
Kabar Utama
Waspada, Ribuan Titik Panas Muncul di Indonesia
Hujan diperkirakan akan turun pada November.
Oleh M NOOR ALFIAN CHOIR, DESSY SUSILAWATY
JAKARTA -- Gunung Lawu jadi korban terkini kebakaran lahan yang marak terjadi di seantero Indonesia pada musim kemarau ini. Potensi kebakaran serupa, ribuan jumlahnya, juga tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
"Saat ini kebakaran tetap masih ada, untuk titik-titik api yang kecil-kecil sudah terkondisikan dengan baik. Ini tinggal di Hargo Tiling. karena di situ tempatnya yang tinggi setelah selain tempatnya yang tinggi terlalu jurangnya juga terlalu dalam," kata Kalakhar BPBD Karanganyar, Juli Padmi Handayani, terkait kebakaran di Lawu, Selasa (3/10/2023).
Pihaknya menjelaskan penambahan lahan yang terbakar tersebut meliputi dua kecamatan yakni Jenawi dan Margoyoso. "Ada penambahan yang kemarin 8 sekarang menjadi 20 hektar masuk wilayah Jawa Tengah dua kecamatan Jenawi sama Margoyoso," katanya. Kebakaran lahan di Lawu tersebut sudah terjadi selama enam hari.
Pihaknya juga mengatakan status kebencanaan akan dinaikkan menjadi tanggal darurat. Kendati demikian pihaknya masih menunggu karena sedang berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait.

Bukan wilayah Gunung Lawu itu saja yang terbakar akibat kemarau dan kekeringan panjang belakangan. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar menyebut, berdasarkan data per 2 Oktober 2023, terdapat 6.659 titik panas (hotspot) dengan peluang 80 persen menjadi titik api atau fire spot.
"Hotspot data per 2 Oktober dengan peluang 80 persen hotspot menjadi firespot itu angkanya di 6.659 titik. Kalau dibandingkan tahun 2015 itu angkanya 71 ribu titik tahun 2015 ya dengan 80 persen adalah fire spot. Di tahun 2019 itu angkanya 29.300, sekarang hotspotnya 6.659," kata Siti di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, dikutip pada Rabu (4/10/2023).
Menurutnya, luas area yang terbakar sudah mencapai 267 hektare. Ia pun memperkirakan luas area yang terbakar masih akan terus bertambah mengingat banyaknya peristiwa yang terjadi selama September dan Oktober.
Pemerintah, kata Siti, telah melakukan sejumlah langkah seperti pemadaman dan teknik modifikasi cuaca (TMC) di sejumlah provinsi yang menjadi titik rawan terjadinya karhutla. Siti juga memastikan, hingga saat ini tidak ada pencemaran asap lintas batas atau transboundary haze ke negara tetangga. "Sejauh ini tidak ada transboundary haze ke Malaysia. Jadi kalau dibilang bahwa di Malaysia tidak ada hotspot, kalau lihat datanya citra satelitnya di sana juga ada," ucapnya.Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto menjelaskan bahwa jajarannya telah melakukan dukungan pelaksanaan operasi darat maupun udara dalam mengatasi karhutla.

Untuk operasi udara, pihaknya mengerahkan 35 helikopter yang terdiri atas 13 helikopter patroli dan 22 helikopter water bombing, utamanya di daerah-daerah yang menjadi prioritas penanganan karhutla.
"Jadi ada enam provinsi prioritas yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sumatra Selatan, Riau, dan Jambi. Itu menjadi enam provinsi prioritas kebakaran hutan dan lahan," ujar Suharyanto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.
Selain itu, BNPB juga telah melakukan teknologi modifikasi cuaca sebanyak 244 kali dengan jumlah garam yang disebar mencapai 341.580 kilogram. Selama dua bulan terakhir, BNPB terus melaksanakan TMC di sejumlah provinsi antara lain Riau, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Jambi, DKI Jakarta, Kalimantan Selatan, dan Sumatra Selatan.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan, hujan diperkirakan akan mulai turun pada November ini. Hal ini dipengaruhi oleh adanya angin monsun dari arah Asia. "Jadi kita insya allah akan mulai turun hujan di bulan November, artinya pengaruh El Nino akan mulai tersapu oleh hujan," kata Dwikorita di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, dikutip pada Rabu (4/10/2023).

Ia menjelaskan, puncak El Nino terjadi pada September dan diperkirakan masih akan terjadi hingga akhir Oktober. Sedangkan pada November akan mulai terjadi transisi dari musim kemarau ke musim hujan.
"Jadi sebenarnya El Nino-nya masih akan berlangsung diprediksi dari moderat sampe akhir tahun dan melemah di bulan Februari-Maret, dan berakhir di bulan Maret, artinya masih cukup panjang beberapa bulan kedepan," jelasnya.
Ia pun berharap musim kemarau kering akan berakhir secara bertahap. Di beberapa daerah akan terjadi sebelum November dan sebagian besar daerah lainnya terjadi pada November.
"Artinya pengaruh El Nino akan mulai tersapu oleh hujan. Sehingga diharapkan kemarau kering insya allah berakhir secara bertahap, ada yang sebelum November, tapi sebagian besar mulai November, ada yang lebih mundur lagi," lanjut dia.
Karena cuaca di Oktober diprediksi masih akan kering, maka akan mudah menyebabkan terjadinya kebakaran. Karena itu, ia pun mengingatkan masyarakat agar berhati-hati dan tidak menyalakan api.
"Masyarakat dimohon selama bulan Oktober ini kondisinya masih kering, maka tidak dibakar pun bisa terbakar jadi jangan mencoba-coba untuk dengan sengaja atau tidak sengaja untuk mengakibatkan nyala api karena pemadamannya akan sulit untuk dilakukan," ujar Dwikorita.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Kemarau Belum Usai, Karhutla Makin Marak
Ratusan kebakaran huan dan lahan terjadi di Jawa Barat.
SELENGKAPNYABertaruh Nyawa Menyelamatkan Cabai Terpedas dari Karhutla
Karhutla telah membakar 5 hektare lahan tanaman cabai petani di Kabupaten Tapin.
SELENGKAPNYATitik Panas Karhutla Meningkat Signifikan
Jumlah titik panas melonjak hingga tiga kali lipat dari tahun lalu.
SELENGKAPNYAKLHK Segel Perusahaan Penyebab Karhutla
Salah satu perusahaan sedang diselidiki atas peristiwa karhutla di area konsesinya
SELENGKAPNYA