Khazanah
Langkah Kiai Zulfa Usai Ditetapkan Sebagai PJ Ketum PBNU
Kiai Zulfa menyatakan komitmennya untuk merawat persatuan.
JAKARTA -- Rapat pleno Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang digelar di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (9/12/2025) malam, resmi menetapkan KH Zulfa Mustofa sebagai Penjabat (PJ) Ketua Umum PBNU. Dalam kepengurusan Tanfidziyah sebelumnya, Kiai Zulfa menjabat sebagai Wakil Ketua Umum PBNU.
Usai ditetapkan, Kiai Zulfa menegaskan bahwa tugas pertamanya adalah melakukan normalisasi organisasi dan membangun komunikasi intensif dengan seluruh elemen NU, baik struktural maupun kultural. “Langkah awal secepatnya dalam rangka normalisasi organisasi, pasti akan ada komunikasi-komunikasi intensif kepada seluruh pihak yang kemarin kita tahu ada sedikit perbedaan baik itu kiai-kiai kultural, termasuk struktural, itu langkah awal yang paling awal,” ujar Kiai Zulfa seusai rapat pleno.
Ia memastikan rapat gabungan Syuriah dan Tanfidziyah juga akan digelar pada Sabtu mendatang untuk membahas arah kebijakan ke depan.
“Di hari Sabtu akan ada rapat gabungan Syuriah dan Tanfidziyah. Itu akan menjelaskan dan menetapkan program-program ke depan yang lebih konkret,” katanya.
Di tempat yang sama, Rais Syuriah PBNU yang memimpin jalannya rapat, Prof Mohamad Nuh menyampaikan empat program utama yang akan menjadi fokus kerja PJ Ketum PBNU. Pertama, konsolidasi internal organisasi guna memastikan soliditas seluruh struktur NU. “Itu satu keharusan, soliditas organisasi,” ucap Prof Nuh.
Kedua, percepatan capaian kinerja, baik di tingkat pusat maupun wilayah dan cabang. Prof Nuh menegaskan bahwa berbagai program strategis PBNU dan amanat Muktamar Lampung harus berjalan optimal.
Ketiga, persiapan Kombes (Konferensi Besar) dan Muktamar. Menurutnya, dua agenda besar ini memiliki arti penting karena menjadi gerbang memasuki abad kedua perjalanan NU.
“Sehingga dari situlah dibutuhkan satu soliditas organisasi yang pokok melihat masa depan melalui perkhidmatan yang luar biasa,” ujarnya.
Keempat, persiapan peringatan 100 tahun NU versi masehi yang jatuh pada 31 Januari 2026. Menurutnya, menjadi momentum besar, dan perlu dipersiapkan dengan baik.
"Dan yang tidak kalah penting juga sebagai awal yang tadi sudah disampaikan oleh beliau (Kiai Zulfa) yaitu memperingati 100 tahun NU versi masehi yang insya Allah jatuh 31 Januari 2026," ucapnya.
Saat ditanya soal kepastian tanggal pelaksanaan Muktamar, Prof Nuh menyebut masih akan dibahas pada rapat gabungan akhir pekan ini.
Sementara, kubu Gus Yahya juga dijadwalkan akan menggelar rapat pleno pada 11 Desember di Kantor PBNU. Prof Nuh tidak mempermasalahkan jika Gus Yahya juga akan menggelar rapat pleno.
Rapat pleno ini dibuka secara resmi oleh Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar. Rapat ini juga dihadiri dua Wakil Rais Aam KH Afifuddin Muhadjir dan KH Anwar Iskandar.
Hadir juga beberapa tokoh NU dari jajaran Syuriah maupun tanfidziyah, seperti Rais Syuriyah PBNU KH Cholil Nafis, Ketua PBNU KH Fahrur Razi, Waketum PBNU KH Zulfa Mustofa, Ketua PBNU sekaligus Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa, Sekjen PBNU Saifullah Yusuf, Bendum PBNU Gudfan Arif.
Tampak juga beberapa tokoh Kiai NU yang mendampingi Rais Aam di panggung, yaitu Pimpinan Pondok Pesantren Cipasung KH Ubaidillah Ruhiat, KH Mustofa Aqil Siradj (Cirebon), KH Hasib Wahab Hasbullah (Jombang), KH Abdul Hakim (Ketua PBNU sekaligus cicit KH Hasyim Asy'ari, Rais Syuriah Prof M Nuh, dan Nyai Machfudhoh (Putri KH A Wahab Hasbullah).
Ketua PBNU Bidang Pendidikan, Hukum dan Media, Prof Muh Mukri menegaskan, pleno merupakan forum resmi jamiyyah yang mengemban mandat besar dalam menjaga kesinambungan kepemimpinan organisasi.
Pleno dibuka dengan doa bersama yang dipimpin para kiai sepuh, dilanjutkan penyerahan donasi untuk korban bencana banjir dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Mukri menjelaskan, pembukaan pleno dengan doa dan donasi merupakan bentuk kepedulian PBNU terhadap masyarakat yang tengah tertimpa musibah.
“Doa bersama dan donasi ini adalah upaya PBNU untuk turut mendoakan agar bencana di Sumatera segera tertangani. Santunan yang diberikan diharapkan bisa meringankan beban para korban,” ujarnya.
Kekhawatiran Dualisme
Menanggapi kekhawatiran munculnya dualisme kepemimpinan di PBNU, Kiai Zulfa menegaskan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. “Insya Allah tidak,” ujarnya singkat.
Ia mengungkapkan telah melakukan berbagai komunikasi dengan pihak-pihak yang sebelumnya berbeda pandangan. “Kami sudah komunikasi dengan para pihak yang kemarin-kemarin terjadi perbedaan pendapat, friksi-friksi. Kita sedang mencari formula untuk menjadi titik temu yang kemudian bisa saling menerima the win-win solution di antara kita semua,” katanya.
Ketika ditanya soal peluang tercapainya rekonsiliasi, Kiai Zulfa menjawab optimistis. “Sangat besar, insya Allah,” ujarnya.
Kiai Zulfa juga menyebut telah menawarkan pertemuan kepada Ketua Umum PBNU nonaktif, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), sebagai bagian dari upaya meredakan ketegangan internal.
“Saya sudah menawarkan pertemuan, tapi beliau sedang mempertimbangkan,” katanya.
Meski waktu pertemuan belum ditentukan, Kiai Zulfa yakin Gus Yahya akan bersedia duduk bersama.
“Saya yakin insya Allah beliau bersedia. Beliau orang besar, beliau pasti berbesar hati. Saya yakin Gus Yahya orang besar, putra kei besar, cucu kei besar, beliau pasti berbesar hati untuk bisa bertemu mencari solusi bersama,” ujarnya.
Dengan mandat baru di tangannya, Kiai Zulfa menegaskan komitmennya untuk merawat persatuan, membangun komunikasi, dan menegakkan kembali soliditas PBNU dalam menyongsong agenda-agenda besar di era memasuki abad kedua Nahdlatul Ulama.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
