Mencari ilmu termasuk ke dalam ibadah yang sangat dianjurkan. | Republika

Hikmah

Adab Sebelum Ilmu

Adab yang baik menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan keberkahan ilmu.

Oleh MUHAMMAD RAJAB

Al-adab qabla al-‘ilmi “adab sebelum ilmu”. Ungkapan ini sering sekali terdengar di lingkungan pendidikan Islam, khususnya pesantren.

Hal ini mengingat penting dan mulianya pendidikan adab. Imam Malik pernah berkata, “Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”

Ibnu Mubarak juga menegaskan, “Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun, sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”

Demikian halnya dengan Al-Zarnuji dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim juga menguatkan pentingnya menjaga adab, khususnya terhadap guru. Beliau mengatakan, “Ketahuilah, seorang murid tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan dapat ilmu yang bermanfaat, kecuali ia mau mengagungkan ilmu, ahli ilmu, dan menghormati guru.”

 
Ketahuilah, seorang murid tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan dapat ilmu yang bermanfaat, kecuali ia mau mengagungkan ilmu, ahli ilmu, dan menghormati guru.
 
 

Adab yang baik dalam proses menuntut ilmu menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan keberkahan ilmu itu sendiri. Berkah, maknanya menurut Imam al-Ghazālī, ziyādah al-khair, yakni bertambahnya nilai kebaikan.

Ilmu yang berkah berarti ilmu yang memberikan nilai kemanfaatan dan kebaikan di dalamnya. Salah satu tandanya adalah ilmu tersebut diamalkan dan bermanfaat untuk dirinya dan orang lain serta mendatangkan kebaikan.

Adab juga merupakan cerminan dari baik buruknya akhlak seseorang. Akhlak yang baik ini menjadi tugas utama dari diutusnya Rasulullah SAW. “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR Ahmad).

Jadi, amanah mendidik adab dan akhlak sekaligus selaras dengan misi Nabi dan Rasul.

Mendidik adab membutuhkan proses waktu yang tidak sebentar. Butuh komitmen dan konsistensi yang baik dalam mengawal proses internalisasi.

Banyak ulama dalam mempelajari adab itu lebih lama ketimbang mempelajari ilmu. Dan perlu disadari bahwa faktor terpenting yang mempengaruhi baik burukya perilaku, yaitu lingkungan, baik keluarga, sekolah ataupun masyarakat.

Oleh karena itu, dibutuhkan strategi dan cara-cara khsusus dalam proses mendidik adab seorang murid. Setidaknya ada empat tahapan yang penting dilakukan untuk mendidik adab.

Pertama, memberikan uswah atau contoh yang baik, sebagaimana yang telah dicontohkan Nabi Muhammad SAW dalam mendidik para sahabatnya.

Kedua, proses pemahaman (al-fahm). Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pemahaman yang benar tentang adab yang baik yang harus dikerjakan, dan adab yang buruk yang mestinya ditinggalkan. Proses ini dapat dilakukan melalui pembelajaran, kajian, diskusi, sosialisasi, dan lain sebagainya.

Ketiga, proses pembiasaan (ta’wid). Hal ini bisa dilakukan dengan membiasakan murid melakukan adab-adab yang baik. Bisa melalui program-program khusus seperti pembiasaan shalat berjamaah, zikir, budaya bersih, jujur, salam, menghargai teman, dan lainnya.

Keempat, proses pengawasan (muraqabah). Pengawasan dapat dilakukan langsung oleh para guru atau petugas khusus, atau juga bisa dibantu dengan teknologi yang ada. Pengawasan ini diharapkan dapat menjadi kontrol sosial untuk mengendalikan perilaku dan adab.

Tentu yang paling terpenting dalam pengawasan ini adalah dengan menanamkan sikap ihsan, sehingga setiap murid harapannya memiliki kesadaran tentang pengawasan dari Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda tentang ihsan, “Engkau menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya, jika engkau tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR al-Bukhari no 50 dan Muslim no 8).

Setelah segala upaya dan ikhtiar dilakukan maka yang terakhir adalah berdoa kepada Allah SWT. Doa inilah yang akan menjadi senjata terakhir untuk mengetuk rahmat Allah SWT agar supaya menjadikan para murid insan yang beradab.

Wallahu a’lam

Sang Ajudan Rasulullah

Qais bin Sa’ad dijuluki sebagai ajudan Nabi Muhammad SAW.

SELENGKAPNYA

Para Penyair di Zaman Nabi

Sejumlah sahabat memanfaatkan kemampuan mereka menggubah sajak untuk membela Nabi SAW.

SELENGKAPNYA

Biografi Mukti Ali, Tokoh Kerukunan Umat Beragama

Sebagai seorang menteri agama, Mukti Ali mengonsep dan menerapkan gagasan kerukunan.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya