Foto udara operator mengoperasikan mesin pertanian untuk memanen padi di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, Ahad (7/4/2024). | ANTARA FOTO/Arnas Padda

Ekonomi

Panen Meluas, Harga Gabah Anjlok

Rendahnya harga gabah tak berpengaruh terhadap harga beras yang masih mahal.

CIREBON – Harga gabah di masa panen rendeng (penghujan) 2023/2024 di tingkat petani di Kabupaten Cirebon, anjlok. Hal itu menyusul berlangsungnya masa panen raya di berbagai daerah.

Ketua Himpunan Kerukunan Tani (HKTI) Kabupaten Cirebon, Tasrip Abu Bakar, menyebutkan, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani di Kabupaten Cirebon saat ini rata-rata di kisaran Rp 5.400–Rp 5.500 per kilogram untuk kualitas satu. Gabah tersebut dipanen dengan menggunakan mesin combine.

Sedangkan GKP kualitas dua atau yang dipanen secara manual dengan menggunakan grabagan, rata-rata dihargai Rp 5.200–Rp 5.300 per kilogram. Harga saat ini jauh lebih rendah dibandingkan sebelumnya. Seperti saat Februari 2024, harga GKP di Kabupaten Cirebon mencapai Rp 8.500 per kilogram.

‘’Harga gabah saat ini jatuh karena masa panen yang berbarengan di berbagai daerah, di Jawa Barat, Jawa Tengah,’’ kata Tasrip kepada Republika, Kamis (18/4/2024).

photo
Petani megayak padi di lahan persawahan di Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (6/11/2023). - (ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA)

Tasrip mengakui, harga gabah saat ini memang masih d iatas harga pembelian pemerintah (HPP), yang mencapai Rp 5.000 per kilogram. Namun, dia menilai, HPP tersebut belum berpihak pada petani karena besarnya biaya tanam.

Apalagi, lanjut Tasrip, selama musim tanam rendeng 2023/2024, sejumlah petani harus melakukan tanam ulang karena pengaruh cuaca ekstrem. Karenanya, mereka harus mengeluarkan biaya tambahan yang besar untuk pemupukan, pembelian obat-obatan maupun upah pekerja.

‘’Dengan harga gabah yang sekarang hanya di kisaran Rp 5.200–Rp 5.500 per kilogram, hasil yang diperoleh petani ya pas-pasan. Apalagi bagi petani penggarap yang menyewa lahan,’’ kata Tasrip.

Tasrip pun mengaku sangat khawatir harga gabah bakal lebih anjlok saat memasuki puncak panen raya. Dia memperkirakan, puncak panen raya di kisaran rentang waktu 20 April–20 Mei 2024.


‘’Untuk mencegahnya, pemerintah harus turun tangan. Salah satunya dengan menaikkan HPP,’’ kata Tasrip.

Selama ini, HPP gabah kering panen (GKP) di tingkat petani dipatok Rp 5.000 per kilogram dan Rp 5.100 per kilogram di tingkat penggilingan. Tasrip mengakui, Badan Pangan Nasional (Bapanas) memang telah menaikkan HPP GKP dari Rp 5.000 menjadi Rp 6.000 per kilogram. Kenaikan itu berlaku mulai 3 April hingga 30 Juni 2024.

Hal itu sebagaimana tertuang dalam Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional Republik Indonesia Nomor 167 Tahun 2024 tentang Fleksibilitas Harga Pembelian Gabah dan Beras Dalam Rangka Penyelenggaraan Cadangan Beras Pemerintah. ‘’Tapi itu kan hanya fleksibilitas harga, bukan HPP resmi,’’ ujar Tasrip.

Tasrip berharap, HPP untuk GKP bisa dipatok di kisaran Rp 6.000–Rp 6.500 per kilogram. Dia menilai, besaran HPP tersebut akan bisa memberikan keuntungan bagi petani.

Tasrip menambahkan, melihat kondisi saat ini, harga gabah bukan penentu harga beras. Pasalnya, meski harga gabah petani anjlok, namun harga beras di pasaran masih belum kembali normal.

‘’Itu bukti beras ada yang mengendalikan. Gabahnya sudah murah, berasnya masih mahal. Jadi harga gabah bukan penentu utama harga beras di pasaran,’’ kata Tasrip.

photo
Operator mengoperasikan mesin pertanian untuk memanen padi di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, Ahad (7/4/2024). - (ANTARA FOTO/Arnas Padda)

Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik (SCPP) Perum Bulog Mokhamad Suyamto sebelumnya, mengatakan fleksibilitas harga pembelian pemerintah gabah kering panen di tingkat petani menjadi sebesar Rp6.000 per kilogram (kg), untuk memaksimalkan produksi beras dalam negeri.

“Fleksibilitas harga gabah dan beras yang saat ini berlaku memungkinkan kami untuk melakukan pengadaan dalam negeri secara optimal untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional,” kata Suyamto.

Suyamto menerangkan bahwa Bulog tengah memaksimalkan penyerapan gabah dan beras dalam negeri untuk kebutuhan persediaan cadangan beras pemerintah (CBP), guna memperkuat persediaan pangan nasional.

Menurut Suyamto, selain dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan, penyerapan gabah dan beras dalam negeri dalam masa fleksibilitas harga ini juga bertujuan untuk menyejahterakan petani melalui pembelian harga pangan pokok yang terjaga dengan baik.

Dia juga berharap, selain untuk mencukupi stok beras nasional melalui pengadaan dalam negeri, petani juga mendapatkan harga pembelian yang baik oleh Bulog di masa adanya kebijakan fleksibilitas HPP gabah kering di tingkat petani.

“Pemenuhan stok nasional melalui pengadaan dalam negeri tentunya selalu menjadi prioritas Bulog,” kata Suyamto.

Badan Pangan Nasional sebelumnya memberlakukan fleksibilitas bagi Perum Bulog untuk HPP GKP di tingkat petani, menjadi Rp 6.000 per kilogram dari yang sebelumnya Rp 5.000 per kg.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat