Hikmah
Manajemen Marah
Orang yang mampu menahan amarahnya akan mendapat banyak keutamaan.
Oleh ABDUL MUID BADRUN
Salah satu perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain adalah marah. Orang yang tidak bisa menahan amarahnya termasuk merugi. Begitu pun sebaliknya, orang yang mampu menahan amarahnya akan mendapat banyak keutamaan.
Marah dapat disebabkan faktor internal dan eksternal. Periset Dr Molly Crockett dari University of Cambridge menjelaskan, fluktuasi kadar hormon serotonin dalam otak mempengaruhi respons seseorang dalam mengatur amarahnya.
Dalam Islam, marah adalah perbuatan yang dilarang karena dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Alquran dan hadis menganjurkan umat Islam untuk senantiasa menahan marah. Karena, salah satu senjata setan untuk membinasakan manusia adalah dengan marah.
Dengan nafsu amarah, setan akan mudah mengendalikan manusia. Karena marah, orang bisa dengan mudah mencaci maki, mengucapkan kalimat buruk, bahkan saling membunuh.
Dengan cara ini, setan akan mudah mengendalikan manusia. Karena marah, orang bisa dengan mudah mencaci maki, mengucapkan kalimat buruk, bahkan saling membunuh.
Marah adalah luapan emosi yang sangat dibenci Allah SWT dan Rasul-Nya. Rasul Muhammad SAW memberikan perhatian besar terhadap masalah ini hingga dalam salah satu hadis bersabda "La taghdob walakal jannah", yang artinya janganlah marah maka bagimu surga.
Sedemikian pentingnya kita menahan marah, sampai Rasul SAW memberikan jaminan bagi yang mampu menahan marah akan dijamin masuk surga.
Pertanyaannya, bagaimana caranya agar kita sebagai manusia mampu menahan marah?
Cara sederhananya dengan manajemen marah. Marah perlu dikelola dengan baik dan benar. Marah itu manusiawi, tapi perlu diletakkan dalam teks dan konteks yang tepat agar marah itu tidak sampai menguasai kita, lupa diri dan lupa daratan. Yang ujungnya disebut manusia setengah gila.
Allah SWT pun sudah memberikan penjelasan secara gamblang bahwa salah satu ciri manusia takwa adalah mampu menahan marah dengan baik dan benar. Hal ini dijelaskan dalam QS Ali Imran ayat 133-134.
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."
Pertanyaannya, bagaimana caranya agar kita sebagai manusia mampu menahan marah? Cara sederhananya dengan manajemen marah.
Dalam hadis pun Rasulullah SAW menyampaikan, orang yang kuat bukanlah yang jago gulat, silat, atau yang mampu angkat beban 100 kg. Namun orang yang mampu menahan amarahnya.
"Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW bersabda: 'Orang yang kuat itu bukanlah karena jago gulat, tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya di kala sedang marah'." (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam sejarah, ada banyak kisah Rasulullah SAW dalam menahan amarah yang dapat diteladani. Suatu ketika Rasul SAW dicaci pengemis tunanetra yang dia suapi makanan.
Namun Rasulullah SAW sama sekali tidak marah padanya. Malah membalasnya dengan kasih sayang dan kelembutan. Ini menunjukkan teladan Rasul SAW dalam manajemen marah.
Berikut adalah tips sederhana bagaimana agar kita mampu menahan marah dengan manajemen marah.
Pertama, melatih pernapasan. Suka atau tidak, kelembutan hati seseorang itu bisa terus dibina dengan olahraga pernapasan. Semakin sering kita latihan pernapasan, baik dengan yoga atau semedi, maka aliran darah terkendali dan amarah bisa dihentikan.
Kedua, zikir ta'awudz. Dari sahabat Sulaiman bin Surd, beliau menceritakan, "Suatu hari saya duduk bersama Rasulullah SAW. Ketika itu ada dua orang yang saling memaki. Salah satunya merah wajahnya dan urat lehernya memuncak. Kemudian Rasulullah bersabda: 'Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta'awudz: A'uudzu billahi minas syaithanir rajiim, marahnya akan hilang'." (HR al-Bukhari dan Muslim).
Ketiga, memaksa diam dan jaga lisan. Diam merupakan perbuatan mulia dan salah satu cara untuk mengantisipasi munculnya luapan amarah. Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda: "Jika kalian marah, diamlah." (HR Ahmad).
Keempat, tahu diri dengan mengambil posisi lebih rendah. Kecenderungan orang marah adalah ingin selalu lebih tinggi, dan lebih tinggi lagi. Semakin dituruti, dia semakin ingin lebih tinggi. Dengan posisi lebih tinggi, dia bisa melampiaskan amarah sepuasnya.
Rasulullah SAW bersabda: "Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendaklah dia mengambil posisi tidur." (HR Ahmad dan Abu Daud).
Kelima, jaga wudhu (kesucian diri). Marah itu datangnya dari setan dan setan diciptakan dari api. Maka orang yang marah dianjurkan berwudhu atau mandi untuk memadamkan amarahnya.
Dari Urwah As-Sa'di, Nabi SAW bersabda: "Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu."
Dengan lima cara manajemen marah ini, diharapkan kita mampu membiasakan diri untuk tidak marah dalam hal apapun. Karena, Rasulullah SAW bersabda: "Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki." (HR Abu Daud dan Turmudzi).
Masih mau marah? Wallahu a'lam.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Wakaf untuk Perbaikan Ozon
Kesejahteraan lingkungan nyatanya juga dapat dicapai dengan instrumen wakaf.
SELENGKAPNYAMaulid Nabi: Bukan Semata HUT
Memberi bantuan, pertolongan melalui syafaat adalah hak Rasulullah SAW.
SELENGKAPNYA