
Kitab
Umar Khayyam Menafsirkan Mimpi
Dalam karyanya ini, Umar Khayyam mengusung penafsiran mimpi via metode rasional-intuitif.
Para sarjana Muslim pada abad klasik dan pertengahan telah menulis berbagai risalah tentang mimpi. Di antara mereka ialah Umar Khayyam (1048-1131 M). Ilmuwan serba bisa dari masa keemasan Islam ini menulis sebuah buku berjudul Ta’bir al-Manam.
Ta’bir al-Manam meneguhkan Umar Khayyam selaku “penafsir” mimpi. Sosok yang lebih masyhur dalam perannya sebagai astronom atau penyair itu menunjukkan keunikan melalui kitab tersebut. Sebab, ia mengusung penafsiran mimpi via metode rasional-intuitif. Hal itu berarti, karya Umar Khayyam tersebut tujuh abad lebih dahulu daripada The Interpretation of Dreams-nya Sigmund Freud, yang digadang sebagai Bapak Ilmu Psikoanalisis.
Ta’bir al-Manam telah diterjemahkan ke dalam pelbagai bahasa. Edisi bahasa Indonesia dikerjakan antara lain oleh Penerbit Turos. Hasilnya berupa buku dengan judul Tafsir Mimpi Umar Khayyam. Versi terjemahan ini menggunakan naskah Ta’bir al-Manam yang diterbitkan oleh Dar al-Rasyad. Sumber Dar al-Rasyad adalah sebuah salinan atas manuskrip tua yang disimpan oleh Dr al-Hifni.
Dalam karyanya ini, Umar Khayyam banyak mengeksplorasi jiwa insani dengan cara merefleksikan mimpi-mimpi. Perhatiannya tertuju pada masalah mimpi dan tafsirnya atas fenomena tersebut.
Di dalam risalah takwil mimpi Umar Khayyam, terdapat bab-bab yang secara spesifik menyoroti masalah-masalah tertentu. Misalnya, mimpi melihat matahari, planet, raja, lautan, kapal, dan lain-lain. Dengan demikian, pembahasannya cenderung tematis, yakni bergantung pada sudut pandang orang-yang-bermimpi.
Pembahasan buku ini dibagi menjadi 20 bab. Dalam setiap bab, Umar menafsirkan berbagai mimpi. Misalnya terkait mimpi melihat matahari yang jernih dan terang. Menurut dia, siapapun yang bermimpi demikian insya Allah akan mendapatkan kekuasaan besar dalam waktu dekat apabila ia memang berhak memilikinya.
Jika si pemimpi bukanlah orang yang berhak akan takhta, mimpinya itu menandakan bahwa dia akan segera bersahabat dengan raja-raja. Dijelaskannya pula tentang mimpi melihat matahari terbit dari rumah. Bunga tidur itu menandakan, si pemimpi akan mendapatkan banyak kebaikan.
Selain tema itu, Umar juga berupaya menafsirkan mimpi-mimpi, yakni melihat bulan, planet, awan, dan angin. Seseorang bermimpi melihat angin sedang membawa dirinya dari satu tempat ke tempat lain. Mimpi itu bisa jadi menandakan, ia akan menjadi sultan atau musafir.
Pada bab selanjutnya, buku ini membahas tafsir mimpi orang yang melihat dari ketinggian. Menurut Umar, orang yang bermimpi melihat dirinya sedang mendaki gunung dan berhasil melakukannya, itu menandakan bahwa sebentar lagi dirinya akan memperoleh kekuasaan yang besar.

Pengaruh Ibnu Sirin
Sosok yang bisa dipandang sebagai guru Umar Khayyam dalam menafsirkan mimpi ialah Ibnu Sirin (653-729 M). Ulama bernama lengkap Abubakar Muhammad bin Sirin al-Bashri itu memang dikenal luas sebagai penakwil mimpi yang paling masyhur pada masanya. Dalam Ta’bir al-Manam, jelas sekali pengaruh Ibnu Sirin. Bahkan, urutan penyusunan risalahnya ini serupa dengan kitab karangan alim dari generasi tabiin tersebut.
Akan tetapi, perspektif Umar Khayyam dalam ilmu takwil mimpi adalah telaah psikologis. Mimpi-mimpi ditafsirkannya untuk menyingkap kepribadian seseorang. Menurut dia, mimpi adalah perekam atau semacam bentuk representasi dari perilaku. Karena itu, mimpi dapat dijadikan sarana untuk meneliti jauh kondisi dalam diri manusia.
Dalam pengantar terjemahan buku ini, Abdul Mun’im al-Hifni menjelaskan, Umar Khayyam memberi perhatian besar pada bahasa mimpi. Artinya, tokoh ini selalu berbicara dengan bahasa simbolik dalam tafsir mimpi yang disampaikannya.
Dalam buku ini, Umar Khayyam juga mengutip berbagai tafsir dari gurunya, Ibnu Sirin. Menurut dia, Ibnu Sirin pernah memberikan tafsir mengenai orang yang bermimpi dirinya azan di masjid. Jika bermimpi melakukan azan dengan menghadap kiblat, itu menunjukkan bahwa dia akan menyimpang dari Sunnah.
Semantara, jika pada awalnya dia melakukan azan dengan menghadap kiblat lalu mengalihkan wajahnya dari arah kiblat, itu menandakan dia akan kufur kepada Allah Swt. Adapun mimpi berupa kiamat, takwilnya sama dengan mimpi azan.
Menurut Umar Khayyam, suatu ketika juga ada seorang lelaki yang mendatangi Ibnu Sirin lalu berkata, “Aku bermimpi melihat sekan-akan aku tertawa dalam shalatku.” Lalu sang penakwil pun berkata, “Engkau adalah orang yang sering main-main dalam shalatmu, hindarilah perbuatan seperti itu.”
Banyak mimpi-mimpi menarik lainnya yang ditafsirkan Umar Khayyam dalam buku ini. Misalnya, bermimpi melihat tangan sendiri yang mendapatkan seekor burung merpati. Orang yang mengalami mimpi demikian akan mendapatkan rezeki yang tak disangka-sangka. Dugaan lainnya, ia akan menikahi seorang perempuan yang dicintainya.
Kemudian, saat ada seseorang yang bermimpi melihat dirinya menyerang seekor ular, menunjukkan bahwa ada musuh yang berseteru dengannya. Adapun jika bermimpi melihat diri berenang lalu keluar dari tengah lautan, maka dia akan keluar dari bala atau kesedihan.
Tidak semua mimpi dapat dijadikan sebagai petunjuk.
Namun, perlu dipahami bahwa tidak semua mimpi dapat dijadikan sebagai petunjuk. Sebab, ada kemungkinan bahwa mimpi yang dialami bukanlah berasal dari Allah. Ia justru hadir karena bisikan setan. Kemungkinan lainnya, bisa saja seseorang terlalu sibuk memikirkan sesuatu sehingga hal yang dipikirkannya itu terbawa dalam mimpi.
Ingatlah sabda Rasulullah SAW, “Mimpi itu terbagi menjadi tiga macam, yakni bisikan hati, ditakuti setan, dan kabar gembira dari Allah” (HR Bukhari).
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Biografi Sufi, Ibrahim bin Adham
Berbagai riwayat menarasikannya sebagai seorang elite kerajaan yang kemudian menekuni tasawuf.
SELENGKAPNYASektor Telekomunikasi, Jadi Andalan tapi tak Berkelanjutan
Jumlah operator ynag lebih sedikit tentu alokasi frekuensinya akan jadi lebih optimal.
SELENGKAPNYAMenuju Acara di Bandung, Ganjar Jajal Kereta Cepat Whoosh
Ganjar menjajal KCJB hingga Stasiun Padalarang dilanjutkan menaiki kereta pengumpan menuju Stasiun Bandung.
SELENGKAPNYA