
Internasional
Penyintas Gempa Maroko Mengiba, Bantuan Telat Tiba
Bantuan asing masih tertahan menunggu restu Kerajaan Maroko.
MOULAY BRAHIM -- Gempa Maroko yang tergolong dahsyat menimbulkan nelangsa kepada para penyintas yang tidur di jalan-jalan beberapa hari belakangan. Mereka menantikan bantuan yang disebut lambat tersalurkan.
Kementerian Dalam Negeri Maroko pada Ahad (10/9/2023) mengatakan, sebanyak 2.122 orang dipastikan tewas dan sedikitnya 2.421 lainnya luka-luka, serta 1.404 di antaranya kritis. Sebagian besar korban tewas atau sekitar 1.351 orang berada di distrik Al Haouz di Pegunungan Atlas. PBB memperkirakan 300.000 orang terkena dampak gempa berkekuatan 6,8 skala richter yang terjadi pada Jumat (8/9/2023) malam.
Para penyintas masih berjuang untuk mendapatkan makanan, air, dan tempat berlindung pada Ahad (10/9/2023). Pencarian orang hilang berlanjut di desa-desa terpencil.
Banyak orang menghabiskan malam ketiga dengan tidur di jalanan. Para pekerja bantuan menghadapi tantangan untuk menjangkau desa-desa yang terkena dampak paling parah di High Atlas, sebuah wilayah pegunungan terjal yang pemukimannya seringkali terpencil dan banyak rumah yang hancur.

Di Moulay Brahim, sebuah desa yang berjarak 40 kilometer selatan Marrakesh, warga menggambarkan bagaimana mereka menggali mayat dari reruntuhan menggunakan tangan kosong. Di lereng bukit yang menghadap ke desa, warga menguburkan seorang perempuan berusia 45 tahun yang meninggal bersama putranya yang berusia 18 tahun. Seorang perempuan menangis tersedu-sedu saat jenazah diturunkan ke liang lahat.
Seorang warga, Hussein Adnaie meyakini masih ada orang-orang yang terkubur di reruntuhan. “Mereka tidak mendapatkan pertolongan yang mereka perlukan sehingga mereka meninggal. Saya menyelamatkan anak-anak saya dan saya berusaha mendapatkan selimut untuk mereka dan pakaian apa pun yang bisa mereka pakai dari rumah,” kata Adnaie.
Warga lainnya, Yassin Noumghar mengeluhkan kekurangan air, makanan dan listrik. Noumghar mengatakan, sejauh ini dia hanya menerima sedikit bantuan pemerintah. “Kami kehilangan segalanya, kami kehilangan seluruh rumah. Kami hanya ingin pemerintah membantu kami," kata Noumghar.
Di Desa Amizmiz yang terkena dampak paling parah, warga menyaksikan tim penyelamat menggunakan alat penggali mekanis pada sebuah rumah yang runtuh. “Mereka mencari seorang pria dan putranya. Salah satu dari mereka mungkin masih hidup,” kata Hassan Halouch, seorang pensiunan tukang bangunan.
Tim akhirnya hanya menemukan jenazah. Tentara, yang dimobilisasi untuk membantu upaya penyelamatan, mendirikan kamp dengan tenda untuk para tunawisma. Sebagian besar toko rusak atau tutup, sehingga warga kesulitan mendapatkan makanan dan perbekalan.
“Kami masih menunggu tenda. Kami belum punya apa-apa,” kata Mohammed Nejjar, seorang buruh yang sedang melipat selimutnya di tempat penampungan sementara yang dibangun dari potongan kayu.
“Saya mendapat sedikit makanan yang ditawarkan oleh seorang pria, tapi itu saja sejak gempa terjadi. Anda tidak dapat melihat satu toko pun buka di sini dan orang-orang takut untuk masuk ke dalam jika atapnya runtuh," kata Nejjar.
Pusat gempa terletak 72 kilometer (45 mil) barat daya Marrakesh. Pemerintah mengatakan, mereka telah menyiapkan dana untuk warga yang terkena dampak gempa. Pemerintah juga memperkuat tim pencarian dan penyelamatan, termasuk menyediakan air minum serta mendistribusikan makanan, tenda dan selimut. Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan lebih dari 300.000 orang terkena dampak bencana tersebut.
Sementara tentara dan tim bantuan internasional yang membawa logistik dengan truk dan helikopter mulai menyebar ke kota-kota pegunungan terpencil yang paling parah terkena dampak gempa bumi.

Bantuan juga lambat tiba di Amizmiz yang terkena dampak gempa cukup parah. Sebagian besar rumah yang terbuat dari batu bata oranye dan merah di lereng gunung tampak hancur lebur. Sementara menara masjid telah runtuh.
“Kami tidak tahu bagaimana masa depan. Bantuannya masih belum mencukupi," ujar seorang warga desa, Salah Ancheu (28 tahun).
Warga menyapu puing-puing dari jalan utama menuju kota dan masyarakat bersorak ketika truk penuh tentara tiba. Namun mereka memohon bantuan lebih lanjut. “Tidak ada ambulans, tidak ada polisi, setidaknya untuk saat ini,” kata Ancheu.
Mereka yang kehilangan tempat tinggal atau takut akan terjadi gempa susulan, memilih tidur di luar rumah. Mereka tidur di jalan-jalan Kota kuno Marrakesh atau di bawah kanopi darurat di kota-kota Pegunungan Atlas yang terkena dampak paling parah seperti Moulay Brahim. Kerusakan terparah terjadi di masyarakat pedesaan yang bergantung pada jalan tak beraspal, yang melintasi daerah pegunungan yang tertutup bebatuan. Daerah tersebut kembali diguncang gempa susulan pada Ahad berkekuatan 3,9 skala Richter.
Bendera diturunkan setengah tiang di seluruh Maroko, dan Raja Mohammed VI memerintahkan tiga hari berkabung nasional mulai Ahad. Tentara memobilisasi tim pencarian dan penyelamatan. Sementara raja memerintahkan air, jatah makanan, dan tempat berlindung dikirimkan kepada mereka yang kehilangan rumah. Raja juga menyerukan masjid-masjid untuk mengadakan shalat jenazah bagi para korban, banyak di antara mereka yang dimakamkan pada Sabtu (9/9/2023) di tengah hiruk pikuk upaya penyelamatan.

Pusat gempa pada Jumat berada di dekat Kota Ighil di Provinsi Al Haouz, sekitar 70 kilometer (44 mil) selatan Marrakesh. Wilayah ini terkenal dengan desa-desa dan lembah-lembah indah yang terletak di Pegunungan Tinggi Atlas.
Kehancuran melanda setiap kota di sepanjang jalan setapak yang curam dan berkelok-kelok di High Atlas. Orang-orang menangisi rumah mereka yang hancur dan kerabat yang meninggal dunia tertimpa reruntuhan.
“Saya tertidur saat gempa terjadi. Saya tidak dapat melarikan diri karena atapnya menimpa saya. Saya terjebak. Saya diselamatkan oleh tetangga saya yang membersihkan puing-puing dengan tangan kosong,” kata Fatna Bechar di Moulay Brahim. “Sekarang, saya tinggal bersama mereka di rumah mereka karena rumah saya hancur total," ujar Bechar menambahkan.
Sementara itu, Wajah Khadija Fairouje sembab karena menangis. Dia kehilangan putri dan tiga cucunya yang berusia 4 hingga 11 tahun ketika rumah mereka runtuh saat mereka sedang tidur. “Tidak ada yang tersisa. Semuanya jatuh,” kata adik Khadija, Hafida Fairouje.
Yayasan Solidaritas Mohammed V mengoordinasikan bantuan untuk sekitar 15.000 keluarga di Provinsi Al Haouz, termasuk makanan, bantuan medis, perumahan darurat dan selimut. Tim penyelamat yang didukung oleh tentara dan polisi mencari rumah-rumah yang runtuh di Kota terpencil Adassil, dekat pusat gempa. Kendaraan militer membawa buldoser dan peralatan lainnya untuk membersihkan jalan. Sementara ambulans membawa puluhan orang yang terluka dari Desa Tikht, yang berpenduduk 800 orang, ke Rumah Sakit Universitas Mohammed VI di Marrakesh.

Di Marrakesh banyak bangunan yang hancur. Wisatawan dan warga antri untuk mendonorkan darah. “Saya bahkan tidak memikirkannya dua kali, terutama dalam kondisi di mana orang-orang sekarat, terutama pada saat mereka membutuhkan pertolongan, bantuan apa pun," ujar kata Jalila Guerina kepada the Associated Press.
Gempa berkekuatan 6,8 skala Richter terjadi pada Jumat pukul 23.11 waktu setempat dan berlangsung beberapa detik. Gempa susulan berkekuatan 4,9 terjadi 19 menit kemudian. Tabrakan lempeng tektonik Afrika dan Eurasia terjadi pada kedalaman yang relatif dangkal, sehingga gempa menjadi lebih berbahaya.
Berdasarkan catatan USGS tahun 1900, gempa tersebut merupakan gempa bumi terkuat yang melanda Maroko dalam lebih dari 120 tahun. Namun gempa tersebut bukanlah yang paling mematikan. Pada 1960, gempa berkekuatan 5,8 skala Richter melanda dekat Kota Agadir, menewaskan sedikitnya 12.000 orang. Gempa tersebut mendorong Maroko untuk mengubah peraturan pembangunan, namun banyak bangunan, terutama rumah di pedesaan, tidak dibangun untuk tahan terhadap guncangan gempa. Pada 2004, gempa berkekuatan 6,4 skala Richter terjadi di dekat kota pesisir Mediterania Al Hoceima. Gempa menyebabkan lebih dari 600 orang tewas.
Tunggu aba-aba
Sejauh ini, bantuan internasional menunggu aba-aba dari Pemerintah Maroko untuk bergerak. Para pejabat Maroko mengatakan, mereka hanya menerima bantuan internasional dari empat negara yaitu Spanyol, Qatar, Inggris dan Uni Emirat Arab.

“Pihak berwenang Maroko telah secara hati-hati menilai kebutuhan di lapangan, mengingat kurangnya koordinasi dalam kasus-kasus seperti itu akan menjadi kontraproduktif,” kata Kementerian Dalam Negeri dalam sebuah pernyataan.
Tawaran bantuan mengalir dari seluruh dunia. Namun Maroko belum mengajukan permohonan bantuan internasional seperti yang dilakukan Turki beberapa jam setelah gempa besar awal tahun ini.
PBB mengatakan, mereka memiliki tim di Maroko yang mengoordinasikan dukungan internasional. Rescuers Without Borders mengatakan, sekitar 100 tim yang terdiri dari total 3.500 penyelamat terdaftar di platform PBB dan siap dikerahkan di Maroko jika diminta. Sementara Jerman memiliki tim yang terdiri lebih dari 50 penyelamat yang menunggu di dekat Bandara Cologne-Bonn. Kantor berita DPA mengatakan, tim penyelamat itu telah dipulangkan karena tidak ada permintaan bantuan dari Maroko.
“Kami tahu ada urgensi besar untuk menyelamatkan orang-orang dan menggali di bawah sisa-sisa bangunan. Ada banyak orang yang sekarat di bawah reruntuhan, dan kami tidak dapat melakukan apa pun untuk menyelamatkan mereka," kata Arnaud Fraisse, pendiri Rescuers Without Borders, yang timnya terjebak di Paris menunggu lampu hijau.
Tim pencarian dan penyelamatan Spanyol tiba di Marrakesh dan menuju ke pedesaan Talat N’Yaaqoub. Menteri Luar Negeri Spanyol, José Manuel Albares mengatakan, pihak berwenang Maroko meminta bantuan kepada Spanyol.

Para pejabat di Republik Ceko telah mengirimkan sekitar 70 anggota tim penyelamat yang terlatih untuk mencari reruntuhan, setelah menerima permintaan resmi dari pemerintah Maroko. Menteri Pertahanan Ceko, Jana Cernochova mengatakan, tiga pesawat militer disiapkan untuk mengangkut tim tersebut.
Spanyol menyatakan, 56 petugas dan empat anjing pelacak telah tiba di Maroko, sementara tim kedua yang terdiri dari 30 orang dan empat anjing sedang menuju ke sana. Inggris mengerahkan 60 spesialis pencarian dan penyelamatan dan empat anjing, serta tim penilai medis yang terdiri dari empat orang pada Ahad (10/9/2023). Qatar juga mengirim tim pencarian dan penyelamatannya ke Maroko.
Negara lain yang menawarkan bantuan adalah Turki. Namun hingga Ahad, tim Turki belum juga berangkat karena belum ada permintaan resmi dari Maroko. “Dua hingga tiga hari ke depan akan sangat penting untuk menemukan orang-orang yang terjebak di bawah reruntuhan,” kata Caroline Holt, direktur operasi global Federasi Internasional Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC), kepada Reuters.
Holt mengatakan, sistem bantuan internasional telah menunggu undangan dari Maroko untuk memberikan bantuan. Dia menambahkan, bukan hal yang aneh ketika pemerintah menilai kebutuhan bantuan.
Presiden AS Joe Biden mengungkapkan belasungkawa kepada para korban gempa di Maroko. Biden mengatakan, AS siap memberikan bantuan kepada Maroko. “Kami siap memberikan bantuan apa pun yang diperlukan kepada rakyat Maroko,” kata Biden pada konferensi pers di Hanoi, Vietnam.
Seorang pejabat Amerika mengatakan, sebuah tim kecil ahli bencana yang dikirim oleh Amerika tiba di Maroko pada Ahad untuk menilai situasi. Prancis menyatakan siap membantu dan menunggu permintaan resmi dari Maroko.
Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Kerajaan Maroko telah merespon cepat dan menyampaikan kerjasamanya dengan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) untuk bentuk tim bantuan dan rancang kebutuhan mendesak di lokasi terdampak.

Dalam rangka memberikan bantuan kemanusiaan yang efektif dan tepat waktu, PCIM Maroko berencana untuk mengoperasikan tim bantuan selama 14 hari dalam fase tanggap darurat. "Tim ini akan fokus pada pendistribusian kebutuhan dasar, makanan, air bersih, dan perlengkapan kesehatan kepada warga yang terdampak” ungkap Jundi Abdurrahman, PCIM Maroko dalam rilis yang diterima Republika, Ahad (10/9/2023).
Selain itu, PCIM Maroko juga akan berfokus pada program dukungan kepada kelompok rentan diantaranya ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, lansia dan disabilitas. Kerjasama ini juga disambut dengan sigap oleh Ketua Pimpinan Pusat MDMC Budi Setiawan, untuk merapatkan aksi bantuan atas bencana yang melanda di Maroko.
“MDMC mencoba berkoordinasi dengan lembaga kemanusiaan dan juga pemerintah, sejauh mana kemungkinan kita ikut membantu meringankan duka warga Maroko” jelasnya.
Budi juga menyampaikan belasungkawanya atas bencana yang terjadi. Adapun PCIM Maroko sendiri berupaya untuk menjangkau kebutuhan korban terdampak dengan lebih dalam melalui komunikasi dan koordinasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Maroko dan Hilal Ahmar di Chichaoua.
Gempa Bersejarah di Maroko Renggut Seribuan Jiwa
Gempa pada Jumat malam tercatat sebagai yang terbesar di Maroko.
SELENGKAPNYAGempa Bumi Dahsyat di Maroko, Akibatkan 800 Korban Jiwa
Gempa bumi dengan magnitudo 6.9 tercatat gempat terbesar di Maroko.
SELENGKAPNYA