Diet untuk menurunkan berat badan | Unsplash/Diana Polekhina

Medika

Bijak Memilih Diet, Hindari yang Ekstrem

Pelaku diet Mediterania disinyalir berisiko 29 persen lebih rendah mengalami kematian dini.

Berusaha mencapai berat badan ideal memang tidak ada salahnya. Akan tetapi, menuju ke sana sebaiknya tidak dengan pengaturan pola makan alias diet yang ekstrem. Pasalnya, studi terbaru menyebut diet ekstrem lebih banyak merugikan bagi tubuh.


Studi digagas tim peneliti dari Nagoya University Graduate School of Medicine di Jepang. Mereka melaporkan bahwa diet ekstrem berupa pengurangan atau penambahan asupan karbohidrat dan lemak secara berlebihan dapat memengaruhi harapan hidup jangka panjang.


Para peneliti mengukur asupan karbohidrat, lemak, dan energi harian lebih dari 80 ribu orang selama sembilan tahun. Mereka menemukan bahwa pola makan tinggi atau rendah karbohidrat dan lemak meningkatkan risiko kematian akibat semua penyebab dan kematian terkait kanker.

photo
Perbanyak konsumsi buah dan sayuran (ilustrasi) - (Unsplash/Tangerine Newt)


Temuan studi ini juga sudah diterbitkan di The Journal of Nutrition. Dikutip dari laman Women's Health, Jumat (8/9/2023), dampak itu terutama dijumpai pada peserta perempuan. Pola makan rendah karbohidrat dikaitkan dengan tingginya kasus penyakit kardiovaskular.


Definisi rendah, yakni kurang dari 50 persen kalori yang berasal dari karbohidrat, atau kurang dari 250 gram karbohidrat bagi yang mengonsumsi 2.000 kalori sehari. Sebaliknya, pola makan tinggi karbohidrat pun tidak baik, karena memberi efek buruk lain.


Pola makan tinggi karbohidrat dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian terkait kanker dan dengan semua penyebab. Definisi tinggi yakni lebih dari 65 persen asupan kalori berasal dari makronutrien, atau 325 gram karbohidrat dari pola makan 2.000 kalori.


Sementara, diet rendah lemak dikaitkan dengan kualitas kesehatan pada masa tua yang lebih buruk. Para peneliti mengatakan hal ini menunjukkan pengurangan drastis kelompok makanan tertentu pada lelaki maupun perempuan berdampak buruk pada kesehatan.


"Penelitian ini sangat penting karena menunjukkan bahwa diet rendah karbohidrat dan rendah lemak mungkin bukan strategi yang paling sehat untuk mendorong umur panjang, karena manfaat jangka pendeknya berpotensi lebih besar daripada risiko jangka panjangnya," kata peneliti utama studi, Takashi Tamura.


Membatasi kelompok makanan tertentu kini menjadi cara populer untuk menurunkan berat badan. Para pakar kesehatan khawatir dengan maraknya diet ekstrem seperti diet keto. Studi terbaru yang digagas Tamura menyarankan lebih berhati-hati menyeimbangkan pola makan. Pilihan terbaik adalah mendapatkan energi dari berbagai makanan dan makronutrien.


Diet Mediterania


Pola makan Mediterania telah lama diketahui memiliki banyak manfaat kesehatan, termasuk efek baik terhadap mikrobioma usus. Meskipun itu bukan hal baru, yang menarik adalah beberapa manfaat diet Mediterania terbukti secara ilmiah.


Sains mendukung penerapan pola makan Mediterania yang sarat konsumsi buah-buahan, sayuran segar, dan lemak sehat. Berikut enam manfaat diet Mediterania yang sudah dibuktikan oleh riset ilmiah, dikutip dari laman IFL Science, Rabu (23/8/2023).


- Menurunkan risiko kematian akibat kanker

Tim peneliti dari Ramon y Cajal di La Universidad dan Harvard TH Chan School of Public Health meninjau dampak diet Mediterania dalam menurunkan risiko kematian akibat kanker. Terutama, bagi orang yang sebelumnya tidak menerapkan pola makan itu.


Pelaku diet Mediterania disinyalir berisiko 29 persen lebih rendah mengalami kematian dini akibat semua penyebab dan 28 persen berisiko lebih rendah akibat kanker. Itu apabila dibandingkan dengan orang yang tidak mengadopsi diet Mediterania.


- Menjaga kesehatan kandungan

Riset terbitan 2022 menemukan bahwa diet Mediterania yang kaya akan sayuran, polong-polongan, dan ikan dikaitkan dengan penurunan risiko preeklampsia dan diabetes gestasional selama kehamilan. Terutama, pada ibu hamil berusia 35 tahun ke atas.


- Mengendalikan tekanan darah

Sebuah studi tahun 2020 meneliti hubungan antara pola makan Mediterania dan tekanan darah. Para peneliti menyimpulkan bahwa menerapkan pola makan itu secara rutin dapat membuat tekanan darah terkendali. Tepatnya, mengurangi risiko hipertensi sebesar 36 persen.


- Mengatasi disfungsi ereksi

Aliran darah adalah hambatan umum pada orang dengan disfungsi ereksi, dan pengidap hipertensi dua kali lebih mungkin mengalaminya. Sebuah penelitian pada 2021 menyelidiki dampak pola makan Mediterania terhadap disfungsi ereksi.


Hasilnya, para pria yang menerapkan diet Mediterania memiliki arteri dan aliran darah yang lebih sehat. Kadar testosteron pun terpantau lebih tinggi sehingga mereka punya kinerja ereksi yang lebih baik, mengatasi terjadinya disfungsi ereksi.


- Menurunkan risiko sklerosis ganda

Multiple sclerosis atau sklerosis ganda adalah salah satu kondisi autoimun terjadi akibat sistem kekebalan tubuh yang menyerang sistem saraf tubuh sendiri. Pemicunya masih belum jelas, tapi pola makan yang salah disinyalir merupakan pencetus utama.


Berdasarkan temuan studi pada 2022, disimpulkan bahwa virus Epstein-Barr adalah penyebab yang paling mungkin dalam timbulnya sklerosis ganda. Riset lain pada 2023 menemukan bahwa pola makan yang baik dapat melindungi seseorang dari penyakit ini.


- Mengurangi risiko demensia

Dengan menggunakan data dari lebih dari 60.000 peserta, salah satu studi menunjukkan bahwa orang yang melakukan diet Mediterania berisiko lebih rendah mengidap demensia. Penurunan risikonya terdata 23 persen lebih rendah dibandingkan yang tidak menerapkan pola makan tersebut.

 

 
Pria yang menerapkan diet Mediterania memiliki arteri dan aliran darah yang lebih sehat.
 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat