
Ekonomi
Cegah Krisis Pangan, Cadangan Pangan Diperkuat
Fenomena El Nino akan berdampak pada sektor pertanian.
JAKARTA -- Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas)/National Food Agency (NFA) memperkuat stok cadangan pangan pemerintah (CPP). CPP diperkuat untuk menjadi instrumen penstabil harga dan untuk mengantisipasi dampak El Nino.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo mengatakan, BMKG sebelumnya telah menyatakan bahwa dampak El Nino akan memengaruhi sektor pertanian, terutama tanaman pangan semusim yang sangat mengandalkan air. "Kondisi ini perlu diantisipasi agar tidak terjadi gagal panen yang berdampak pada krisis pangan,” kata Arief, di Jakarta, Senin (12/6/2023).
Arief mengatakan, saat ini penyelenggaraan CPP telah berjalan untuk 11 komoditas pangan strategis. Komoditas tersebut adalah beras, jagung, kedelai, bawang, cabai, daging ruminansia, daging ayam, telur ayam, gula pasir, minyak goreng, dan ikan.

Dia menjelaskan, sesuai Perpres 125 tentang penyelenggaraan CPP, sebanyak 11 komoditas pangan strategis itu harus diamankan stok dan ketersediaannya sebagai CPP. Namun, dalam pelaksanaannya, untuk beberapa komoditas kita pecah lebih spesifik, seperti bawang menjadi bawang merah dan putih serta daging ruminansia menjadi daging sapi dan kerbau. Semakin detail maka semakin baik penyelenggaraan CPP dilakukan,” jelasnya.
Untuk beras, Arief menambahkan, Perum Bulog per 9 Juni 2023 memiliki stok cadangan beras 546 ribu ton dan beras komersial 55 ribu ton sehingga total stok Bulog sekitar 601 ribu ton. Bulog juga terus menggenjot intensitas penyerapan beras produksi dalam negeri guna meningkatkan stok.
Penyerapan beras terus didorong sebelum masuk masa semester Il 2023. Tujuannya untuk mengamankan stok operasional Bulog. "Selain itu perlu juga mengamankan kontrak dan realisasi untuk tahun 2023 sehingga apabila kembali dilakukan pengadaan stok telah memperhatikan prakiraan pos penyalurannya dan target stok di akhir tahun,” katanya.
Arief juga memastikan kegiatan perencanaan dan monitoring stok CPP tersebut dilakukan tidak terbatas hanya pada beras, tapi juga pada seluruh komoditas pangan yang pengelolaannya berada di Bulog. Selain beras, Bulog mendapatkan penugasan untuk mempersiapkan CPP untuk komoditas jagung dan kedelai.
Sedangkan, untuk komoditas lainnya, stok CPP gula pasir yang saat ini dimiliki BUMN Pangan ID Food, Bulog, dan PTPN sebanyak 123 ribu ton. Kemudian, stok CPP untuk daging ruminansia berada di angka 7,8 ribu ton.
Selain melalui penguatan CPP, pemerintah menyiapkan langkah antisipasi lainnya, termasuk kerja sama penguatan Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP) dari wilayah produksi ke wilayah defisit dan pelaksanaan operasi pasar atau Gerakan Pangan Murah (GPM) di provinsi dan kabupaten.
Selain itu, pemerintah memberikan bantuan pangan beras untuk 21,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM) dan bantuan telur dan daging ayam untuk 1,4 juta keluarga risiko stunting (KRS).
“Dengan pelaksanaan yang lancar serta berdampak nyata, baik bagi masyarakat, petani/peternak, dan upaya pengendalian inflasi, diharapkan pelaksanaannya bisa diperpanjang sehingga turut menjaga pasokan dan harga pangan sehingga mengurangi dampak El Nino,” ujarnya.

Tak hanya itu, antisipasi dampak El Nino juga dilakukan dengan mendorong perluasan penerapan neraca pangan dari tingkat provinsi sampai ke kabupaten/kota melalui penerapan neraca pangan wilayah. Menurut Arief, diharapkan langkah ini dapat meningkatkan monitoring, pengawasan, serta integrasi pemetaan pangan nasional sehingga mempercepat pengambilan kebijakan stabilisasi stok dan harga.
Operasi pasar
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso dalam kesempatan terpisah mengatakan, pihaknya tidak lagi melakukan operasi pasar ke lapangan melalui agen beras. Operasi pasar difokuskan ke pasar ritel dengan menggelontorkan beras premium kemasan 5 kilogram.
Menurut Buwas, sapaan akrabnya, operasi pasar terbatas dilakukan untuk mengantisipasi kecurangan dari oknum pedagang beras yang mengganti karung beras Bulog dan dijual dengan harga beras premium.
"Dulu kita berikan secara curah karena ada contohnya kemarin di Banten, begitu kita berikan curah, terus ada penyimpangan karena langsung diganti karungnya, mereknya, terus langsung dijual dengan harga premium," kata Buwas di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin.
Buwas mengatakan, BUMN pangan tersebut menjual beras kualitas premium dengan harga sesuai HET sehingga dikhawatirkan operasi beras dalam bentuk curah ke pedagang akan menimbulkan kecurangan yang merugikan konsumen. Ia juga mengakui, Bulog masih terus memantau harga beras yang cenderung naik.
Menurut Buwas, kenaikan harga tersebut dipengaruhi oleh terbatasnya distribusi pupuk bersubsidi, kenaikan harga BBM, dan faktor lainnya. Namun, ketersediaan beras di pasar masih mencukupi kebutuhan masyarakat dan petani pun tengah menikmati keuntungan akibat kenaikan harga ini.
"Masih dalam taraf kita pantau terus, mudah-mudahan ini juga bisa kita tekan, ya, terutama untuk ke hilirnya, tapi kita tidak terus berarti mengabaikan kepentingan petani yang sekarang petani kan sedang menikmati harga tinggi," katanya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani naik 3,37 persen menjadi Rp 5.583 per kilogram dan di tingkat penggilingan naik 3,77 persen menjadi Rp 5.732 per kilogram pada Mei 2023.
Sementara itu, rata-rata harga gabah kering giling (GKG) di tingkat petani tercatat sebesar Rp 6.158 per kilogram atau naik 0,86 persen secara bulanan. Sedangkan, harga GKG di tingkat penggilingan sebesar Rp 6.264 per kilogram atau naik 0,71 persen.
Budi pun meyakini, pasokan beras di dalam negeri akan tetap aman meski Vietnam berencana memangkas ekspor beras. "Insya Allah aman karena kita juga sudah punya kerja sama dengan negara-negara lain," kata Budi.
Budi mengatakan, pihaknya telah menjajaki semua negara produsen beras, seperti India, Pakistan, Thailand, Vietnam, dan Myanmar. Jika sewaktu-waktu dibutuhkan, pemerintah bisa melakukan impor beras dari negara-negara tersebut. "Kita jajaki semua dan kita lakukan kontrak-kontrak yang, apabila kita butuhkan, kita bisa ambil," ujarnya.
Sebagaimana dikutip dari laporan Reuters, Vietnam bakal memangkas ekspor beras tahunannya hingga 44 persen mulai 2030 mendatang. Artinya, ekspor yang biasanya 7,1 ton hanya menjadi 4 juta ton per tahun. Vietnam merupakan negara terbesar ketiga untuk ekspor beras dunia.
Berdasarkan laporan yang mengutip dokumen Pemerintah Vietnam tersebut, pengurangan ekspor dilakukan untuk memastikan ketahanan pangan di dalam negerinya, melindungi lingkungan dan beradaptasi dengan perubahan iklim, serta meningkatkan ekspor beras berkualitas.
Dengan kebijakan itu, nilai ekspor beras Vietnam diperkirakan bakal turun menjadi 2,62 miliar dolar AS per tahun pada 2030 dari sebelumnya mencapai 3,45 miliar dolar AS pada 2022.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Dana Kampanye Kian Sulit Diawasi Setelah KPU Hapus Kewajiban Lapor
Penghapusan itu membuat Bawaslu menjadi semakin kesulitan mengawasi aliran dana.
SELENGKAPNYABagaimana Wahyu Sampai kepada Rasulullah?
Ada berbagai cara turunnya wahyu dari sisi Allah SWT kepada Rasul-Nya.
SELENGKAPNYARisiko Kegemukan Sejak dalam Kandungan
Anak yang terpapar bahan kimia dalam jumlah besar saat di kandungan, cenderung obesitas.
SELENGKAPNYA