
Nasional
Penduduk Kota Gaza Tantang Pengusiran Israel
Militer Israel menyatakan sudah 200 ribu warga Kota Gaza mengungsi.
GAZA – Puluhan ribu warga Palestina telah melarikan diri dari Kota Gaza yang terkepung dalam beberapa hari terakhir, ketika pasukan Israel bersiap untuk mengintensifkan serangan besar mereka terhadap Hamas. Jumlah itu baru sebagian kecil dari sejuta lebih warga Kota Gaza.
The Times of Israel melaporkan pada Kamis, sebanyak 200.000 warga Palestina telah dipaksa keluar dari kota tersebut selama beberapa minggu terakhir, menurut harian tersebut dan Channel 12 Israel, berdasarkan perkiraan militer Israel.
Sekitar satu juta warga Palestina diperkirakan tinggal di Kota Gaza sebelum IDF mulai mempersiapkan serangan besar-besaran di sana. Pada Selasa, IDF memerintahkan seluruh Kota Gaza untuk segera mengungsi sebelum serangan yang direncanakan. Warga sipil telah diinstruksikan untuk menuju zona kemanusiaan yang ditunjuk Israel di selatan Jalur Gaza.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah mengutuk meningkatnya serangan Israel di Gaza utara – yang terbaru adalah Amnesty International, yang telah memperingatkan bahwa tindakan ini akan menimbulkan “konsekuensi bencana dan tidak dapat diubah” bagi warga Palestina.

Divisi ke-36 IDF telah ditarik dari Khan Younis di Gaza selatan setelah beberapa bulan melakukan operasi melawan Hamas, dan sekarang sedang mempersiapkan serangan Kota Gaza yang akan datang, kata militer.
Militer mengatakan bahwa dalam beberapa bulan terakhir, pasukan divisi tersebut menghancurkan terowongan Hamas sepanjang puluhan kilometer; meruntuhkan ratusan infrastruktur militer Hamas; mendirikan apa yang disebut koridor Magen Oz yang membelah Khan Younis timur dan barat; dan melenyapkan ratusan anggota teror, termasuk beberapa yang ikut serta dalam serangan gencar tanggal 7 Oktober.
Lima divisi IDF, yang terdiri dari puluhan ribu tentara, akan berpartisipasi dalam serangan mendatang terhadap Hamas di Kota Gaza, menurut militer.
Warga Palestina turun ke jalan-jalan di Kota Gaza pada Senin untuk memprotes perintah pengusiran Israel. Unjuk rasa yang disebut "Pawai Kain Kafan" ini diselenggarakan oleh pertemuan nasional suku dan keluarga, dengan partisipasi staf medis.
Di bawah slogan “Pengungsian dari Gaza hanya menuju langit,” sebuah pesan yang menunjukkan perlawanan bahkan ketika menghadapi kematian dan kehancuran, ribuan orang memprotes apa yang akan menjadi pengungsian terbesar sejak Nakba.

Nakba, atau malapetaka, mengacu pada pembersihan etnis Palestina oleh milisi Zionis untuk membuka jalan bagi pembentukan Israel pada tahun 1948. Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan yang menolak pemindahan dan memegang poster bertuliskan: "Kami menolak dipindahkan. Hentikan pemusnahan kami."
Dalam wawancara dengan media lokal, warga Palestina mengutarakan rasa frustrasi mereka, salah satu pria berteriak bahwa "bahkan jika jiwa kami hilang, kami tidak akan pergi".
Dr Muneer Alboursh, direktur jenderal kementerian kesehatan Palestina di Gaza, menekankan bahwa mereka tidak akan diusir dari tanah mereka.
“Kami tidak akan meninggalkan tanah kami dalam keadaan apa pun… Tidak ada satu pun personel medis yang akan pergi, ini adalah keputusan yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan Palestina.”
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (Ocha) mengatakan pada hari Selasa bahwa meninggalkan wilayah utara Gaza “tidak mungkin” bagi penduduknya.

“Biaya transportasi jauh di atas 1.000 dolar AS, jalan pesisir hampir tidak dapat dilalui, dan tempat pengungsian di wilayah selatan sangat padat. Kebanyakan orang telah mengungsi berkali-kali. Mereka kelelahan dan kehabisan uang,” bunyi pernyataan lembaga itu.
Menurut Ocha, gelombang pengungsian terbaru di Jalur Gaza yang diblokade telah mencapai 110.000 orang sejak pertengahan Agustus.
Badan PBB tersebut juga mencatat bahwa operasi kemanusiaan terus “terhambat oleh serangan Israel yang semakin intensif,” dan layanan perlindungan yang diberikan kepada warga sipil ditangguhkan akibat serangan yang dilakukan di dekat lokasi.
Pastor paroki Gereja Keluarga Kudus Kota Gaza mengatakan 450 orang masih berlindung di tempat perlindungan Katolik tersebut, termasuk orang tua, orang sakit dan anak-anak.
Pastor Gabriel Romanelli mengatakan “sebagian besar penduduk tidak ingin pergi”, meskipun ada perintah dari militer Israel untuk meninggalkan kota dan pindah ke selatan.
"Di mana-mana ada bahaya, namun banyak yang ingin tetap tinggal di kota ini. Kami berusaha menemani mereka dan membantu semampu kami," kata Romanelli kepada Vatican News pada hari Rabu.
Romanelli, yang mengatakan bahwa gerejanya baru-baru ini menerima telepon dari Paus Leo XIV, mengatakan bahwa dia dan gerejanya “terus berdoa untuk perdamaian, untuk seluruh Gaza, untuk Timur Tengah, dan untuk dunia”.
Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan lembaganya dan kelompok mitranya akan tetap berada di Kota Gaza meskipun ada perintah untuk pergi dari militer Israel.
“WHO terkejut dengan perintah evakuasi terbaru, yang menuntut satu juta orang pindah dari Kota Gaza ke apa yang disebut ‘zona kemanusiaan’ di selatan yang ditetapkan oleh Israel,” tulis Tedros dalam sebuah pernyataan.
“Zona ini tidak mempunyai ukuran dan skala layanan untuk mendukung mereka yang sudah berada di sana, apalagi pendatang baru,” katanya. “Hampir separuh rumah sakit fungsional berada di Kota Gaza,” tambahnya.
Tedros juga menyerukan komunitas internasional untuk bertindak, termasuk melalui gencatan senjata segera dan memastikan perlindungan layanan kesehatan, pekerja kemanusiaan, dan warga sipil di wilayah Palestina yang hancur.
Pesawat-pesawat tempur Israel menghancurkan sebuah menara tempat tinggal yang dikelilingi tenda-tenda pengungsi
Pada Rabu, pesawat-pesawat tempur Israel menghancurkan sebuah menara perumahan yang dikelilingi oleh ratusan tenda pengungsi di sebelah barat Kota Gaza pada hari Rabu, menurut jurnalis Muhammad Rabah.
Sumber tersebut mengatakan tentara Israel memerintahkan penghuni Menara Taiba dan pengungsi di sekitarnya untuk mengevakuasi daerah tersebut sebelum menargetkannya dengan beberapa rudal.
Sumber tersebut menjelaskan bahwa pemboman tersebut menghancurkan seluruh bangunan dan menyebabkan kerusakan parah pada tenda-tenda di sekitarnya. Tidak ada laporan korban luka.
Hal ini terjadi ketika Israel melanjutkan serangannya di Jalur Gaza, yang mengakibatkan ribuan orang menjadi syuhada dan terluka. Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan jumlah korban tewas akibat agresi Israel meningkat menjadi 64.605 orang syahid dan 163.319 orang luka-luka sejak 7 Oktober 2023.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Empat Tentara Israel Tumbang di Kota Gaza
Perlawanan pejuang Palestina masih berhasil lumpuhkan tentara IDF.
SELENGKAPNYAPengusiran Besar-Besaran Kota Gaza Dimulai
Israel terus melakukan penghancuran gedung bertingkat di Kota Gaza.
SELENGKAPNYAGencatan Senjata Gaza Capai Titik Terang?
Trump menyatakan gencatan senjata di Gaza tak lama lagi.
SELENGKAPNYA