
Kisah Dalam Negeri
Rindu Rumah Para Korban Perdagangan Orang
Para korban TPPO mengeklaim pernah disekap di ruang bawah tanah.
Oleh MURSALIN YASLAND
BANDAR LAMPUNG – Sebulan sudah sebanyak 24 orang korban tindak pidana perdagangan orang, semuanya perempuan, terdampar dan terlunta-lunta di Bandar Lampung. Saat ini, kembali ke kampung halaman jadi dambaan pada korban.
Mereka minta dipulangkan ke daerah asal Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)setelah sebulan lebih hidup di rantau terkatung-katung, tidak jelas nasibnya.
Keterangan yang dihimpun di Polda Lampung, Senin (12/6/2023), puluhan perempuan muda korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) tersebut masih diinapkan di ruang Subdit VII Renakta Polda Lampung. Mereka sudah mendapatkan pengampuan trauma healing, karena banyak yang trauma dan stres selama dibawa penyalur tenaga kerja ilegal secara berpindah-pindah.
Polisi mengendus keberadaan puluhan perempuan tersebut berada di sebuah rumah mewah milik perwira polisi Kombes LW di jalan Padat Karya Gang Haji Anwar, Kelurahan Rajabasa Raya, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung, Senin (5/6/2023) malam. Rumah yang berdiri di lahan lebih dari setengah hektare tersebut dilingkari pagar hampir dua meter.

Menurut NA (38 tahun), ia sudah meninggalkan rumah di kampungnya daerah NTB hampir sebulan terakhir. Selama di perantauan bersama oknum penyalur tenaga kerja, kehidupannya selalu berpindah-pindah. “Pernah tinggal di bawah tanah saat digerebek petugas,” kata NA di Polda Lampung, Senin (12/6/2023).
Tertarik dengan bekerja di luar negeri, menurut dia, karena seseorang yang membawanya mengiming-imingi gaji bekerja sebagai PMI dengan bayaran menggiurkan. Saat itu, ia ditawari bekerja di Dubai, dengan gaji Rp 10 juta per bulan, dan bertekad meninggalkan kampung halamannya.
Cerita saat ketemu dengan seseorang perekrut, NA mengatakan, saat itu oknum tersebut pernah bekerja sebagai pegawai usaha binatu. Oknum tersebut mendekatinya dan menawarkan bekerja di luar negeri, khususnya di negara Timur Tengah. “Orang itu menawarkan janji manis,” ujarnya.

Tertarik dengan tawaran menggiurkan tersebut, NA tidak banyak pikir. Ia memutuskan berangkat setelah menandatangani surat perjanjian (komitmen) pada 3 Mei 2023. NA dan bersama beberapa perempuan muda lainnya yang tidak dikenal berangkat dari NTB menuju Jakarta menggunakan pesawat.
Saat berangkat dari NTB menuju Bandara Soekarno–Hatta, Cengkareng, puluhan calon PMI tersebut diterima DW, oknum penyalur lainnya yang sudah menunggu. Mereka dibawa ke Bogor, Jawa Barat, untuk diinapkan sementara di sebuah rumah. “Di Bogor dua hari,” kata NA.
Selama dibawa DW, puluhan calon PMI tersebut bertahan hingga dua pekan di penampungan yang tidak memiliki fasilitas layaknya rumah. Selama itu pula, tutur NA, tidak ada kejelasan dari penyalur tenaga kerja, kapan berangkat dan di negara mana tujuannya. “Walaupun kami sudah memiliki paspor,” ujarnya.

Tak tahan dengan kondisi hidup terkatung-katung dengan kondisi rumah yang tidak layak, NA sakit. Ia terpaksa dirawat di rumah dengan bantuan botol infus. Selang beberapa hari ia sehat lagi.
Selama di penampungan, beberapa kali pernah digerebek petugas baik Imigrasi dan polisi. Namun, lihainya oknum penyalur menyembunyikan calon PMI dengan bantuan seseorang. Mereka pernah diajak dan tinggal penampungan di bawah tanah yang sudah disiapkan pada 31 Mei 2023.
“Kami panik, dibawa teteh (oknum penyalur), Saya tidak tahu nama aslinya, dibawa ke ruangan bawah tanah," kata NA.
Sering digerebek petugas, namun gagal. Akhirnya, oknum penyalur ini membawa puluhan calon PMI tersebut ke Lampung. Oknum tersebut memerintahkan calon PMI berbenah dan bersiap, dengan dalih karena akan dibawa jalan-jalan ke Lampung.
Puluhan calon PMI tersebut diterangkan dari Bogor ke Lampung secara terpisah atau terbagi. Ada yang menggunakan mobil berisi enam, hingga beberapa mobil. Setibanya di Pelabuhan Merak, Banten, persisnya di SPBU, mereka mengumpul kembali lalu diangkut dengan bus.
Di kapal ferry mulai dari Merak hingga Bakauheni (Lampung), mereka dilarang turun dari bus. Namun, sebagian terpaksa turun dari bus karena ingin ke toilet. Tapi, pengawas perempuan tersebut juga turut mendampingi sampai ke dalam toilet atau kamar mandi.
Sebanyak 24 calon PMI tersebut tiba di sebuah rumah mewah di Jl Padat Karya, Gang Haji Anwar, Rajabasa, Bandar Lampung, Jumat (2/6/2023) malam. Saat di rumah tersebut, ada tetangga rumah menanyakan keberadaan mereka tersebut sebagai siswa yang diasramakan atau Tenaga Kerja Wanita (TKW). “Ada satu orang yang jawab TKW," kata NA.

Apa lacur, perempuan yang menjawab tersebut dimarahi oknum pengawas. Pengawas memintanya dan lainnya untuk tidak menjawab dan memedulikan bila ada yang bertanya, siapa pun orangnya. Selama di rumah tersebut, puluhan calon PMI tersebut berdiam di dalam rumah, dilarang ke luar rumah.
Setelah empat hari di penampungan tanpa fasilitas layaknya rumah tinggal, Polda Lampung dan aparat pamong setempat menggerebek keberadaan calon PMI tersebut. Sebanyak 24 calon PMI ilegal dibawa ke ruang Renakta Polda Lampung, dan empat orang oknum penyalur ditetapkan sebagai tersangka.
“Saya ucapkan terima kasih Polda Lampung, kami sudah diselamatkan. Saya berharap bisa pulang secepatnya ke rumah," kata NA.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Radio Arab, Penyiar Kabar Kemerdekaan Indonesia
Berkat The Arabian Press Board, masyarakat Timur Tengah mengetahui perjuangan di Indonesia.
SELENGKAPNYAStres dan Risiko Sakit Jantung
Stres merupakan faktor yang sangat penting dalam menyebabkan penyakit jantung.
SELENGKAPNYAM Asad Shahab, Perintis Radio Perjuangan
Asad Shahab berjasa menyiarkan berita perjuangan RI khususnya ke publik negara-negara Arab.
SELENGKAPNYA