Sejumlah produksi kerajinan kulit asal Garut berupa jaket kulit, tas, dan lainnya yang dijual oleh Astiga Leather, Kamis (2/5/2024). | Republika/Rahayu Subekti

Ekonomi

Tembus Pasar Ekspor Berkat KUR

Selain mendapatkan pembiayaan, pelaku usaha juga diberikan pendampingan oleh BRI.

GARUT — Penerima kredit usaha rakyat (KUR) dari Bank Rakyat Indonesia (BRI), Luthfi Muhammad Sidik menceritakan kisah suksesnya sebagai pelaku usaha di Garut. Pelaku usaha di bidang produksi kerajinan kulit itu kini bisa mengekspor kerajinannya ke Jepang setelah sukses mengembangkan usahanya di Garut. 

Pemilik Astiga Leather itu mengatakan, saat memulai bisnisnya, ia mendapatkan kredit usaha rakyat (KUR) dari BRI pada 2014. “Saat pertama itu (menerima KUR) saya langsung pegang Rp 500 juta,” kata Luthfi saat ditemui di toko Astiga Leather, Garut, Jawa Barat, Kamis (2/5/2024). 

Luthfi mengaku dirinya bisa menyelesaikan pinjaman KUR tersebut di bawah tiga tahun. Setelah pinjaman KUR tersebut selesai, Luthfi melanjutkan lagi dengan pinjaman baru dengan BRI namun dengan program berbeda. 

photo
Pemilik Astiga Leather Luthfi Muhammad Sidik menceritakan kisah sukses mengembangkan bisnisnya setelah mendapatkan kredit usaha rakyat (KUR) dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) saat ditemui di ruang produksi toko, Garut, Jawa Barat, Kamis (2/5/2024). - (Republika/Rahayu Subekti)

“Lalu setelah itu yang Rp 500 juta selesai kita dibantu langsung lanjut ke yang komersil dari mulai Rp 1 miliar sampai terakhir ini Rp 3 miliar,” ucap Luthfi. 

Dia mengungkapkan, pinjaman tersebut sangat berguna dalam pengembangan bisnis Astiga Leather. Saat ini, omzet yang ia dapatkan bisa mencapai Rp 100 juta per bulan.  

Saat melakukan pinjaman KUR, Luthfi membayar cicilan dengan bunga hingga enam persen. Lalu saat menggunakan pinjaman komersail, bunganya di atas 10 persen. 

Meskipun begitu, Luthfi yang kini dibantu lima pegawai bisa terus mengembangkan bisnisnya. “Setelah itu kami pasti lebih banyak pengembangan usahanya. Lalu juga pasti semua ini dibantu oleh promosinya,” ungkap Luthfi. 

Sejak mendapatkan pinjaman, Luthfi mengakui peningkatan produksi mulai terjadi secara bertahap. Mulai dari 30 persen hingga 50 persen. Meskipun saat pandemi Covid-19 sempat mengalami penurunan, namun secara bertahap mulai meningkat kembali. 

Luthfi juga saat ini sudah mulai mengekspor produk kerajinan kulitnya ke Jepang. Meskipun begitu, Luthfi mengungkapkan sementara ini kerajinan yang diekspor  ke Jepang masih kulit untuk kebutuhan furnitur. 

Dia mengungkapkan, saat ini juga tengah melakukan penjajakan perluasan pasar ke luar negeri. “Kami saat ini sedang penjajakan ke Eropa, produknya tas namun itu baru penjajakan sampai saat ini. Jadi baru sampel-sampel,” ungkap Luthfi. 

photo
Perajin kulit di Astiga Leather tengah melakukan pengerjaan kerajinan di produksi toko yang berada di Garut, Jawa Barat, Kamis (2/5/2024). - (Republika/Rahayu Subekti)

Luthfi mengakui untuk ekspor produk ke luar negeri harus memenuhi syarat kualitas produk dan SOP-nya. “Biasanya kalau untuk yang Jepang itu karena memang dia detail dari semua lini dari jahitan, dari presisi bahan, dan lain sebagainya sehingga harus memiliki SOP yang cukup tinggi,” tutur Luthfi. 

Meskipun begitu, Luthfi memastikan masih juga akan fokus dalam pemenuhan produk di dalam negeri. Hingga saat ini, permintaan untuk souvenir masih sering didapatkan selain produksi jaket kulit asal Garut. 

“Alhamdulillah untuk yang saya alami dan saya rasakan selama dibantu pembiayaan oleh BRI itu selain kita dibantu dari segi pembiayaan, juga dari segi pemasaran dan orderan juga dibantu gitu. Terkadanh setiap tahun biasanya BRI suka mengadakan acara pameran,” jelas Luthfi. 

Asisten Deputi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Gede Edy Prasetya mengungkapkan, hingga 2 Mei 2024 realisasi penyaluran KUR sudah mencapai Rp 90 trilium.

Dari sisi permintaan, masih terdapat potensi permintaan kredit UMKM sebesar Rp 1.605 triliun yang terdiri dari Rp 331 triliun permintaan kredit usaha mikro, Rp 534 triliun permintaan kredit usaha kecil, dan Rp 740 triliun permintaan kredit usaha menengah. 

“Jika financial gap UMKM ini terpenuhi, maka pemerintah optimistis rasio kredit UMKM dapat meningkat menjadi 45 persen,” tutur Edy. Rahayu Subekti

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat