Hikmah
Prinsip Keluarga Bahagia
Nabi SAW adalah teladan dalam kasih sayang pada keluarga.
Oleh NAWAWI EFENDI
Apakah keluarga bahagia identik dengan kemewahan dan kekayaan? Jawabannya tidak. Apakah ia ditentukan oleh ketampanan dan kecantikan wajah?
Jawabannya juga tidak. Karena kenyataannya keluarga bahagia dapat diraih dengan prinsip saling menghormati dan mencintai satu sama lain.
Prinsip inilah yang dipraktikkan oleh Rasulullah SAW pada semua anggota keluarganya, termasuk pada istri-istri beliau. Nabi SAW adalah teladan dalam kasih sayang pada keluarga.
Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT pada orang-orang beriman agar menyayangi keluarga, terutama istri. "Pergaulilah mereka dengan cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak di dalamnya.” (QS an-Nisa' [4]: 19).
Perintah ini ditujukan pada suami, karena sebagai kepala keluarga, ia harus menyayangi semua anggota keluarga, termasuk istrinya.
Dengan memahami firman Allah SWT tersebut, dapat disimpulkan bahwa seorang suami diperintahkan untuk mempergauli istrinya dengan baik. Perintah ini ditujukan pada suami, karena sebagai kepala keluarga, ia harus menyayangi semua anggota keluarga, termasuk istrinya.
Jika ini tidak diingatkan, dikhawatirkan ia akan berlaku semena-mena karena merasa sebagai orang paling kuat dan paling berkuasa.
Seorang suami harus paham bahwa istrinya adalah manusia biasa, sama seperti dirinya. Ia pasti memiliki kekurangan dan pernah melakukan kesalahan dan kekhilafan.
Tetapi seorang istri harus dinilai dari berbagai sisi. Bisa jadi ia kurang di satu bidang, tapi unggul di bidang yang lain. Bisa jadi ia tidak jago masak, tapi pandai mengurus anak atau sebaliknya.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW mengaitkan akhlak yang baik dengan berbuat baik pada istri. Nabi SAW bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap para istrinya.” (HR Tirmidzi).
Begitu juga seorang istri yang baik akan selalu menaati suaminya, selama perintahnya tidak bertentangan dengan agama. Ia senantiasa menampakkan wajah berseri di hadapan suaminya dan menjaga harta dengan sebaik-baiknya.
Di samping hubungan harmonis antara suami-istri, dalam keluarga juga harus ada hubungan baik antara orang tua dan anak. Orang tua yang baik akan selalu menyayangi anaknya.
Begitu pun sebaliknya. Anak yang baik akan senantiasa menghormati orang tuanya. Hubungan orang tua dan anak tak terbatas di dunia, tapi juga di akhirat. Itulah pentingnya menjaga keimanan karena hanya imanlah yang akan mengumpulkan mereka di surga kelak.
Hubungan orang tua dan anak tak terbatas di dunia, tapi juga di akhirat. Itulah pentingnya menjaga keimanan karena hanya imanlah yang akan mengumpulkan mereka di surga kelak.
Dari saking pentingnya menghormati dan menaati orang tua, Allah SWT berpesan dalam firman-Nya, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki.” (QS an-Nisa’ [4]: 36).
Firman Allah SWT tersebut menjadi prinsip keluarga bahagia karena di dalamnya terkandung pesan berupa urutan perintah Allah dalam berbuat baik pada orang lain. Bahkan perintah pertama berupa penyembahan Allah SWT dikaitkan dengan perintah berbuat baik pada orang tua. Kemudian pada karib kerabat sampai hamba sahaya.
Dengan kata lain, perbuatan baik yang paling utama ditujukan pada keluarga terlebih dahulu, terutama pada orang tua.
Jika dalam suatu keluarga sudah ada kasih sayang dan saling menghormati, maka itulah kebahagiaan yang sebenarnya, karena hakikatnya keluarga adalah pondasi peradaban. Membangun keluarga artinya membangun peradaban. Semua itu tidak akan tercapai tanpa tuntunan dari Allah SWT dan teladan Rasulullah SAW.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Berhaji dengan Bunga Bank, Bolehkah?
Mazhab Hanbali berpendapat jika haji menggunakan dana dari harta haram tidak sah.
SELENGKAPNYASyiar Islam di Pulau Bawean Dalam Sejarah
Islam telah menjadi bagian dari identitas orang-orang Bawean sejak berabad-abad silam.
SELENGKAPNYASejarah Berdirinya HMI
Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI diprakarsai tokoh Muhammadiyah, Prof Lafran Pane.
SELENGKAPNYA