Ilustrasi melihat hilal. Metode ini merupakan cara menentukan awal dan akhir Ramadhan. | Maulana Surya/ANTARA FOTO

Khazanah

Awal Ramadhan Diprediksi Serentak

Untuk mengetahui awal Ramadhan, Kemenag menggelar rukyatul hilal di 82 titik.

JAKARTA – Pakar astronomi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Prof Thomas Jamaluddin memprediksi, awal Ramadhan tahun ini akan serentak. Bahkan, menurut dia, umat Islam di Indonesia akan mengawali puasa Ramadhan secara berbarengan hingga 2021 mendatang. 

"Untuk tahun ini sampai tahun depan, posisi bulan lebih dari dua derajat atau kurang dari nol derajat. Jadi, insya Allah, sampai tahun depan kita akan selalu seragam untuk mengawali puasa Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha," ujar Thomas saat dihubungi Republika, Senin (20/4). 

Kepala Lapan ini menjelaskan, biasanya perbedaan dalam penetapan awal Ramadhan muncul bukan karena berbeda metode, melainkan adanya perbedaan kriteria antara dua ormas Islam terbesar di Indonesia, yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

 "Jadi bukan karena perbedaan metode rukyat dan hisab. NU menggunakan kriteria tinggi minimal dua derajat, sedangkan Muhammadiyah menggunakan kriteria wujudul hilal (tinggi bulan nol derajat)," ucap Thomas.

"Jadi kalau posisi bulan antara nol dan dua, pasti terjadi perbedaan," lanjut dia. 

Ia menerangkan, pada akhir 29 Sya'ban 1441 H atau Maghrib 23 April 2020, posisi bulan sudah di atas tiga derajat di Indonesia bagian barat. Karena itu, Thomas yakin, umat Islam di Indonesia tahun ini akan mengawali puasa Ramadhan secara bersamaan. 

Kendati demikian, tambahnya, kepastian akan hal itu sebaiknya menunggu hasil sidang itsbat yang akan digelar Kementerian Agama (Kemenag) pada Kamis (23/4) petang. 

"Jadi, potensinya seragam, yakni awal Ramadhan 24 April, walau kita tetap harus menunggu hasil sidang itsbat pada 23 April selepas Maghrib," kata anggota Tim Hisab Rukyat Kemenag ini. 

Sebelumnya, prediksi mengenai awal Ramadhan 1441 H juga disampaikan Dewan Syuro Al-Irsyad Al-Islamiyyah. 

"Insya Allah, tahun ini tidak akan ada perbedaan dalam penentuan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijah, baik yang menggunakan metode imkanur rukyah, wujudul hilal, maupun rukyah," kata Ketua Dewan Syuro Al-Irsyad Al-Islamiyyah KH Abdullah Al-Jaidi saat dihubungi, Ahad (19/4) malam. 

Bahkan, lanjut Kiai Abdullah, berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan Markaz Hisab Al-Irsyad di Jakarta, hingga 2021 diprediksi tidak akan ada perbedaan.

“Dewan Syuro Al-Irsyad Al-Islamiyyah tetap mengharapkan dalam sidang itsbat yang diselenggarakan pemerintah, di tengah keprihatinan pada wabah yang tengah melanda, insya Allah, semua pihak diharapkan tetap membangun kebersamaan, baik Ramadhan tahun ini dan tahun tahun mendatang,” kata Kiai Abdullah. 

Sementara, Kemenag akan menggelar pemantauan hilal (rukyatul hilal) untuk penetapan awal Ramadan 1441 H pada Kamis (23/4) mendatang di 82 titik pemantauan yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia.

"Rukyatul hilal dilaksanakan oleh petugas kanwil Kemenag provinsi bekerja sama dengan ormas Islam, BMKG, dan Mahkamah Agung. Mereka akan melakukan pemantauan hilal di 82 titik yang telah ditetapkan. Titik pantau terbanyak di Jawa Timur, 27 lokasi, dan Jawa Barat dengan delapan lokasi," kata Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Kamaruddin Amin melalui keterangan tertulis yang diterima Republika, Senin (20/4). 

"Hasil rukyatul hilal dan data hisab posisi hilal awal Ramadhan akan dimusyawarahkan dalam sidang itsbat untuk kemudian diambil keputusan penentuan kapan ibadah puasa dimulai," lanjut dia. 

Sehubungan kondisi pandemi virus korona (Covid-19) di Indonesia, sidang itsbat akan digelar dengan skema berbeda. Pihaknya akan memanfaatkan sarana telekonferensi dalam sidang itsbat tersebut.

"Seiring kebijakan physical distancing dan sesuai protokol kesehatan, kita menghindari ada kerumunan. Sidang itsbat akan memanfaatkan teknologi telekonferensi sehingga peserta dan media tidak perlu hadir di Kemenag," kata Kamaruddin.

Dalam hal ini, masyarakat dapat menyaksikan proses itsbat melalui live streaming laman resmi dan media sosial Kemenag.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat