Warga Palestina membawa bantuan kemanusiaan dari konvoi Program Pangan Dunia yang menuju Kota Gaza, 16 Juni 2025. | AP Photo/Jehad Alshrafi

Internasional

Israel Siapkan 100 Ribu Tentara Caplok Kota Gaza

Warga Kota Gaza tak tahu ke mana lagi harus mengungsi.

TEL AVIV – Pasukan penjajahan Israel bersiap melakukan agresi militer besar-besaran ke Jalur Gaza. Sekitar 80 ribu sampai 100 ribu tentara disebut akan ikut serta dalam serangan tersebut.

Media-media Israel melansir, Kepala Staf IDF Letjen. Eyal Zamir telah menentukan skala pasukan darat yang akan berpartisipasi dalam operasi baru di Kota Gaza. Sebelum menyampaikan rencana tersebut kepada menteri pertahanan pada Selasa, diputuskan bahwa sejumlah tim tempur seukuran brigade, yang terdiri dari sedikitnya 80.000 tentara, akan mengepung dan menaklukkan Kota Gaza.

“Ini adalah rencana luas yang akan menimbulkan kerugian besar bagi Hamas, namun juga membawa risiko besar bagi pasukan IDF,” kata sumber militer yang mengetahui persiapan operasi skala besar tersebut dilaporkan Walla pada Senin.

IDF tidak akan menunggu berminggu-minggu, kata sumber militer kepada Walla. Dalam beberapa hari mendatang, pasukan darat, disertai angkatan udara, akan mulai bergerak menuju wilayah baru untuk meningkatkan tekanan terhadap Hamas.

Sementara itu, para pejabat senior IDF menyatakan keprihatinannya bahwa penaklukan wilayah di jantung Kota Gaza dan lokasi lainnya dapat menyebabkan IDF bertanggung jawab langsung dalam mendistribusikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk Palestina hingga sebagian besar dari mereka pindah ke Jalur Gaza bagian selatan.

photo
Warga Palestina berjuang untuk mendapatkan sumbangan makanan di dapur umum di Kota Gaza, Jalur Gaza utara, Sabtu, 16 Agustus 2025. - ( AP Photo/Jehad Alshrafi)

Zamir mengunjungi Jalur Gaza pada Ahad, didampingi oleh Komandan Komando Selatan Yaniv Asor dan Kepala Cabang Operasi Itzik Cohen, untuk menganalisis rencana tersebut dan mendapatkan wawasan lebih lanjut mengenai strategi tempur dan logika operasional sebelum mengambil keputusan.

“Kepala staf ingin merasakan medan, melihat secara langsung, memahami rute pergerakan dan metode pertempuran, dan mendengar dari para komandan yang memimpin pertempuran mengenai pandangan mereka sebelum mengambil keputusan penting,” kata sumber militer.

Dalam pertemuan tertutup, Zamir menegaskan pasukan operasi akan menjangkau wilayah yang belum dioperasikan IDF. Pada saat yang sama, kepala staf menginstruksikan bahwa perencanaan dan kegiatan di lapangan harus selaras dengan rekomendasi dari Markas Besar Orang Hilang dan Sandera IDF.

Hal penting lainnya yang ditekankan Zamir adalah operasi darat tidak boleh dimulai sebelum penduduk Palestina dipindahkan – sesuatu yang tidak akan terjadi sampai sistem bantuan kemanusiaan terbentuk. Upaya kemanusiaan tersebut, berkoordinasi dengan organisasi bantuan internasional, dipimpin oleh Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah tersebut, Rassan Aliyan.

photo
Warga Palestina membawa karung tepung yang diturunkan dari konvoi bantuan kemanusiaan dalam perjalanan ke Kota Gaza dari Jalur Gaza utara, Kamis, 31 Juli 2025. - ( AP Photo/Jehad Alshrafi)

Selain itu, kepala staf mengklarifikasi kepada komandan perlunya meningkatkan kesiapan operasional kendaraan lapis baja, termasuk tank Merkava, APC Namer, kendaraan lapis baja Namer, dan kendaraan lapis baja Eitan, sebagai persiapan untuk manuver agresif.

Oleh karena itu, Direktorat Teknologi dan Logistik yang dipimpin oleh Michel Yanko telah mempercepat proses untuk memenuhi tenggat waktu yang ditetapkan Zamir. Kepala staf menginstruksikan alokasi sumber daya khusus, termasuk peralatan staf, untuk komunikasi guna menyinkronkan semua kekuatan yang berpartisipasi dalam operasi di udara, di laut, dan di darat.

Pada tahap ini sudah diputuskan untuk memanggil cadangan untuk pos komando dan ruang situasi khusus. Selain itu, Wakil Kepala Staf Tamir Yadai mengunjungi Komando Selatan dalam beberapa hari terakhir, memeriksa prosesnya, dan memberikan rekomendasi pelaksanaan mengenai dimulainya operasi.

Panglima militer Israel mengatakan ada rencana untuk “mengevakuasi” penduduk Kota Gaza dalam waktu dua bulan, sebelum operasi militer diperluas, menurut laporan media Israel.

Pesawat-pesawat tempur Israel melancarkan serangan udara di daerah Asqoula, Al-Zaytoun, tenggara Kota Gaza, Kamis (14/8/2025). - (Mohammed Rabah/Dok Republika)  ​

Channel 12 Israel melaporkan bahwa Eyal Zamir mengatakan dalam diskusi tertutup dalam beberapa hari terakhir bahwa “proses evakuasi warga dari Kota Gaza diperkirakan akan memakan waktu kurang dari dua bulan, dan kami bersiap menghadapi kerumitan dalam merelokasi warga – jadi kami menyiapkan serangkaian alat untuk mendorong mereka meninggalkan kota menuju wilayah kemanusiaan.”

Zamir juga mengatakan bahwa setelah tahapan tersebut selesai, “tahapan mengelilingi Kota Gaza, memasukinya, dan mendudukinya akan dilakukan.” Dia menambahkan bahwa militer akan berusaha untuk “meminimalkan penggunaan pasukan cadangan sebanyak mungkin”.

Pernyataan tersebut muncul ketika pemerintah Israel mengadakan pembicaraan dengan setidaknya lima negara – Indonesia, Somaliland, Uganda, Sudan Selatan dan Libya – mengenai penerimaan warga Palestina yang terlantar dari Gaza, Channel 12 sebelumnya melaporkan.

Associated Press juga sebelumnya melaporkan bahwa Israel telah membahas pemindahan warga Palestina ke Sudan Selatan. Kelompok hak asasi manusia mengatakan rencana Israel sama dengan pemindahan paksa.

photo
Tentara Israel menggunakan teropong untuk melihat bangunan yang rusak di Jalur Gaza, dari Israel selatan, Rabu, 13 Agustus 2025. - ( AP Photo/Ariel Schalit)

Israel semakin mempersulit warga Palestina untuk tinggal di Kota Gaza ketika militernya mempersiapkan rencana untuk merebut kota terbesar di Jalur Gaza, yang menampung hampir satu juta orang, dan secara paksa memindahkan penduduknya ke selatan Gaza. Kota ini menjadi sasaran utama serangan udara pada Ahad  yang menewaskan hampir 60 orang, dan Israel juga menargetkan beberapa pusat kesehatan yang tersisa di sana.

Namun meski banyak warga Palestina yang tetap tinggal di kota yang hancur tersebut terpaksa bertahan hidup di reruntuhan bangunan, tempat berlindung sementara, atau tenda, beberapa orang mengatakan kepada Al Jazeera bahwa tidak mungkin bagi mereka untuk pergi.

"Bagaimana saya bisa pergi? Saya memerlukan hampir 900 dolar untuk pindah – saya bahkan tidak punya satu dolar pun. Bagaimana saya bisa mencapai selatan?" kata pengungsi Palestina, Bilal Abu Sitta.

"Saya harus berjalan ke sana bersama anak-anak saya, istri saya, ayah dan ibu saya yang lanjut usia untuk sampai ke Rafah atau Khan Younis. Meski begitu, tidak ada tempat di sana."

Yang lain tidak mempercayai janji bantuan dan perlindungan Israel. “Kami tidak ingin Israel memberi kami apa pun,” kata Noaman Hamad. “Kami ingin mereka [mengizinkan] kami kembali ke rumah tempat kami mengungsi – kami tidak membutuhkan lebih dari itu.”

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Israel Mulai Pembersihan Etnis Kota Gaza

Warga Gaza mulai dipaksa mengungsi dari Kota Gaza.

SELENGKAPNYA

Rencana Pencaplokan Picu Eskalasi di Jalur Gaza

Korbanjiwa di Gaza melampaui 61 ribu jiwa.

SELENGKAPNYA

Israel Gencarkan Serangan Jelang Pencaplokan Kota Gaza

Sedikitnya 100 warga Gaza syahid pada Rabu.

SELENGKAPNYA