
Kabar Utama
Gempa Bersejarah di Maroko Renggut Seribuan Jiwa
Gempa pada Jumat malam tercatat sebagai yang terbesar di Maroko.
Oleh DWINA AGUSTIN
MARRAKESH -- Pada Jumat (8/9/2023) malam, goncangan dahsyat meluluhlantakkan sebagian wilayah Maroko. Gempa bumi yang disebut sebagai yang paling akbar sepanjang sejarah negara tersebut merenggut nyawa lebih dari seribu orang.
Orang-orang yang terbangun akibat gempa berkekuatan 6,8 skala Richter di Maroko. Mereka berlari ke jalan karena ketakutan dan ketidakpercayaan.
Seorang pria yang mengunjungi apartemen terdekat mengatakan, piring dan hiasan dinding mulai berjatuhan, dan orang-orang terjatuh dari kaki dan kursi mereka. Seorang perempuan menggambarkan dirinya melarikan diri dari rumahnya setelah terjadi getaran hebat. Seorang pria yang sedang menggendong seorang anak mengatakan bahwa dia terbangun di tempat tidur karena guncangan tersebut.
Televisi pemerintah menunjukkan orang-orang berkerumun di jalan-jalan Marrakesh, takut untuk kembali ke dalam gedung yang mungkin masih tidak stabil. Banyak yang membungkus diri mereka dengan selimut ketika mencoba tidur di luar.
Gempa bumi dahsyat yang jarang terjadi di Maroko itu merusak bangunan dari desa-desa di Pegunungan Atlas hingga kota bersejarah Marrakesh.

Masjid Koutoubia yang dibangun pada abad ke-12 rusak, tetapi dampak luasnya masih belum jelas terhadap menara setinggi 69 meter dikenal sebagai atap Marrakesh. Warga Maroko juga mengunggah video yang menunjukkan kerusakan pada bagian tembok merah terkenal yang mengelilingi kota tua, sebuah situs Warisan Dunia UNESCO.
Jumlah total korban jiwa masih terus bertambah. Tim penyelamat berjuang untuk melewati jalan-jalan berbatu menuju desa-desa pegunungan terpencil yang paling terkena dampaknya.
Gempa tersebut merupakan yang terbesar yang melanda negara itu dalam 120 tahun terakhir. Getaran kuat merobohkan bangunan serta tembok di kota-kota kuno yang terbuat dari batu dan pasangan bata yang tidak dirancang untuk tahan terhadap gempa.
“Masalahnya adalah ketika gempa bumi dahsyat jarang terjadi, bangunan-bangunan tidak dibangun cukup kokoh untuk menahan guncangan tanah yang kuat, sehingga banyak bangunan runtuh yang mengakibatkan banyak korban jiwa,” kata profesor emeritus bahaya geofisika dan iklim di University College London, Bill McGuire.

“Saya memperkirakan jumlah korban tewas terakhir akan mencapai ribuan setelah diketahui lagi. Seperti halnya gempa besar lainnya, gempa susulan mungkin terjadi, yang akan menyebabkan lebih banyak korban jiwa dan menghambat pencarian dan penyelamatan,” ujarnya.
Kementerian Dalam Negeri Maroko melaporkan pada Sabtu pagi, sekitar 1.037 orang meninggal, sebagian besar di Marrakesh dan lima provinsi dekat pusat gempa, dan 1.204 orang lainnya terluka. Dari korban luka, 721 orang berada dalam kondisi kritis.
Sebagai tanda besarnya skala bencana, Raja Maroko Mohammed VI memerintahkan angkatan bersenjata untuk memobilisasi aset udara dan darat. Tim pencarian dan penyelamatan khusus, serta rumah sakit lapangan bedah dioptimalkan.
Tapi, meski banyak tawaran bantuan dari seluruh dunia, pemerintah Maroko belum secara resmi meminta bantuan. Permintaan itu penting sebagai langkah yang diperlukan sebelum kru penyelamat dari luar negeri dapat dikerahkan.
Tim penyelamat bekerja sepanjang malam, mencari korban yang selamat dalam kegelapan, debu dan puing-puing. Sebagian besar desa kecil Moulay Brahim, yang terletak di lereng gunung di selatan Marrakesh, tidak dapat dihuni setelah tembok-tembok runtuh, jendela-jendela pecah, dan lebih dari selusin rumah hancur menjadi tumpukan beton dan tiang-tiang logam yang bengkok. Sedikitnya lima warga terjebak.

Ayoub Toudite mengatakan, sedang berolahraga bersama teman-temannya di gym ketika merasakan guncangan hebat seperti hari kiamat. Dalam 10 detik, semuanya hilang. “Kami menemukan korban jiwa dan orang-orang berlarian serta anak-anak menangis. Kami belum pernah melihat hal seperti ini, 20 kematian di daerah tersebut, 30 luka-luka," ujar Toudite.
Tim penyelamat menggunakan palu dan kapak untuk membebaskan seorang pria yang terperangkap di bawah gedung berlantai dua. Orang-orang yang mampu masuk ke dalam ruang kecil itu memberinya air. “Kami semua takut hal ini terjadi lagi,” kata Toudite.
Pemimpin kota Talat N'Yaaqoub Abderrahim Ait Daoud mengatakan, pihak berwenang berupaya membersihkan jalan di Provinsi Al Haouz untuk memungkinkan lewatnya ambulans dan bantuan kepada masyarakat yang terkena dampak. Namun di mengatakan, jarak yang jauh antara desa-desa pegunungan memerlukan lebih banyak waktu untuk mempelajari kerusakan yang ditimbulkan.
Militer Maroko mengerahkan pesawat terbang, helikopter, dan drone serta layanan darurat memobilisasi upaya bantuan ke daerah-daerah yang terkena dampak kerusakan. Hanya saja jalan-jalan menuju daerah pegunungan di sekitar pusat gempa dipenuhi kendaraan dan terhalang oleh batu-batu yang runtuh. Kondisi ini memperlambat upaya penyelamatan.
Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mengatakan, gempa tersebut berkekuatan awal 6,8 skala Richter ketika terjadi pada pukul 23.11 waktu setempat, dengan guncangan yang berlangsung beberapa detik. Kemudian gempa susulan berkekuatan 4,9 terjadi 19 menit kemudian.
Pusat gempa berada di dekat kota Ighil di Provinsi Al Haouz, sekitar 70 kilometer selatan Marrakesh. Al Haouz terkenal dengan desa-desa indah dan lembah-lembah yang terletak di High Atlas, dan desa-desa yang dibangun di lereng gunung.
USGS mengatakan pusat gempa berada 18 kilometer di bawah permukaan bumi. Sementara badan seismik Maroko memperkirakan pusat gempa berada 11 kilometer di bawah permukaan bumi. Gempa dangkal seperti ini lebih berbahaya.
Gempa bersejarah
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memaparkan analisis gempa magnitudo (M) 6,9 di Maroko pada Sabtu terekam pada pukul 05.10 WIB, merupakan yang terbesar sepanjang sejarah negara tersebut.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangannya disiarkan di Jakarta, Sabtu, menyebut gempa tersebut merupakan merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas sesar aktif di Zona Pegunungan Atlas, Maroko.
Episenter gempa ini terletak pada koordinat 31.01 derajat lintang utara dan 8.46 derajat bujur barat, tepatnya di darat dengan kedalaman hiposenter sangat dangkal, yakni pada 28 kilometer. "Gempa berkekuatan Mw 6,9 ini merupakan gempa utama (mainshock) dan yang terbesar dalam catatan sejarah yang pernah terjadi di Maroko. Laporan terkini menunjukkan bahwa gempa tersebut menimbulkan kerusakan dengan korban jiwa meninggal," kata Daryono.

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposentrumnya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas sesar aktif di Zona Pegunungan Atlas, Maroko. Morfologi jalur pegunungan ini berarah Baratdaya -Timurlaut, dari Agadir hingga Aït Ahmadou Haddou, Maroko, ujar dia melanjutkan.
Hasil analisis mekanisme sumber yang dilakukan BMKG menunjukkan bahwa gempa yang terjadi memiliki mekanisme sumber pergerakan naik (thrust fault), yang mencerminkan adanya gaya tekan (compressional) yang terjadi pada zona tektonik sumber gempa tersebut.
"Gempa ini terjadi di wilayah jalur sumber gempa sesar aktif yang sudah terpetakan, namun demikian zona ini dikenal dengan riwayat kegempaan yang relatif rendah," ujar Daryono.
Gempa tersebut berdampak sangat merusak mencapai skala intensitas VII - IX MMI hingga menimbulkan kerusakan dan korban jiwa meninggal di Kota Tua Marrakesh yang merupakan kota terbesar keempat di Maroko yang merupakan salah satu pusat populasi paling besar.
Marrakesh mengalami kerusakan paling parah karena dekat sumber gempa ditambah dengan keberadaan bangunan-bangunan tua yang rentan runtuh akibat guncangan gempa karena kondisi strukturnya yang sudah lemah.

Kota-kota besar terdampak guncangan gempa cukup kuat di sekitar Marrakesh adalah Ouarzazate, Essaouira, Safi, Agadir, Casablanca dan Errachidia. Tidak hanya di Maroko, gempa kerak dangkal ini guncangannya dirasakan di wilayah sangat luas, termasuk negara tetangga, seperti Portugal, Spanyol dan Aljazair.
Gempa ini mengingatkan pada peristiwa gempa dahsyat yang mengguncang Agadir, Maroko dengan magnitudo Mw 5,8 pada 29 Februari 1960. Meskipun magnitudo gempanya relatif kecil, gempa merusak Agadir menewaskan lebih dari 10.000 orang, dan menjadi gempa paling mematikan dalam sejarah Maroko.
"Gempa Marrakesh Mw 6,9 yang terjadi saat ini berdasarkan magnitudonya sebanding dengan gempa merusak bersejarah yang menghancurkan kota Meknes dengan magnitudo Mw 6,5-7,0 yang terjadi pada 27 November 1755," ujar Daryono.
Gempa ini menewaskan ribuan orang, karena melanda wilayah pegunungan dengan banyak sebaran permukiman pedesaan dan kota-kota kecil yang memiliki banyak bangunan rentan dengan struktur lemah. Selain itu, gempa kuat ini terjadi pada malam hari pukul 23.00 waktu setempat, saat seluruh warga sedang tinggal di rumah.