Anggota Tim Medis mengenakan atribut lengkap saat mengecek kesiapan alat di Tenda Isolasi Virus Corona (COVID-19), RS dr Bratanata, Denkesyah 02.04.02, Korem 042/Garuda Putih, Jambi, Senin (16/3/2020). | ANTARA FOTO

Hikmah

Ramai-Ramai Ta’awun untuk Mencegah Wabah Korona

Di tengah wabah korona, kita diuji. Apakah masih punya rasa empati atau tidak?

Oleh Fajar Kurnianto

Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Tak ada manusia sempurna yang bisa melakukan segala hal. Pada hal-hal yang tak mampu dilakukan, selalu ada orang lain yang bisa melakukan. Allah menciptakan manusia dalam bentuk terbaik dengan potensi dan kemampuan masing-masing yang khas. Dengan potensi yang berbeda-beda itulah, manusia saling berhubungan dan bekerja sama untuk kehidupan yang lebih baik.

Namun, sayangnya, selalu ada manusia egois yang mengambil keuntungan di atas kesusahan orang lain. Hubungan atau kerja sama yang seharusnya didasarkan pada prinsip kebaikan bersama sering kali diabaikan. Orang hanya mau berhubungan atau bekerja sama ketika itu menguntungkan diri sendiri, bukan keuntungan bersama. Pada masa-masa sulit, seperti munculnya bencana alam atau wabah penyakit yang mengharuskan hubungan dan kerja sama atas dasar kemanusiaan, justru dimanfaatkan untuk memperkaya diri sendiri.

Hari ini, dunia tengah menghadapi wabah penyakit akibat pola hidup kotor, menjijikkan, dan tak lazim sebagian orang, yang berimbas buruk pada banyak orang dengan jangkauan yang sangat luas, lintas daerah, bahkan lintas negara. Banyak orang yang tiba-tiba jatuh sakit, sebagian bahkan meninggal dunia karena wabah itu. Bahkan, orang yang tidak tahu-menahu menjadi tertular. Virus berpindah dari satu orang ke orang lain tanpa bisa diduga. Tak ada jalan selain bersama-sama mencegah dengan membiasakan pola hidup bersih dan menutup jalan masuknya virus ke tubuh kita.

Ketika orang banyak membutuhkan alat-alat sederhana untuk pencegahan, seperti penutup hidung dan mulut, sebagai tindakan preventif terhadap meluasnya wabah, masker tiba-tiba lenyap di pasaran. Ada pun harganya sangat mahal, di luar kewajaran. Bagi orang-orang yang mampu secara finansial, berapa pun harganya bisa jadi tidak masalah. Masalahnya, tidak semua orang seperti itu. Ada kalangan orang kecil, yang pendapatannya juga kecil, dan begitu membutuhkan, tetapi tak mampu mendapatkannya karena harganya tak terjangkau.

Pada saat-saat seperti ini, kita diuji. Apakah masih punya rasa empati atau tidak? Apakah masih punya hati nurani atau tidak? Apakah masih tergerak untuk membantu atau malah justru menambah masalah? Allah menyuruh kita untuk saling menolong atau ta'awun dalam kebaikan dan takwa (QS al-Maidah [5]: 2). Imam al-Qurthubi dalam kitab al-Jami' li Ahkam al-Quran menafsirkan, bentuk ta'awun dalam kebaikan misalnya orang alim membantu dengan ilmunya, orang kaya membantu dengan hartanya, orang pemberani membantu dengan keberaniannya, dan seterusnya. Masing-masing membantu orang lain sesuai kapasitas dan kemampuan.

Rasulullah bersabda, "Barang siapa melapangkan kesusahan seorang mukmin, maka Allah akan melapangkan kesusahannya pada hari kiamat. Barang siapa meringankan beban penderitaan seseorang, maka Allah akan meringankan beban penderitaannya di dunia dan di akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong sesamanya.? (HR al-Bukhari dan Muslim). Pada hadis lain, ?Iman seseorang tidak sempurna sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya." (HR al-Bukhari dan Muslim)

Bisa jadi kita bukan bagian dari orang yang tengah kesusahan atau terkena wabah. Namun, kita punya kewajiban untuk membantu, semaksimal yang kita bisa. Wallahu a'lam

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat