
Khazanah
IBF Sarana Rekreasi Intelektual dan Spiritual
IBF selalu dikunjungi kaum Muslim dari negara-negara Asia Tenggara.
JAKARTA -- Islamic Book Fair (IBF) adalah pameran buku-buku Islam terbesar dan terlengkap di Tanah Air. Ulama yang dikenal pula sebagai penulis buku, Prof KH Nasaruddin Umar, melihat IBF merupakan tempat rekreasi intelektual dan spiritual.
"Rekreasi spiritual dan rekreasi intelektual yang sangat istimewa ditampilkan oleh IBF, saya berharap banyak tahun ini Insya Allah penyelenggaraan IBF bisa lebih bagus lagi," kata Nasaruddin kepada Republika, Senin (24/2).
Nasaruddin yang juga Penasihat IBF 2020 menyampaikan rasa syukur kepada Allah SWT karena IBF bisa berlangsung secara rutin sampai sekarang. Menurut dia, sampai saat ini tidak ada pameran buku terbesar selain IBF. Meski ada instansi dan pengusaha yang menyelenggarakan pameran serupa, tapi tetap tidak bisa menyaingi antusiasme massa terhadap IBF.
"Saya sangat mengapresiasi teman-teman (panitia IBF) karena tidak hanya mencari keuntungan, tapi juga memberi pencerahan kepada umat," ujarnya.
"Harapan saya ke depan semoga kesadaran masyarakat membaca buku-buku agama berbanding lurus dengan kesadaran praktik keagamaannya," ujar sosok yang dinobatkan sebagai Tokoh Perbukuan dalam IBF 2016.
Nasaruddin melihat, literasi masyarakat Indonesia masih minim. Namun, mengubah perilaku masyarakat agar gemar membaca tidak gampang dan memerlukan waktu lama. Menurut dia, apa yang telah dilakukan IBF itu bagian yang sangat strategis untuk mengubah perilaku masyarakat.
IBF tahun ini diselenggarakan Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta di Jakarta Convention Center (JCC) pada 26 Februari - 1 Maret 2020. Di IBF ke-19 ini diikuti 175 penerbit buku dan 168 nonpenerbit. Sebanyak 343 stan di IBF akan diisi oleh penerbit buku, //travel//, perbankan, lembaga filantropi, instansi pemerintah, media massa, UMKM, busana Muslim, properti syariah, mainan anak, kuliner, dan lain sebagainya.
Selain itu, akan ada 54 ribu judul buku dari ratusan penerbit yang dipamerkan di IBF. Setiap judul buku rata-rata ada sekitar 35 eksemplar. Artinya, akan ada sekitar dua juta eksemplar buku di IBF 2020.
Menurut Ketua Pembina Asosiasi Yayasan Pendidikan Islam (AYPI) H E Afrizal Sinaro, IBF adalah pameran buku Islam terbesar di Indonesia yang rutin didatangi Muslim dari berbagai negara di Asia Tenggara.
Ia mengatakan, IBF sebagai agenda tahunan para penerbit buku Islam di Indonesia sebenarnya menghimpun banyak hal positif bagi umat Islam. Mereka yang datang ke IBF ada yang berasal dari Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand Selatan, dan Filipina Selatan.
"Mereka adalah pengelola dan pengurus yayasan atau lembaga pendidikan Islam yang tergabung di AYPI," kata Afrizal melalui pesan tertulis kepada Republika, Senin (24/2).
Mereka sengaja datang ke IBF untuk berburu buku-buku Islam. Mereka mencari buku referensi, buku panduan, buku pengayaan dan buku penunjang untuk sekolah atau pesantren mereka.
Hampir setiap tahun, lanjut Afrizal, anggota AYPI mengagendakan hadir di IBF. Sebab, bagi masyarakat Muslim serumpun Melayu, buku-buku Islam terbitan Indonesia sangat mudah untuk dibaca dan dipahami isinya.
"Jadi, mereka tidak perlu lagi menerjemahkan ke bahasa mereka karena buku-buku Islam terbitan Indonesia mudah untuk dibaca," ujarnya.
Kementerian Agama (Kemenag) melalui Direktur Penerangan Agama Islam, Juraidi, juga mengapresiasi IBF. Ia menilai, IBF merupakan bagian dari upaya meningkatkan literasi umat Islam. Sebab, literasi masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim masih tergolong rendah.
"Saya pikir, (IBF) pasti akan ada manfaatnya dalam rangka meningkatkan literasi umat Islam khususnya," ujar Juraidi.
Ia menjelaskan, tingkat literasi masyarakat Indonesia berdasarkan hasil survei Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) tergolong rendah. Dari puluhan negara yang disurvei tingkat literasinya, Indonesia menempati urutan bawah.
Dia menyarankan, IBF lebih banyak melibatkan para penerbit buku dan pegiat literasi. Juga, diadakan lomba-lomba untuk memacu semangat membaca dan menulis generasi milenial. "IBF sudah bagus dalam upaya meningkatkan literasi umat," ujar Juraidi.
Sedangkan, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI Prof KH Didin Hafidhuddin menyarankan, agar panitia IBF memperbanyak jumlah buku sekaligus memperbanyak acara semacam seminar dan dialog. Untuk itu, panitia perlu mengundang para ahli dari berbagai bidang untuk menjadi pembicara.
Ia juga prihatin dengan kondisi masyarakat Indonesia yang kurang gemar membaca. "Maka, perlu terus-menerus diadakan momen yang meningkatkan keinginan mereka membaca.’’n
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.