
Nasional
Serangan Darat Israel ke Kota Gaza Dimulai
Ribuan warga terusir dari Kota Gaza.
GAZA – Dua divisi IDF, yang terdiri dari puluhan ribu tentara, mulai memperluas operasi darat di Kota Gaza semalam. Serangan brutal Israel sejak semalam mengusir paksa ribuan warga Kota Gaza dan membunuh serta mengubur puluhan lainnya.
Tahap awal serangan, yang dijuluki “Kereta B Gideon” dimulai beberapa pekan lalu dengan peningkatan serangan terhadap sasaran Hamas, termasuk menara bertingkat tinggi, dan operasi darat di pinggiran Kota Gaza dan di beberapa lingkungan di sebelah barat kota.
The Times of Israel melaporkan, pada pembukaan sidang pengadilan korupsinya pada Selasa, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa Israel telah memulai operasi intensif di Kota Gaza. Dia membuat pernyataan itu sebagai bagian dari permintaannya untuk dibebaskan dari kesaksiannya yang dijadwalkan secara rutin karena hal-hal penting sedang terjadi.
Militer Israel mengatakan bahwa divisi 162 dan 98 kini memperluas operasi mereka di Kota Gaza, dan dalam beberapa hari mendatang, divisi ketiga, divisi 36, juga akan bergabung, menambah puluhan ribu tentara lagi dalam serangan tersebut.

Sekitar 60.000 tentara cadangan telah dipanggil untuk operasi tersebut, selain 70.000 lainnya yang sudah berada dalam cadangan. Selain serangan di Kota Gaza, IDF mengatakan Divisi ke-99 sedang melakukan operasi pertahanan di zona penyangga Israel di Gaza utara, sementara Divisi Gaza beroperasi di selatan Jalur Gaza.
Tentara penjajahan Israel telah melancarkan serangan intensif menggunakan “berbagai senjata” di seantero Gaza sejak Senin. Serangan itu dilancarkan di tengah KTT negara-negara Arab dan Islam menyikapi tingkah Israel yang semakin menggila di regional.
Jurnalis Muhammad Rabah melaporkan dari Gaza, pesawat-pesawat tempur Israel menghancurkan menara terbesar di Kota Gaza pada Senin, menurut sumber-sumber Palestina.
Pesawat tempur Israel menargetkan Menara Al-Ghafri di bagian barat Kota Gaza dengan beberapa rudal setelah memaksa penduduknya untuk mengungsi, sehingga mengakibatkan kehancuran total. Menara tersebut menampung beberapa media dan terletak di kawasan padat penduduk pengungsi.
Dalam serangan paling mengerikan di Kota Gaza, setidaknya 13 warga Palestina syahid setelah pasukan Israel menargetkan blok pemukiman. Pasukan Israel telah menggunakan taktik ini dengan menargetkan seluruh blok pemukiman. Puluhan orang juga terluka. Terjadi juga serangan di kawasan al-Sabra di Kota Gaza yang menewaskan sedikitnya empat orang, dan juga terdapat tiga anak tewas di utara Kota Gaza.
Ribuan warga Palestina dari Kota Gaza terpaksa mengungsi menuju kawasan Al-Mawasi di Jalur Gaza selatan untuk mencari tempat berlindung yang aman akibat intensnya serangan udara Israel yang menargetkan bangunan tempat tinggal dan menara.
Para pengungsi membawa barang-barang mereka dan menyusuri Rashid Coastal Street menuju Jalur Gaza selatan yang padat penduduknya, mencari tempat untuk menetap yang jauh dari rudal Israel. Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengatakan bahwa pendudukan Israel secara paksa menggusur penduduk Jalur Gaza di bawah pemboman.
Kementerian menambahkan dalam sebuah pernyataan pada Senin bahwa pendudukan memaksa warga untuk tinggal di kamp-kamp yang penuh sesak di daerah Al-Mawasi, yang kekurangan kebutuhan dasar hidup, seperti air, makanan, dan layanan kesehatan, dan di mana penyakit menyebar dengan berbahaya.

Laporan tersebut mencatat bahwa para pengungsi menjadi sasaran paksa dan dibunuh ketika mereka berada di sana atau berusaha untuk pergi, yang merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap semua hukum kemanusiaan dan internasional.
Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Kantor Media Pemerintah, pendudukan telah melakukan kejahatan penghancuran yang meluas. Sejak awal September 2025 saja, pendudukan telah menghancurkan 70 menara dan bangunan tempat tinggal, merusak 120 bangunan lainnya, dan menghancurkan lebih dari 3.500 tenda.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa kehancuran tersebut telah menyebabkan perpindahan paksa lebih dari 350.000 warga dari lingkungan timur Kota Gaza ke pusat kota dan barat, sebuah pemandangan yang jelas mencerminkan tindakan kejahatan perang yang disengaja melalui kebijakan pembersihan etnis dan genosida sistematis.
Situs berita Walla mengutip Staf Umum Israel yang mengatakan bahwa serangan terkini adalah awal dari fase baru. Sementara Otoritas Penyiaran Israel, mengutip sumber keamanan, melaporkan bahwa tentara Israel meningkatkan serangan di Kota Gaza.
Channel 12 Israel melaporkan bahwa tujuan pemboman intensif tersebut adalah untuk memaksa warga mengungsi. Hal ini mengingat apa yang digambarkan oleh sumber-sumber militer sebagai "ketidakpuasan kepemimpinan Israel terhadap laju evakuasi saat ini."
Saluran Israel tersebut menambahkan bahwa Angkatan Udara Israel telah mulai melakukan serangan intensif terhadap kota tersebut, dengan perkiraan bahwa intensitasnya akan meningkat dalam beberapa hari mendatang.
Sumber-sumber Palestina juga melaporkan bahwa pasukan penjajah menggunakan bom mobil untuk menghancurkan rumah-rumah pemukiman di barat laut Kota Gaza.
Sumber rumah sakit di Gaza mengumumkan kematian hampir seratus warga Palestina dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza, 36 di antaranya di Kota Gaza. Mereka mencatat bahwa di antara para korban hari ini terdapat 10 orang yang menunggu bantuan di Jalur Gaza tengah dan selatan.
Dengan dukungan Amerika, Israel telah melakukan genosida di Gaza sejak 7 Oktober, menyebabkan 64.905 warga Palestina syahid dan 164.926 orang terluka, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dan wanita, serta menyebabkan kelaparan yang telah menewaskan 425 warga Palestina, termasuk 145 anak-anak.

Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza melaporkan bahwa enam warga Palestina, termasuk anak-anak, syahid dalam serangan udara Israel terhadap tenda yang menampung pengungsi di sebelah barat Kota Gaza pada Senin pagi. Sumber darurat dan ambulans di Gaza melaporkan bahwa beberapa orang syahid dan terluka dalam serangan udara Israel terhadap dua rumah di lingkungan Sheikh Radwan, utara kota, dini hari tadi. Rumah sakit Gaza melaporkan bahwa 53 warga Palestina syahid dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza kemarin, termasuk 35 orang di Kota Gaza. Ini membuat total korban jiwa di Gaza akibat agresi Israel melampaui 64 ribu orang.
Di Deir al-Balah, di Jalur Gaza tengah, enam warga Palestina, termasuk anak-anak dan perempuan, tewas dalam serangan udara Israel yang menargetkan tenda yang menampung para pengungsi. Koresponden Aljazirah mengatakan para syuhada baru-baru ini melarikan diri dari Kota Gaza ke Jalur Gaza tengah sebelum sebuah pesawat Israel mengebom tenda mereka.
Setidaknya tiga orang syahid akibat serangan Israel di daerah al-Mawasi, barat daya Khan Younis, Gaza selatan, kata sumber di Kompleks Medis Nasser kepada Aljazirah. Israel telah meminta warga Palestina untuk pindah ke wilayah tersebut, yang disebut “zona aman”, untuk menghindari serangan, sekaligus menargetkan wilayah tersebut.
Pasukan Israel telah melancarkan serangan sejak tengah malam, kemarin, menargetkan berbagai wilayah di Gaza. Sebuah tenda di daerah Rimal dihantam, menewaskan sedikitnya tujuh warga Palestina, termasuk tiga anak-anak. Mereka berlindung di tempat dimana banyak keluarga Palestina mencari perlindungan.

Ada laporan mengenai serangan lain terhadap dua rumah di al-Jala, Kota Gaza, yang menyebabkan sedikitnya 10 warga Palestina syahid dan banyak lainnya yang masih terjebak di bawah penutupnya.
Sepanjang malam, terjadi ledakan tak berujung dari tembakan artileri ketika pasukan Israel melanjutkan pemboman mereka, menyebabkan lebih banyak warga Palestina melarikan diri ke selatan melalui Jalur Gaza.
Warga Palestina yang mengungsi akibat serangan Israel di Kota Gaza mengatakan bahwa situasi mereka tanpa harapan dan mereka tidak memiliki tempat yang aman untuk berlindung.
"Situasinya sangat sulit. Kebanyakan orang tidak mempunyai uang untuk mendapatkan transportasi untuk pindah," kata Ahmed Habboush. "Ini bukan kehidupan, kita kelelahan. Hewan memiliki kehidupan yang lebih baik dari kita."
Khaled Imad (62 tahun), mengatakan dia meninggalkan kota itu dengan berjalan kaki menyusul ancaman Israel dan serangan yang semakin intensif. "Saya akan terus berjalan. Saya tidak tahu apa yang terjadi," katanya. “Dunia tidak ingin mengambil tindakan untuk menyelamatkan orang-orang miskin, kelelahan, dan sekarat ini.”

Warga Palestina yang terpaksa mengungsi akibat serangan Israel di Gaza utara ke zona kemanusiaan al-Mawasi di selatan mengatakan mereka menghadapi kesulitan yang tak tertahankan di lokasi baru mereka.
Ahmed Awad mengatakan dia melarikan diri ke selatan dari Gaza utara di tengah pemboman besar-besaran militer, berharap mendapatkan perlindungan di al-Mawasi.
“Kami tiba di sini pada tengah malam dan tidak menemukan air, tidak ada toilet, tidak ada apa-apa,” katanya. "Banyak keluarga tidur di tempat terbuka. Situasinya sangat mengerikan." Abedallah Aram mengatakan puluhan ribu pengungsi yang berlindung di al-Mawasi menghadapi kekurangan air bersih dan makanan yang parah.
"Di dalam tenda-tenda ini, orang-orang kelaparan dan kekurangan gizi. Musim dingin sudah dekat dan kami sangat membutuhkan tenda-tenda baru," katanya. “Selain itu, daerah ini tidak dapat menampung lebih banyak keluarga pengungsi.”
Militer IDF dalam gelap
Kepala Staf IDF Letjen Eyal Zamir dilaporkan meragukan keberhasilan rencana pencaplokan Kota Gaza. Ia menegaskan Hamas tak bisa dikalahkan bahkan jika Israel berhasil menguasai Kota Gaza.

Zamir dilaporkan mengatakan kepada anggota parlemen di Subkomite Intelijen dan Dinas Rahasia Knesset bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah membiarkan militer tidak mengetahui tahap selanjutnya dari operasi menaklukkan Kota Gaza, menurut laporan yang bocor ke situs berita Ynet.
“Perdana menteri tidak memberitahu kami apa yang akan terjadi selanjutnya, kami tidak tahu apa yang harus dipersiapkan,” kata Zamir kepada anggota subkomite dalam pengarahan tertutup pada Jumat. “Jika mereka menginginkan pemerintahan militer, maka mereka harus mengatakan pemerintahan militer.”
Ynet melaporkan bahwa Zamir juga menyebut upaya Yayasan Kemanusiaan Gaza yang didukung AS dan Israel untuk memberikan bantuan kemanusiaan di Gaza sebagai “kegagalan.” Skema bantuan itu kini telah membunuh lebih dari dua ribu warga Gaza yang menjemput bantuan.
Menurut Channel 12, Zamir memberi tahu para pemimpin senior Israel sebelum peluncuran operasi mendatang bahwa militer “berkomitmen pada tujuan perang sebagaimana ditentukan oleh kabinet tetapi Hamas tidak akan dikalahkan secara militer dan politik bahkan setelah operasi untuk merebut Kota Gaza.”
Dalam rapat kabinet awal bulan ini, Zamir dilaporkan memperingatkan bahwa rencana untuk menaklukkan Kota Gaza akan menyeret Israel ke dalam pendudukan militer penuh di Jalur Gaza.
Reuters melaporkan, pasukan Israel menghancurkan sedikitnya 30 bangunan tempat tinggal di Kota Gaza dan memaksa ribuan orang meninggalkan rumah mereka, kata para pejabat Palestina, ketika Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio tiba pada Ahad untuk membahas masa depan agresi tersebut.
Israel mengatakan pihaknya berencana untuk merebut kota tersebut, tempat sekitar satu juta warga Palestina berlindung, sebagai bagian dari tujuan yang dinyatakan untuk melenyapkan kelompok militan Hamas, dan telah meningkatkan serangan terhadap apa yang disebutnya sebagai benteng terakhir kelompok pejuang.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Penduduk Kota Gaza Tantang Pengusiran Israel
Militer Israel menyatakan sudah 200 ribu warga Kota Gaza mengungsi.
SELENGKAPNYAMenanti Tanggapan Bersama Negara Arab-Islam atas Serangan Israel ke Doha
Para pimpinan negara-negara Arab dan mayoritas Muslim terus berdatangan ke Qatar.
SELENGKAPNYASerangan Israel ke Doha dan Runtuhnya Muruah Arab
Hamas menyatakan serangan Israel gagal membunuh pimpinan mereka.
SELENGKAPNYA