

Andien menciptakan lagu bersama musisi Yovie Widianto, keponakan almarhum Elfa. Rekaman lagu berlangsung pada awal Maret. Seusai merilis single, Andien ingin membuat video klip, tapi kondisi tidak memungkinkan untuk syuting.

photo
Penyanyi Andien tampil pada Festival Sewindu Tulus di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (1/11/2019). Andien menganggap masa PSBB sebagai berkah tersamar - (ANTARA FOTO)

Saat itulah muncul gagasan untuk membuat video kolektif yang melibatkan penggemar. Dia ingin setiap orang yang mendengar lagunya memberikan perspektif dan pemaknaan beragam tentang lirik "Jendela Waktu".

Selain menampilkan keluarga Andien di akhir klip, video memuat kumpulan aktivitas banyak orang pada masa PSBB. Andien senang bisa memberikan kesempatan bagi banyak orang untuk menceritakan secara visual apa yang terjadi dari balik jendela masing- masing.

Andien mengakui, masa karantina mandiri di rumah bersama keluarga membuatnya memiliki lebih banyak waktu untuk berkarya dan mengulik berbagai hal tanpa harus bepergian. Sebagai musisi, dia pun belajar cara baru berkarya dan mempromosikannya.

Menurut Andien, pada awalnya setiap orang pasti bingung dengan kondisi penuh ketidakpastian. Ada tahapan ketika masyarakat waswas dengan apa yang terjadi, kemudian melalui proses menerima, baru bisa mengobservasi dan mulai beradaptasi. "Semua orang yang bisa bersyukur dan bisa mengambil hikmah dari keadaan ini, pasti melewati proses itu," ujarnya.

Sumber: Andien - Jendela Waktu

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat