
Nasional
Serangan Israel ke Doha dan Runtuhnya Muruah Arab
Hamas menyatakan serangan Israel gagal membunuh pimpinan mereka.
DOHA – Serangan Israel yang menyasar para pimpinan Hamas di Doha, Qatar, pada Selasa malam mengirimkan gelombang kejut ke Timur Tengah. Meski begitu, serangan tersebut gagal mencapai tujuannya, yakni membunuh para petinggi Hamas yang tengah merundingkan gencatan senjata.
Dalam pernyataan resmi pertamanya setelah serangan di Doha, Hamas mengatakan serangan Israel bertujuan untuk menggagalkan gencatan senjata dan perundingan pertukaran tahanan.
Kelompok tersebut juga mengkonfirmasi bahwa para pemimpin utamanya selamat dari upaya pembunuhan tersebut sementara enam orang lainnya, termasuk putra kepala biro politik Hamas Khalil al-Hayya dan salah satu pembantunya, serta seorang perwira Qatar, syahid.
“Kami mengkonfirmasi kegagalan musuh dalam membunuh saudara-saudara kami dalam delegasi perundingan,” bunyi pernyataan Hamas. Pernyataan itu terkait serangan Israel ke gedung perumahan yang didiami para pimpinan Hamas pada Selasa.
Sementara yang syahid menurut mereka adalah Jihad Labad (Abu Bilal), direktur kantor Khalil al-Hayya; Hammam al-Hayya (Abu Yahya), putra Khalil al-Hayya; serta Abdullah Abdul Wahid dan Moamen Hassouna, keduanya rekan Khalil. Gerakan tersebut juga menyatakan berduka atas gugurnya Kopral Badr Saad Mohammed Al-Humaidi, anggota Pasukan Keamanan Dalam Negeri Qatar (Lekhwiya).

“Upaya pengkhianatan pendudukan Zionis untuk membunuh delegasi perundingan Hamas di ibu kota Qatar, Doha, saat ini adalah kejahatan keji, agresi terang-terangan, dan pelanggaran mencolok terhadap semua norma dan hukum internasional.”
Gerakan tersebut menyatakan bahwa “menargetkan delegasi perundingan, ketika mereka sedang mendiskusikan proposal terbaru Presiden AS Donald Trump, menegaskan tanpa keraguan bahwa Netanyahu dan pemerintahannya tidak ingin mencapai kesepakatan apa pun dan dengan sengaja berupaya untuk menggagalkan semua peluang dan menggagalkan upaya internasional.”
Sumber terkemuka Hamas mengatakan kepada Al Jazeera bahwa delegasi kepemimpinan gerakan tersebut, yang dipimpin oleh Khalil al-Hayya, selamat dari serangan udara Israel yang menargetkan mereka selama pertemuan untuk membahas proposal terbaru presiden AS untuk gencatan senjata di Jalur Gaza.
Qatar, negara kecil di Teluk Arab yang kaya akan gas, menjadi tuan rumah pangkalan militer AS terbesar di Timur Tengah. Mereka telah mengevakuasi puluhan ribu warga Amerika dari Afghanistan. Negara ini telah ditetapkan sebagai “sekutu utama non-NATO” AS. Mereka bahkan telah memberikan jet jumbo senilai 400 juta dolar AS kepada Presiden Donald Trump untuk digunakan sebagai Air Force One.
Tidak ada satupun yang dapat melindungi semenanjung yang tenang di Teluk Persia ini dari serangan udara Israel pada hari Selasa karena negara tersebut menjadi perantara perundingan yang didukung AS untuk mengakhiri perang Israel-Hamas.

Israel menyerang pertemuan para pemimpin politik Hamas di pengasingan di ibu kota Qatar, Doha, sehingga menimbulkan kepulan asap dan puing-puing di kota yang memiliki stadion Piala Dunia ber-AC dan mal mewah yang biasanya dilindungi oleh baterai pencegat AS.
Sejak serangan Hamas terhadap Israel selatan pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang di Gaza, militer Israel telah menargetkan para pemimpin Hamas dari jauh.
Namun meski Teheran dan Beirut dipandang sebagai sasaran yang mudah, Israel menahan diri untuk tidak menyerang kantor politik Hamas di Qatar, mediator utama dan sekutu AS yang diandalkan oleh kepemimpinan Israel sebagai saluran belakang bagi kelompok pejuang Palestina.
Pada hari Selasa, Israel melakukan pertaruhan berbahaya, kata para analis, dengan meracuni perundingan gencatan senjata Israel-Hamas, mengirimkan gelombang kejutan politik ke seluruh wilayah dan meningkatkan keraguan mengenai jaminan keamanan AS bagi sekutu-sekutunya di Teluk Arab.
Hal ini tidak serta merta membuahkan hasil bagi Israel: Hamas mengklaim bahwa para pemimpin seniornya selamat dari serangan tersebut.
“Ini merupakan kejutan yang lebih luas bagi tatanan internasional, menimbulkan pertanyaan tentang kedaulatan dan kebebasan yang diberikan kepada Israel,” kata Sanam Vakil, direktur Program Timur Tengah dan Afrika Utara di Chatham House. “Keandalan Amerika Serikat di Timur Tengah akan dipertanyakan.”

Qatar telah lama mendapat kecaman karena menjadi tuan rumah bagi Hamas dan menghadapi tekanan yang meningkat untuk mengusir para pemimpin puncaknya.
Namun pengaturan yang didukung Amerikalah yang memungkinkan Hamas membuka kantor politiknya di Doha pada tahun 2012 ketika Washington berusaha membangun jalur komunikasi tidak langsung dengan kelompok militan Palestina yang mereka tetapkan sebagai organisasi teroris.
Menjadi tuan rumah bagi Hamas dan kelompok bersenjata lainnya, seperti Taliban, telah membantu Qatar mendapatkan posisi berpengaruh dalam mediasi konflik global. Para pejabat Qatar percaya bahwa penunjukan emirat tersebut sebagai sekutu utama AS non-NATO dan Pangkalan Udara Al Udeid, markas besar regional Komando Pusat AS, memberikan perlindungan keamanan yang dapat menahan Israel.
Serangan Israel menghancurkan ilusi tersebut pada hari Selasa, menghantam pusat Doha meskipun semua baterai rudal dan sistem radar AS melacak ancaman udara dari Al Udeid.
AS mengatakan Israel telah memperingatkannya sebelum menyerang. Peringatan apapun yang disampaikan Gedung Putih kepada Qatar sudah terlambat: juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed al-Ansari mengatakan negaranya hanya diberitahu ketika bom-bom tersebut berjatuhan.
Pengabaian AS terhadap keamanan dan kedaulatan Qatar telah mengguncangkan ketegangan di negara-negara Teluk Persia, yang meskipun terdapat perselisihan ideologis di masa lalu mengenai simpati Qatar terhadap kelompok Islamis, namun tetap menunjukkan persatuan yang kuat.

“Keamanan negara-negara Teluk Arab tidak dapat dipisahkan, dan kami mendukung saudara Qatar, mengutuk serangan berbahaya Israel,” kata Anwar Gargash, penasihat diplomatik penguasa Uni Emirat Arab.
Meskipun AS tetap menjadi satu-satunya negara yang bersedia menempatkan ribuan tentara di Teluk Persia, persepsi bahwa Washington sebagai sekutu yang tidak dapat diandalkan bagi negara-negara Teluk Arab telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir, kata para analis. UEA dan Arab Saudi khususnya telah berupaya mendiversifikasi hubungan mereka, dengan semakin mendekatkan diri dengan Tiongkok dan Rusia.
“Mereka tidak ingin hanya bergantung pada AS dalam hal keamanan, mereka ingin menjalin hubungan dengan sejumlah aktor global,” kata Will Todman, peneliti senior program Timur Tengah di Center for Strategic and International Studies yang berbasis di Washington. “Serangan (Israel) akan mempercepat tren tersebut.”
Negara-negara Teluk Arab – yang memiliki kekuatan militer kecil dan perekonomian yang bergantung pada minyak sangat rentan terhadap guncangan apa pun – kini melihat sikap agresif Israel sebagai sumber kekhawatiran yang semakin besar, bahkan lebih besar dibandingkan kekhawatiran Iran.
Meskipun masyarakat Uni Emirat Arab dan Saudi memandang politik Islam sebagai ancaman dan membenci Hamas, para ahli mengatakan mereka lebih memilih untuk meredakan ketegangan dengan lawan mereka yang lemah dibandingkan melanjutkan perang yang semakin meluas yang dapat memicu serangan di wilayah mereka.
“Negara-negara Teluk tidak diam-diam senang dengan serangan terhadap Hamas,” kata Vakil. "Mereka melihat berlanjutnya aktivitas militer Israel sebagai destabilisasi di kawasan. Biasanya, Iran adalah ancaman paling serius, namun kini – dengan Iran yang melemah namun bukannya kalah – justru Israel yang mereka khawatirkan."
Lihat postingan ini di Instagram
Sementara, Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani menolak klaim dan laporan bahwa para pemimpin Hamas mungkin selamat karena informasi AS tentang serangan Israel sebelum hal itu terjadi. “Ini adalah serangan berbahaya, 100 persen, tidak diketahui sampai hal itu terjadi,” katanya kepada wartawan.
Majed al-Ansari, juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, juga membantah klaim Gedung Putih bahwa AS memberi tahu Qatar tentang serangan Israel sebelum serangan itu terjadi. “Pernyataan yang beredar bahwa Negara Qatar sudah mendapat informasi sebelumnya mengenai serangan itu sepenuhnya salah,” kata al-Ansari dalam sebuah pernyataan.
“Panggilan yang diterima dari seorang pejabat Amerika datang saat terdengar suara ledakan akibat serangan Israel di Doha.” Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan sebelumnya bahwa setelah diberitahu tentang rencana Israel, “Trump segera mengarahkan Utusan Khusus Witkoff untuk memberi tahu Qatar tentang serangan yang akan datang, dan dia melakukannya”.
Dalam unggahan media sosial yang telah lama ditunggu-tunggu, Presiden AS Donald Trump menggemakan pernyataan Gedung Putih sebelumnya tentang serangan di Qatar – dengan beberapa edit.
Gedung Putih sebelumnya mengindikasikan AS memberi tahu Qatar tentang serangan itu sebelum serangan itu terjadi, sebuah klaim yang dengan cepat dibantah oleh Doha.
Kini, Trump tampaknya menarik kembali pernyataan tersebut. “Saya segera mengarahkan Utusan Khusus Steve Witkoff untuk memberi tahu Qatar tentang serangan yang akan terjadi, namun sayangnya dia terlambat untuk menghentikan serangan itu,” kata presiden AS. Trump juga mengatakan dia mengarahkan Menteri Luar Negeri Marco Rubio untuk menyelesaikan perjanjian kerja sama pertahanan dengan Qatar.
Muruah Arab
Serangan Israel ke ibu kota Qatar, Doha, menambah panjang daftar negara-negara Arab yang diobrak-abrik negara Zionis tersebut. Sejauh ini, negara-negara Arab hanya bisa melayangkan kecaman tanpa ada aksi nyata menyetop kegilaan pemerintahan Benjamin Netanyahu.

Awal pekan ini, Israel melancarkan serangan ke Suriah. Mereka menyasar sekitar pusat kota Homs, kota pesisir Latakia, dan kota bersejarah Palmyra. Kementerian Luar Negeri Suriah mengutuk dugaan serangan udara Israel sebagai “pelanggaran terang-terangan” terhadap kedaulatan dan stabilitas regionalnya, dan mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa bahwa serangan tersebut adalah bagian dari serangkaian “eskalasi” yang dilakukan Israel terhadap wilayah Suriah.
Media Suriah tidak merinci skala atau dampak serangan yang dilaporkan tersebut. Pemantau perang yang berbasis di Inggris, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), yang mengandalkan jaringan sumber di lapangan, melaporkan bahwa “serangan Israel di dekat Homs menargetkan unit militer di selatan kota.”
Israel telah melakukan ratusan serangan di Suriah sejak penggulingan Presiden Bashar al-Assad pada bulan Desember, meskipun telah memulai dialog yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan pemerintah baru.
Pada akhir Agustus, tentara Israel melancarkan operasi udara dan darat di selatan Damaskus, menurut media pemerintah Suriah. Israel belum mengonfirmasi serangan tersebut, namun Menteri Pertahanan Israel Katz menyatakan bahwa pasukan beroperasi “siang dan malam” kapanpun diperlukan demi keamanan negara.
SANA melaporkan awal bulan ini bahwa tentara Israel menahan tujuh orang di provinsi selatan Quneitra, yang menurut tentara Israel kepada AFP pada saat itu “dicurigai melakukan aktivitas teroris.”
Pada 8 September, setidaknya lima orang tewas dan lima lainnya terluka setelah pesawat tempur Israel menyerang Lebanon timur dalam pelanggaran terbaru terhadap perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani November lalu, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.
Serangan pada hari Senin terjadi di distrik Bekaa dan Hermel, dan media pemerintah mengatakan setidaknya delapan serangan udara dilakukan. Menurut Kantor Berita Nasional Lebanon, tujuh bom jatuh di pinggiran Hermel, sementara serangan lainnya menargetkan kota Labweh di dekatnya. Militer Israel mengklaim serangan tersebut mengenai depot senjata dan fasilitas militer yang digunakan oleh Hizbullah, meskipun klaim tersebut tidak dapat dikonfirmasi secara independen.

Israel terus melancarkan serangan hampir setiap hari di wilayah Lebanon, khususnya di wilayah selatan, sambil mempertahankan pendudukan di lima pos perbatasan meskipun gencatan senjata mengharuskan penarikan penuh pada awal tahun ini. Konflik tersebut meletus pada 8 Oktober 2023, ketika Israel melancarkan serangan militer di Lebanon. Pada saat gencatan senjata dicapai pada bulan November tahun berikutnya, lebih dari 4.000 orang telah terbunuh dan hampir 17.000 orang terluka.
Pada akhir Agustus, kelompok Houthi Yaman telah mengkonfirmasi bahwa Perdana Menteri Ahmed Ghaleb Nasser al-Rahawi yang memproklamirkan diri wafat dalam serangan udara Israel. Kelompok yang didukung Iran mengatakan beberapa pejabat senior lainnya gugur ketika pasukan penjajahan Israel (IDF) menargetkan ibu kota Yaman, Sanaa, pada hari Kamis.
IDF mengatakan Rahawi dan pejabat senior Houthi lainnya "tersingkir" ketika jet tempur Israel menyerang sebuah pertemuan di wilayah Sanaa. Kelompok Houthi telah menguasai sebagian besar wilayah barat laut Yaman sejak tahun 2014, setelah menggulingkan pemerintah yang diakui secara internasional dari Sanaa dan memicu perang saudara yang menghancurkan.
Di Tunisia, Global Sumud Flotilla yang memiliki misi untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan melalui laut kepada warga Palestina di Gaza mengatakan pada hari Senin bahwa salah satu kapal armada mereka yang berlabuh di Tunis telah dihantam oleh apa yang diyakini sebagai pesawat tak berawak yang menyebabkan kebakaran. Serangan kedua dilaporkan pada Selasa ini.
Garda Nasional Tunisia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tidak ada bukti bahwa kapal itu diserang. Mereka mengatakan kapal yang berlabuh di pelabuhan Sidi Bou Said itu terbakar akibat puntung rokok atau korek api yang menyulut jaket pelampung.
Namun, saksi mata dan bukti video menunjukkan indikasi bahwa serangan benar-benar terjadi. Beredar kabar bahwa serangan dilakukan agen Israel dari negara Malta.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
DK PBB akan Gelar Sidang Darurat Bahas Serangan Israel ke Doha
Pakistan dan Aljazair mengajukan permintaan kepada DK PBB untuk sidang darurat.
SELENGKAPNYAEmpat Tentara Israel Tumbang di Kota Gaza
Perlawanan pejuang Palestina masih berhasil lumpuhkan tentara IDF.
SELENGKAPNYA