Masjid Raya Bursa di Turki. | DOK WIKIPEDIA

Arsitektur

Pesona Arsitektur di Kota Lahirnya Utsmaniyah

Masjid raya ini berlokasi di Bursa, kota tempat lahirnya kebudayaan Kesultanan Turki Utsmaniyah.

Puncak kejayaan peradaban Islam meninggalkan banyak jejak di Turki. Salah satunya adalah Bursa yang terletak di antara Laut Marmara di utara dan Pegunungan Uludag di selatan. Jaraknya hanya satu jam perjalanan dari Istanbul.

Pada 2014 lalu, UNESCO mendeklarasikan Bursa sebagai “tempat lahirnya kebudayaan Kesultanan Ottoman.” Sejak saat itu, Bursa termasuk ke dalam daftar warisan sejarah dunia versi PBB.

Masjid Raya Bursa merupakan salah satu situs bersejarah di sana. Bangunan utamanya bercorak arsitektur dari masa Kesultanan Seljuk. Akan tetapi, masjid ini dibina atas perintah penguasa Ottoman saat itu, Sultan Bayezid I.

Pembangunannya berlangsung selama tiga tahun, yakni 1396 sampai 1399. Arsitek yang merancang masjid ini adalah Ali Neccar, figur yang terus mengabdi pada Ottoman hingga era Sultan Mehmed II al-Fatih, sang penakluk Konstantinopel.

photo
Masjid Raya Bursa di antara rumah-rumah warga. - (Dok pxhere )

Bila dilihat dari udara, kompleks Masjid Raya Bursa berbentuk persegi panjang. Masjid yang sampai kini terbesar di Bursa ini memiliki 20 kubah dan dua menara. Kedua puluh kubah itu membentuk formasi kolom 5x4. Jumlah tersebut dilatari kisah dari masa lalu.

Sebelum pecah Perang Nicopolis pada 1396, Sultan Bayezid I telah berjanji kepada rakyat bahwa bila pasukannya menang, ia akan membangun 20 masjid di seantero Bursa. Pada akhirnya, kemenangan diperoleh. Namun, bukannya mendirikan 20 masjid terpisah, sang sultan membangun satu masjid besar—Masjid Raya Bursa—dengan 20 kubah di atasnya.

Menurut Evliya Çelebi, penulis dari abad ke-17, memuji masjid ini sebagai “Hagia Sophia-nya Bursa.” Memang, keindahannya tak kalah dengan bangunan yang terletak di Istanbul itu. Seperti dilansir dari laman resmi Masjid Raya Bursa, BursaUluCamii.com, kompleks ini memiliki luas 2.215 meter persegi.

Dalam bentuk aslinya, ke-20 kubah ini juga berfungsi untuk menadah air, yakni bila hujan turun dan mengalir dari pucuk kubah ke tepiannya. Air hujan disalurkan ke kolam tempat wudhu (şadırvan). Namun, kini fungsi itu diubah dan diganti dengan bahan kaca bening yang tebal. Sehingga fungsinya tak lagi menadah air hujan, melainkan meneruskan cahaya matahari untuk menembus sisi dalam masjid ini.

photo
Sisi interior Masjid Raya Bursa. - (DOK WIKIPEDIA)

Kolam şadırvan berbentuk segi-18 dengan diameter kira-kira enam meter. Letaknya di dalam masjid, persis di tengah-tengah. Air pancur terletak di tengah kolam ini dan terdiri atas tiga tingkat dengan tinggi 2,5 meter. Dinding kolam şadırvan setinggi satu meter dengan belasan kran pada masing-masing sisi. Air bersih melalui lubang tersebut sehingga jamaah dapat berwudhu sambil duduk.

Mengapa bisa ada kolam berdinding marmer putih di dalam masjid, di tengah-tengahnya pula? Dirawikan bahwa tanah lokasi kolam ini dahulunya kepunyaan seorang perempuan paruh baya. Ia menolak melepaskan lahan miliknya seluas 65 meter persegi itu kepada penguasa.

Akhirnya, penguasa Ottoman merebutnya dengan paksa tetapi tidak lantas menjadikan lahan itu sebagai tempat ibadah. Namun, banyak yang meragukan kebenaran cerita ini sebagai fakta sejarah.

photo
Bagian mimbar Masjid Raya Bursa - (DOK WIKIPEDIA)

Interior masjid ini kaya akan lukisan-lukisan kaligrafi yang indah. Totalnya, ada 45 pajangan dan 87 dinding keramik yang dihiasi kaligrafi karya 21 orang seniman terkemuka Ottoman. Kaligrafi ini tersebar di dinding pilar, mimbar, maupun dekat pintu-pintu masuk masjid.

Beberapa lampu gantung memancarkan cahaya krem, selaras dengan warna dinding interior masjid. Hamparan permardani merah berkualitas tinggi menimbulkan kesan anggun namun damai dan kontemplatif.

Langit-langit yang terletak di atas kolam şadırvan dibiarkan terbuka sehingga cahaya matahari masuk dan berpencar ke seluruh ruangan. Puluhan pilar tersebar di sana untuk menopang 20 kubah di atasnya.

Pintu-pintu dan mimbar masjid ini terbuat dari bahan kayu. Mimbar Masjid Raya Bursa menampilkan gambar konstelasi tata surya, yang menandakan pesatnya perkembangan sains di zaman Ottoman awal. Di sisi timur mihrab, ada daun pintu yang berusia satu abad dan berasal dari Kakbah. Namun, kini pintu istimewa tersebut diletakkan dalam kotak kaca sebagai pajangan atau artefak historis.

photo
Kolam air mancur di dalam kompleks masjid. - (DOK WIKIPEDIA)

Dalam laman pariwisata Bursa, TheBestOfBursa.com, disebutkan, bagian eksterior Masjid Raya Bursa terbuat dari bahan batu cadas. Dua menara pada sisi kanan dan kiri masjid ini tampak kembar tetapi sebenarnya dibangun pada tahun yang berbeda. Artinya, pada awalnya dimaksudkan hanya satu menara, yakni yang terletak di sisi barat. Menara di sisi timur baru dibangun kemudian dalam era Sultan Mehmet I pada abad ke-15.

Untuk meningkatkan daya tarik pariwisata, otoritas Turki menyebut Masjid Raya Bursa sebagai masjid kelima terpenting di Dunia Islam. Itu setelah Masjidil Haram (Mekkah), Masjid Nabawi (Madinah), Masjid al-Aqsa (Palestina), dan Masjid Umayyah di Damaskus (Suriah).Tampaknya hal itu cukup efektif.

Masjid ini setiap hari ramai dikunjungi para turis, baik dari dalam negeri Turki maupun mancanegara. Mereka terpesona pada warisan sejarah Kesultanan Ottoman ini. Masjid Raya Bursa telah menjadi ikon yang tak boleh terlewatkan bagi siapapun yang menikmati keindahan Kota Bursa.

 

Haji pada Masa Awal Dinasti Saudi

Melalui Kongres al-Islam, Saudi menegaskan posisinya dalam urusan menyelenggarakan haji.

SELENGKAPNYA

Haji pada Masa Perang Dunia

Penyelenggaraan ibadah haji sempat terkendala, bahkan terhenti, akibat pecah Perang Dunia I.

SELENGKAPNYA

Kecaman untuk Kaum LGBT

Tanqih al-Qaul karya Syekh Nawawi al-Bantani cukup populer di pesantren-pesantren.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya