Pelanggan memilih buku di KK Book Rental, Lempuyangan, Yogyakarta, Senin (4/7/2022). Di era digital, KK Book Rental masih bertahan membuka jasa penyewaan buki sejak 1992. Saat ini sangat jarang menemukan jasa penyewaan buku di Yogyakarta. Untuk jasa sewa | Wihdan Hidayat / Republika

Inovasi

AI, Sumber Inspirasi atau Penghancur Eksistensi?

AI sejatinya adalah sebuah cerita untuk diceritakan.

Bagi sejumlah besar penulis buku, kecerdasan buatan (AI) merupakan ancaman bagi penghidupan mereka dan gagasan kreativitas. Lebih dari 10 ribu penullis fiksi  mendukung surat terbuka dari Authors Guild musim panas ini, mendesak perusahaan AI untuk tidak berhak menggunakan karya cipta tanpa izin atau kompensasi.

Pada saat yang sama, AI sejatinya adalah sebuah cerita untuk diceritakan dan tidak lagi hanya dalam fiksi ilmiah. Seperti yang hadir dalam imajinasi, seperti politik, pandemi, atau perubahan iklim, AI telah menjadi bagian dari narasi bagi semakin banyak novelis dan penulis cerita pendek yang hanya perlu mengikuti berita untuk membayangkan dunia dari sisi yang berbeda.

“Saya takut dengan AI, tetapi juga terpesona olehnya. Ada harapan untuk pemahaman yang bersifat ketuhanan, untuk akumulasi semua pengetahuan, tetapi pada saat yang sama ada teror yang melekat karena digantikan oleh kecerdasan non-manusia,” kata Helen Phillips, yang novel mendatangnya Hum bercerita tentang seorang istri dan ibu yang kehilangan pekerjaannya karena AI, dilansir dari Japan Today, Senin (14/8/2023).

photo
Pelanggan memilih buku di KK Book Rental, Lempuyangan, Yogyakarta, Senin (4/7/2022). Pada era digital, KK Book Rental masih bertahan membuka jasa penyewaan buku sejak 1992. Saat ini sangat jarang menemukan jasa penyewaan buku di Yogyakarta. Untuk jasa sewa buku komik dan novel mulai Rp 1.500 hingga Rp 6.000 setiap buku. Saat ini per hari penyewa yang datang sekitar 40 penyewa yang datang. - (Wihdan Hidayat / Republika)

 

“Kami telah melihat semakin banyak tentang AI dalam proposal buku,” kata Ryan Doherty, wakil presiden dan direktur editorial di Celadon Books, yang baru-baru ini menandatangani novel Fred Lunzker, Sike, yang menampilkan psikiater AI. “Ini zeitgeist sekarang. Apa pun yang ada dalam zeitgeist budaya merembes ke dalam fiksi,” ujar Doherty.

Zeitgeist merupakan pemikiran dominan pada suatu masa yang menggambarkan dan memengaruhi sebuah budaya dalam masa itu sendiri. Novel bertema AI lainnya yang diharapkan dalam dua tahun ke depan termasuk Do You Remember Being Born? karya Sean Michaels.

Di mana seorang penyair setuju untuk berkolaborasi dengan perusahaan puisi AI: In Our Likeness karya Bryan Van Dyke. Novel ini bercerita tentang seorang birokrat dan sebuah program pengecekan fakta dengan kekuatan untuk mengubah fakta, dan Awakened dari AE Osworth tentang seorang penyihir gay dan pertikaian hebatnya dengan AI.

Penulis novel kejahatan Jeffrey Diger, yang dikenal dengan latar thriller-nya di Yunani kontemporer, sedang mengerjakan sebuah novel yang menyentuh AI dan metaverse. "Novel ini lahir dari hasil terus mencari apa yang meresap di tepi perubahan sosial," katanya.

Jenis-jenis kecerdasan buatan - (Republika)

  ​

Beberapa penulis tidak hanya menulis tentang AI, tetapi secara terbuka mengerjakannya. Awal tahun ini, jurnalis Stephen Marche menggunakan AI untuk menulis novel Death of An Author, yang dia gunakan untuk semua orang mulai dari Raymond Chandler hingga Haruki Murakami.

Penulis skenario dan humoris Simon Rich juga berkolaborasi dengan Brent Katz dan Josh Morgenthau untuk “I Am Code”, sebuah thriller dalam syair yang keluar bulan ini dan dihasilkan oleh program AI “code-davinci-002”. 

“Saya suka mengatakan bahwa ChatGPT adalah Ferrari, sedangkan yang saya temukan adalah skateboard yang saya temukan adalah skateboard dengan satu roda persegi. Tapi, saya jauh lebih tertarik dengan skateboard dengan satu roda persegi,” kata mereka.

Sementara itu, Michaels memusatkan novel barunya pada seorang penyair bernama Marian, sebagai penghormatan kepada penyair Marianne Moore, dan program AI bernama Charlotte. Dia mengatakan, novel itu tentang menjadi orang tua, tenaga kerja, komunitas, dan “implikasi teknologi ini terhadap seni, bahasa, dan rasa identitas kita.”

Pengembangan teknologi kecerdasan buatan (ilustrasi) - (Freepik/rawpixel )

  ​

Memercayai semangat Do You Remember Being Born? menyerukan kehadiran teks AI yang sebenarnya, dia merancang program yang akan menghasilkan prosa dan puisi serta menggunakan format alternatif dalam novel sehingga pembaca tahu saat dia menggunakan AI.

Di satu bagian, Marian juga mengulas beberapa kolaborasinya dengan Charlotte. “Pekerjaan hari sebelumnya adalah kumpulan katedral kaca. Saya membacanya ulang dengan waspada. Pergantian kalimat yang saya salah sangka indah, yang sekarang saya temukan tidak dapat dipahami,” tulis Michaels. “Charlotte hanya mengejutkan saya. Saya mengusulkan satu baris, sebagian dari satu baris dan apa yang dilontarkan oleh sistem membalikkan ekspektasi saya. Saya telah tergoda oleh kejutan ini.”

 

 
AI telah menjadi bagian dari narasi bagi semakin banyak novelis dan penulis cerita pendek. 
 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Produktivitas Melejit Berkat ChatGPT, Mungkinkah?

Hasil yang didapat dari AI juga perlu dicek kebenarannya.

SELENGKAPNYA

Oppenheimer, Ketika Kecerdasan Menjadi Beban  

Demi mendalami peran sebagai Oppenheimer, Murphy membaca American Prometheus.

SELENGKAPNYA

Kecerdasan Buatan akan Dipakai untuk Verifikasi Dokumen Jamaah Haji

Kendala yang dihadapi jamaah pada musim haji tahun ini adalah verifikasi dokumen jamaah

SELENGKAPNYA