
Mujahidah
Belajar dari Kisah Hindun
Sosok Hindun bin Utbah me miliki peran besar dalam perkembangan Islam setelah menjadi se orang Muslimah.
Wahsyi, si budak legam itu berangkat bersama rombongan ke Bukit Uhud. Saat perang antara kaum Quraisy dan kaum Muslimin meletus, matanya berburu. Dia mencari sesosok pria yang dipesan oleh majikannya. Dialah Hamzah bin Abu Thalib.
Hamzah ditemukannya di tengah orang banyak. Wahsyi melihatnya laksana unta kelabu sedang membabati orang dengan pedangnya. Budak asal Abisinia itu pun mulai mengayun-ayunkan tombaknya. Ketika sudah yakin dengan targetnya, tombaknya itu melesat. Dia terbang menuju sasarannya. Ujung tombak sampai ke bawah perutnya dan menembus keluar dari antara dua kakinya.

Wahsyi, si empunya tombak membiarkannya begitu sampai targetnya mengembuskan napas terakhir. Setelah itu, Wahsyi pun menghampiri jenazah Hamzah. Diambil tombaknya yang telah membunuh paman Nabi Muhammad SAW itu. Dia kembali ke markas Quraisy dan berdiam di sana. Misinya telah usai. Tak lama lagi dia akan menjadi orang merdeka sesuai dengan perjanjian dia bersama majikannya.
Hindun binti Utba merupakan perempuan yang dendam terhadap kematian ayahnya, Utbah bin Rabiah di tangan kaum Muslimin. Kaum Quraisy yang sudah mampu membunuh banyak pasukan Muslimin pada perang pada tahun ke-3 Hijriyah itu tidak memuaskannya. Bersama dengan wanita-wanita lain dalam rombongan Quraisy, mereka menganiaya jenazah Muslim itu. Mereka memotongi telinga dan hidung mereka. Hindun bahkan mengenakannya sebagai anting dan kalung.
Dia ternyata belum puas. Hindun membelah perut Hamzah. Dikeluarkannya jantung Singa Allah itu dan dikunyah dengan giginya. Namun, dia tak bisa menelannya. Begitu keji perbuatan itu sehingga Abu Sufyan, suami Hindun, lepas tangan dari aksi sadis itu.
Setelah menguburkan pasukan yang gugur pada Perang Uhud, Quraisy pergi. Giliran kaum Muslimin kembali ke garis depan. Mereka hendak menguburkan jenazah para syuhada yang wafat. Rasulullah pergi mencari jenazah pamannya Hamzah. Dia melihat perut paman ke sayangannya itu dianiaya. Nabi SAW pun sempat bersabda. "… Ingatlah, demi Allah, atas kejadian ini; sungguh aku akan mencincang tujuh puluh orang (dari mereka) seperti cincangan yang dialami olehmu…" diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Bakar al-Bazzar.
...Kalau kamu bersabar, itulah yang paling baik bagi mereka yang berhati sabar. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiada kesabaranmu itu, melainkan hanya dengan pertolongan Allah..QS AN-NAHL: 127
Perkataan Rasulullah SAW membuat Allah SWT menurunkan firman-Nya. "Dan, kalau kamu mengadakan pembalasan, ba laslah seperti apa yang mereka lakukan terhadap kamu. Namun, kalau kamu bersabar, itulah yang paling baik bagi mereka yang berhati sabar. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiada kesabaranmu itu, melainkan hanya dengan pertolongan Allah. Dan jangan pula engkau bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan "(QS an-Nahl: 126-128).
Hanya lima tahun setelah Perang Uhud, sekitar sepuluh ribu pasukan Muslimin berbondong-bondong ke Makkah dengan persenjataan lengkap. Sejarah mencatat, pada Ramadhan tahun ke-8 Hijriyah, Rasulullah SAW bersama pasukannya menaklukkan Makkah tanpa pertumpahan darah. Tidak ada jejak dendam pada diri Rasulullah karena adanya petunjuk dari Allah SWT.
Penduduk Makkah pun berbondong-bondong berbaiat kepada Rasulullah SAW. Setelah membaiat kaum laki-laki, Rasulullah SAW kemudian membaiat kaum wanita. Di antara wanita-wanita yang berbaiat kepadanya adalah Hindun bin Utbah. Sosok yang hampir memakan jantung Ham zah, pamanda tercinta.
Sosok Hindun bin Utbah memiliki peran besar dalam perkembangan Islam setelah menjadi seorang Muslimah. Dalam Perang Yarmuk, seperti dikisahkan Ibnu Jarir, kaum Muslimin bertempur habis-habisan. Kaum wanita meng halau setiap tentara Muslim yang terdesak dan mundur dari medan laga. Mereka berteriak, 'Kalian mau pergi ke mana? Apakah kalian akan membiarkan kami ditawan oleh pasukan Romawi?'
Tentara Muslim yang sebelumnya hampir melarikan diri, kemudian bertempur kembali membangkitkan semangat pasuk an yang lain. Mereka benar-benar terbakar oleh kecaman pedas yang diteriakkan oleh kaum wanita, terutama Hindun binti Ut bah. Dalam suasana seperti itu, Hindun menuju barisan tentara sambil membawa tongkat pemukul tabuh dengan diiringi oleh wanita-wanita Muhajirin. Ia membaca bait-bait syair yang pernah dibacanya dalam Perang Uhud.

Tiba-tiba pasukan berkuda yang berada di sayap kanan pasukan Muslim berbalik arah karena terdesak musuh. Melihat pemandangan tersebut, Hindun berteriak, "Kalian mau lari ke mana? Kalian melarikan diri dari apa? Apakah dari Allah dan surga-Nya? Sungguh, Allah melihat yang kalian lakukan!"
Hindun juga melihat suaminya, Abu Sufyan, yang berbalik arah dan melarikan diri. Hindun segera mengejar dan memukul muka kudanya dengan tongkat seraya berteriak, "Engkau mau ke mana, wahai putra Shakhr? Ayo, kembali lagi ke medan perang! Berjuanglah habis-habisan agar engkau dapat membalas kesalahan masa lalumu, saat engkau menggalang kekuatan untuk menghancurkan Rasulullah."
Zubair bin Al-'Awwam yang melihat semua kejadian itu berkata, "Ucapan Hindun kepada Abu Sufyan itu mengingatkanku kepada peristiwa Perang Uhud, saat kami berjuang di depan Ra sulullah SAW." Begitulah totalitas Hindun dalam membela agamanya saat menjadi Muslimah.
Disadur dari Harian Republika Edisi 22 Maret 2019
Cerita Mantan Pastor Menemukan Islam
Idris Tawfiq menyadari, stigma yang selama ini didapatkannya tentang Islam adalah keliru total.
SELENGKAPNYABerkenalan dengan Pemeran Asli Valak, Aslinya Menyenangkan
Ketika sudah memakai kostum dan riasan Valak, Aarons disebut seolah sudah menjadi karakter tersebut sepenuhnya.
SELENGKAPNYAMenemukan Hidayah Usai 9/11
Ketika AS dilanda Islamofobia pascaperistiwa 9/11, Angela Collins justru tertarik mempelajari Islam.
SELENGKAPNYA