
Laporan Utama
Jurus Masjid Ramah Lingkungan dari NU-Muhammadiyah
Kampanye energi baru terbarukan belum bisa dijalankan mengingat mahalnya perangkat panel surya.
Oleh UMAR MUKHTAR
Langkah mitigasi lewat masjid untuk menghadapi dampak perubahan iklim yang kian nyata dilakukan dua ormas Islam terbesar di Indonesia. Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah terus bergerak untuk mendorong masjid-masjid menjadi lebih ramah lingkungan.
Pengurus Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI)-NU, M Ali Yusuf, menjelaskan ada empat strategi yang dilakukan lembaga sayap PBNU ini untuk mendorong hadirnya masjid ramah lingkungan. Pertama, pengelolaan sampah dan limbah di masjid-masjid pedesaan ataupun perkotaan. "Ini membutuhkan dukungan jamaah dan pengurus masjid. Apa pun yang dilakukan, pasti memberikan manfaat. Misalnya dalam pengelolaan sampah, ini kontribusi yang harus kita apresiasi," tutur dia kepada Republika.id, Rabu (7/6/2023).

Kedua, lanjut Ali, upaya penghematan energi dan promosi energi baru terbarukan di masjid-masjid NU. Dia menjelaskan, dahulu banyak masjid yang menyalakan lampu hingga 24 jam meski dalam keadaan tidak sedang digunakan. Kini, lampu hanya dinyalakan di bagian-bagian tertentu masjid, khususnya pada malam hari. "Jadi konservasi energi itu sudah dilakukan dengan mematikan lampu," kata dia.
Jadi konservasi energi itu sudah dilakukan dengan mematikan lampu.M ALI YUSUF
Kampanye energi baru terbarukan disebut Ali belum bisa dijalankan mengingat mahalnya perangkat panel surya. Selain itu, sebagian masjid masih belum bisa menerima lantaran ketersediaan area yang tidak cukup, terutama di masjid-masjid perkotaan. Ketiga, yaitu pengolahan air. Ali menjelaskan, langkah yang dilakukan, yakni merancang agar bagaimana kucuran air di masjid tidak terlalu kencang.
Untuk itu, LPBI-NU juga telah bergerak untuk mengajak masjid-masjid untuk melakukan pengolahan ulang air melalui proses filterisasi air wudhu di masjid. Meski belum banyak dilakukan masjid, sudah ada yang menerapkannya. Ali menjelaskan, pengolahan air ini sebetulnya penting dilakukan agar air bekas wudhu menjadi tidak terbuang sia-sia dan dapat digunakan kembali untuk kebutuhan lain, misalnya untuk menyirami tanaman dan lain sebagainya. Beberapa masjid juga menggunakan biopori untuk menyerap air, agar tidak terbuang dan bisa menyimpan air.

"Beberapa masjid juga kita dorong untuk memasang instalasi penyimpanan air hujan. Ditaruh atau disimpan di dalam tabung, yang bisa dipakai saat kemarau," ujar Wakil Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat itu.
Keempat, dijelaskan Ali, yaitu dengan penyediaan ruang terbuka hijau. Dia menyadari, luas masjid sekarang berbeda dengan masjid-masjid pada zaman dulu yang memiliki halaman yang luas. Sementara sekarang ini banyak masjid yang tidak memiliki halaman luas dan berimpitan dengan rumah-rumah warga. Untuk menyiasati hal ini, pihak masjid dapat menggunakan teknik hidroponik untuk penghijauan. "Memang belum ada masjid yang dapat melakukan empat poin itu. Rata-rata yang banyak diterapkan adalah pengelolaan sampah dan pengolahan air," ucapnya.
Ali melanjutkan, saat ini LPBI-NU tengah mencari formula untuk melakukan penghematan energi dengan panel surya di masjid. Sebab, masjid itu membutuhkan energi yang tak sedikit sehingga perlu formula khusus untuk penghematan. Salah satunya dengan penggunaan panel surya.
Menurut Ali, kesadaran para pengurus masjid di perkotaan dalam menggunakan panel surya belum begitu tinggi. Penyebabnya, ketersediaan listrik di perkotaan yang mencukupi sehingga panel surya bukan sesuatu yang mendesak. Di samping itu, lahan masjid di perkotaan untuk area penempatan perangkat panel surya terbatas. Ali mengungkapkan, justru masjid-masjid di daerah-daerah terpencil lebih mudah disadarkan dan diarahkan untuk menggunakan panel surya.
"Di daerah terpencil, masjid kecil itu bisa kita dorong untuk bergerak karena mereka membutuhkan sekali dukungan itu. Jadi ini masih menjadi tantangan. Masjid-masjid di kampus pun belum efektif dalam penggunaan tenaga surga, karena memang tidak ada masalah listrik di perkotaan," kata dia.
Ali juga menyampaikan, gerakan LPBI-NU dalam mewujudkan masjid-masjid yang ramah lingkungan dilakukan tidak hanya melalui literasi dan penyadaran, tetapi juga fasilitasi sekaligus monitoring. Misalnya ketika ada masjid yang membutuhkan pengelolaan sampah dan limbah, kemudian akan dihubungkan ke pihak terkait, seperti pemerintah daerah atau pihak lainnya. "Tidak cukup semata-mata hanya satu kegiatan sosialisasi misalnya, tapi harus bersambung ke hal lain, maka kami juga harus mampu fasilitasi, dengan menyambungkan ke pihak terkait," tuturnya.
Saudara tua Nahdlatul Ulama, Muhammmadiyah, bahkan meletakkan masalah lingkungan hidup sebagai bagian resmi dalam keputusan organisasi, baik dari aspek ideologis maupun organisasi. Persoalan lingkungan hidup menjadi bagian strategis dalam visi, misi, dan program prioritas Muhammadiyah.
Ketua Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid PP Muhammadiyah (LPCRPM), Muhammmad Jamaludin Ahmad, menyampaikan Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih telah mengeluarkan keputusan dalam bentuk pedoman, panduan, hingga tuntunan tentang lingkungan hidup. Muhammmadiyah bahkan sejak lama mengeluarkan keputusan tentang Fikih Air.
Dalam Pedoman Hidup Islam Warga Muhammmadiyah, sebagai hasil Muktamar Muhammadiyah Jakarta, telah tercantum pedoman bagi warga Muhammadiyah terkait dengan lingkungan hidup. Adapun dalam "Risalah Islam yang berkemajuan" Hasil Muktamar Surakarta 2022, masalah lingkungan Hidup menjadi bagian dari prioritas program Muhammadiyah. "Dari tingkat pimpinan pusat hingga cabang ranting termasuk organisasi otonom ataupun Amal Usaha Muhammadiyah," kata Jamaludin kepada Republika.id, Kamis (8/6/2023).
Begitu pentingnya lingkungan hidup, Muhammadiyah memiliki Majelis Lingkungan Hidup dari pimpinan pusat hingga pimpinan daerah bahkan cabang. Untuk menjadikan masjid-masjid Muhammadiyah ramah lingkungan, sosialisasi program ramah lingkungan dilakukan oleh pimpinan persyarikatan dan Amal Usaha Muhammadiyah serta organisasi otonom dari tingkat pusat hingga ranting.
Masjid didesain untuk bisa mendapatkan angin alami dengan membuat jendela teralis besi yang memudahkan angin bisa masuk.MUHAMMAD JAMALUDIN AHMAD Ketua LPCRPM
Program dan gerakan masjid Ramah lingkungan dilakukan melalui kolaborasi antara LPCRPM, Majelis Lingkungan Hidup, organisasi otonom, dan pimpinan Amal Usaha Muhammadiyah. Jamaludin menjelaskan, Gerakan Masjid Ramah lingkungan di Muhammadiyah meliputi Tujuh Ramah. Pertama, ramah arsitektur, yakni berupa arsitektur bangunan yang ramah lingkungan. Dalam konsep ini, bangunan masjid berorientasi memaksimalkan sumber daya alam seperti cahaya matahari. Dengan begitu, bisa mengurangi penggunaan listrik melalui pembuatan jendela kaca berukuran cukup lebar.
"Selanjutnya, masjid didesain untuk bisa mendapatkan angin alami dengan membuat jendela teralis besi yang memudahkan angin bisa masuk, sehingga mengurangi penggunaan kipas angin yang berujung pada daya listrik," ujarnya.
Kedua adalah ramah air. Masjid harus menjadikan air sebagai anugerah yang sangat bernilai dan tidak boleh disia-siakan. Ramah air bisa dalam bentuk membuat sumur resapan sebagai upaya untuk memanen air hujan dan air wudhu. Harapannya, air hujan tidak terbuang percuma sehingga pasokan air bersih tercukupi dari sumber mata air meski musim kemarau. Air wudhu didaur ulang untuk manfaat lain di lingkungan masjid.
Ketiga, ramah sampah. Ini dilakukan lewat pengelolaan sedekah sampah sebagai solusi sederhana dalam menyadarkan masyarakat. Kebiasaan membuang di tengah masyarakat diubah menjadi kebiasaan memanfaatkan sampah untuk mengurangi sampah ke pembuangan akhir serta menjaga lingkungan tetap bersih dan nyaman.
Poin ketiga ini juga berorientasi pada sosial kultural, yakni aksi bersama bahu-membahu, tolong-menolong untuk saudara atau tetangga yang membutuhkan. Sekaligus sebagai upaya sedekah bumi dalam bahasa kultur masyarakat. "Dalam definisi kami, sedekah bumi sesungguhnya adalah upaya konkret pengurangan sampah yang jika hanya dibuang, ditanam, dibiarkan, hanya akan merusak bumi dan tanah itu sendiri," kata dia.

Keempat ialah ramah tumbuhan dan pepohonan. Penghijauan di sekitar masjid merupakan upaya untuk perindang, penyimpan air, dan penyedia oksigen. Maka masjid dihijaukan dengan berbagai tetumbuhan dan pepohonan. Sehingga masjid menjadi sejuk secara rohani dan jasmani serta dapat menjadi tempat relaksasi sekaligus refreshing.
Kelima, yaitu ramah anak, difabel dan orang tua. Artinya, masjid menjadi tempat yang menyenangkan dan memudahkan bagi siapa pun. Khusus bagi anak-anak, masjid dapat menjadi rumah kedua bagi mereka untuk berkumpul, bersahabat, bermain, belajar, dan beribadah. Keenam adalah ramah energi. Ini dilakukan dengan membangun sumber energi terbarukan, yakni energi tenaga surya. Cara ini membuat hemat pengeluaran kas masjid, sekaligus bentuk kepedulian lingkungan. Energi ini juga bermanfaat jika terjadi pemadaman listrik.
Ketujuh, yakni ramah pemberdayaan ekonomi. Masjid Muhammadiyah harus peduli kehidupan ekonomi jamaahnya dan masyarakat sekitarnya. Masjid Muhammadiyah bersama ranting dan cabang setempat melakukan program pemberdayaan ekonomi bagi jamaah dan masyarakat sekitar, sehingga tumbuh suasana keadilan dan kesejahteraan bagi umat.
Menurut Jamaludin, gerakan Masjid Ramah lingkungan di Muhammadiyah dalam pelaksanaannya akan sangat strategis. Dimulai dengan membuat model Masjid Ramah lingkungan yang dapat dijadikan pusat belajar, studi tiru, dan inspirasi lahirnya Masjid Ramah Lingkungan di seluruh cabang ranting seluruh Indonesia.
Jamaludin menambahkan, ada salah satu masjid tingkat ranting yang telah menjadi contoh masjid ramah lingkungan, yaitu Masjid Al Muharram Kampung Brajan Tertinirmolo Kasihan, Bantul. Masjid ini diinisiasi oleh Ustaz Ananto Isworo sebagai dai Muhammadiyah dan aktivis ranting sejak 2013 yang telah memulai program Masjid Ramah lingkungan.
Masjid ini, lanjut Jamaludin, telah menjadi kiblat dan menginspirasi lahirnya banyak masjid ramah lingkungan di Muhammadiyah, ormas Islam lain, MUI, dan Baznas. Bahkan, dijadikan model rujukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup RI. "Untuk melakukan percepatan gerakan Masjid Ramah lingkungan, Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCRPM) PP Muhammadiyah akan memperbanyak pelatihan Masjid Muhammadiyah yang makmur dan memakmurkan. Masjid Muhammadiyah juga mengadakan Expo dan pemberian Award pada Masjid Muhammadiyah yang makmur dan ramah lingkungan," katanya.
Hadapi Perubahan Iklim Lewat Eco Masjid
Masjid berupaya untuk mencontohkan apa yang dibicarakan.
SELENGKAPNYARevolusi Hijau di Masjid Istiqlal
Air yang sudah diolah bersih ditampung pada satu tempat yang kemudian digunakan untuk menyiram tanaman dan pepohonan di area Istiqlal.
SELENGKAPNYAAturan Rumah Ibadah akan Direvisi, PGI Justru Akui Jumlah Gereja Terus Tumbuh
Jumlah rumah ibadah umat mana pun pasti akan bertumbuh mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk.
SELENGKAPNYA