Suasana gedung bertingkat yang terlihat samar karena polusi udara di Jakarta, Selasa (6/6/2023). Berdasarkan situs IQAir, kualitas udara di Jakarta pada Selasa (6/6/2023) pukul 16.52 WIB berada di angka 151 atau menempati posisi ketiga dengan kualitas uda | Republika/Putra M. Akbar

Medika

Bahaya Berjalan Kaki di Tengah Udara Berpolusi

Dalam jangka pendek, jika kita adalah orang dewasa yang sehat, mungkin akan mengalami sakit tenggorokan dan mata gatal akibat iritasi.

Berjalan kaki merupakan salah satu cara agar tubuh tetap sehat dan pikiran tetap bugar. Namun, dengan udara yang berpolusi seperti di Jakarta, misalnya, apakah itu baik bagi kesehatan atau malah memperburuknya?

Meskipun bau asap yang menyebar di jalan mungkin tidak begitu mengganggu, hanya berdiam diri di rumah seperti saat pembatasan mobilitas pada masa pandemi Covid-19 pun juga tidak menyenangkan. Environmental Protection Agency (EPA) Amerika Serikat mengevaluasi apa yang harus dilakukan jika udara di luar rumah buruk.

“Tingkat polusi udara, status kesehatan seseorang, waktu berada di luar rumah, serta intensitas berjalan, semuanya penting untuk dipertimbangkan,” kata para ahli dilansir dari Best Life, Kamis (8/6/2023).

EPA mencatat bahwa tidak ada jawaban yang pasti apakah aman atau tidak untuk berjalan-jalan di luar rumah dengan udara berpolusi. Salah satu langka yang bisa lakukan adalah dengan membuka Airnow.gov untuk memeriksa tingkat polusi udara saat ini di wilayah tempat tinggal kita.

Jika berada di zona merah atau lebih buruk lagi, EPA merekomendasikan untuk menghindari aktivitas luar ruangan yang berat, mempersingkat aktivitas yang tidak terlalu berat, dan memindahkan aktivitas fisik di dalam atau menundanya sampai udara bersih.

Perlu diperhatikan juga bahwa orang dengan penyakit jantung atau paru-paru, orang lanjut usia, anak-anak, dan remaja, disarankan untuk sepenuhnya menghindari aktivitas fisik di luar ruangan jika polusi udara sangat buruk.

Jika ingin memaksakan, berikut adalah beberapa hal yang terjadi pada tubuh jika berjalan dalam kondisi udara buruk.

1. Mata dan tenggorokan mungkin terasa iritasi

photo
Warga mengenakan masker dengan latar belakang gedung-gedung bertingkat berselimut kabut asap di Jakarta, Kamis (25/8/2022). Lembaga data kualitas udara IQ Air pada Juli 2022 menempatkan Jakarta sebagai peringkat pertama dari sepuluh besar kota paling berpolusi di Indonesia dengan indeks kualitas udara di angka 180 karena konsentrasi particulate matter (PM) 2.5 Jakarta berada pada angka 111.5 mikrogram per meter kubik atau 22,3 kali di atas nilai pedoman kualitas udara tahunan Badan Kesehatan Dunia (WHO). - (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

“Yang terbaik adalah menghindari atau membatasi waktu di luar ruangan saat kualitas udara seburuk itu, terutama orang-orang yang termasuk dalam kelompok sensitif," kata peneliti dan pakar kualitas udara, Jie Zhao.

Jika berani keluar, hal pertama yang mungkin terjadi adalah kita akan merasakan efek asap api di mata dan tenggorokan. “Dalam jangka pendek, jika kita adalah orang dewasa yang sehat, mungkin akan mengalami sakit tenggorokan dan mata gatal akibat iritasi.

Jika termasuk dalam salah satu kelompok sensitif, mungkin akan mengalami batuk, mengi, sulit bernapas, dan dalam kasus yang parah, masalah jantung yang serius,” ujar dia memaparkan.

2. Sinus dan paru-paru terasa sakit

Sebagian besar dari kita menghirup virus, kuman, alergen, dan zat yang berpotensi beracun setiap hari, terutama jika kita tinggal di perkotaan. Tapi tambahan asap dari kebakaran hutan dapat benar-benar meningkatkannya dan memiliki efek yang lebih besar pada paru-paru.

"Hidung adalah jendela ke paru-paru. Paparan terhadap kebakaran hutan dan volatile organic compounds (VOC) atau senyawa organik yang mudah menguap, dapat merusak jaringan halus hidung, sinus, dan terutama paru-paru," ujar CEO Silicon Valley Inventions, Gail Lebovic.

3. Organ vital bisa rusak dalam jangka panjang 

Jika kualitas udara terus buruk, itu juga kabar buruk bagi tubuh. “Dalam jangka panjang, partikel halus yang kita hirup dari asap dapat menyebabkan lebih banyak kerusakan karena dapat tetap berada di paru-paru, bahkan memasuki aliran darah, akhirnya menuju ke organ tertentu, seperti dinding jantung,” kata Zhao.

Namun, ada cara agar bisa tetap berjalan dengan aman meski dalam tempat dengan kualitas udara buruk. Jika tinggal di tempat yang terkena dampak kebakaran hutan, bisa menggunakan masker.

Namun, Zhao mengatakan, masker kain dan masker bedah tidak terlalu efektif. "N95 yang dipasang dengan benar adalah satu-satunya jenis masker yang dapat secara signifikan mengurangi jumlah partikel halus (PM2.5) yang kita hirup," kata dia.

Berjalan-jalanlah dalam waktu singkat pada waktu siang hari. "Konsentrasi partikulat umumnya lebih buruk pada malam hari," kata Direktur Laboratorium Fisiologi Lingkungan di University of British Columbia, Michael Koehle.

Dia menjelaskan, asap mengendap lebih dekat ke tanah seiring berjalannya hari, dan tidak mulai terangkat hingga setelah matahari terbit keesokan harinya. Jadi, jika biasanya berjalan-jalan pada sore atau malam hari, mungkin perlu dipikirkan ulang apalagi dalam kondisi udara berpolusi.

 

 

 
Hidung adalah jendela ke paru-paru.
GAIL LEBOVIC, CEO Silicon Valley Inventions. 
 
 

 

Ketika Mimpi Dibalas Mimpi

Dengan dalih disuruh perintah lewat mimpi, Abu Nawas menyuruh para muridnya hancurkan rumah kadi.

SELENGKAPNYA

Deretan Kebiasaan Sederhana yang Bisa Merusak Mata

SELENGKAPNYA

Panduan Umrah untuk Jamaah Haji

Umrah diartikan sebagai ziarah ke Ka'bah dalam kondisi ihram dengan tawaf,sai dan tahalul.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya