Masjid Jama Majid di Kota Tua Delhi, India. Kompleks masjid ini termasuk legasi Kesultanan Delhi. | EPA-EFE/RAJAT GUPTA

Dunia Islam

Telusur Sejarah Kesultanan Delhi

Kesultanan Delhi kukuh di Anak Benua India selama lebih dari tiga abad.

Umumnya, kalangan sejarawan sepakat, puncak sintesis antara kebudayaan India dan peradaban Islam terjadi pada era Kesultanan Delhi (1206-1526). Sebagai contoh hasil perpaduan ini, banyak bangunan monumental berdiri dengan memperhatikan aspek-aspek lokal dengan tetap mengarusutamakan simbol-simbol Islam. Bahkan, jejak-jejak kejayaannya masih dapat dijumpai pada zaman modern kini.

Bagaimanapun, tentunya yang berlangsung bukan hanya “angin surgawi.” Dalam rentang masa amat panjang, yakni 320 tahun, Kesultanan Delhi kerap diwarnai ketidakstabilan politik. Sedikitnya, ada lima dinasti yang timbul tenggelam, yakni Mamluk, Khalji, Tughlaq, Sayyid, dan Lodi. Dari total 35 sultan yang pernah bertakhta, sebanyak 19 orang di antaranya tewas terbunuh akibat intrik-intrik memperebutkan kekuasaan.

Dinasti yang pertama-tama meneguhkan Kesultanan Delhi adalah Mamluk pada 1206. Dalam bahasa Arab, mamluk berarti “yang-dimiliki” atau “budak.” Sosok utama wangsa tersebut ialah Qutb al-Din Aibak. Dan, ia adalah seorang mantan hamba sahaya yang pernah mengabdi pada jenderal Turkic, Muhammad Ghori.

Aibak wafat pada 1210. Sesudah itu, kekisruhan antarelite sempat terjadi. Sebab, belum ada ketentuan yang mengatur pergantian kekuasaan di kalangan tokoh-tokoh Mamluk (baca: para mantan budak Turkic). Alhasil, Aram Shah, yang disebut-sebut sebagai putra Aibak, menjadi sultan berikutnya. Namun, kekuasaannya hanya berjalan satu tahun karena ia kemudian dibunuh kelompok Syamsuddin Iltutmish.

photo
Wilayah Kesultanan Delhi pada masa jayanya, yakni di bawah pemerintahan Dinasti Tughlaq tahun 1330–1335. - (DOK WIKIPEDIA)

Dalam era Iltutmish, Dinasti Mamluk mulai kukuh di India utara. Ia menjalankan pemerintahan dengan tangan besi. Di antara warisan pentingnya adalah pembagian administrasi wilayah kekuasaan menjadi beberapa provinsi, yang masing-masing dibawahi seorang kadi. Iltutmish juga mendirikan Madrasah Firoziyya sebagai pusat intelektual di Uch (kini bagian provinsi Punjab, Pakistan). Ia mulai memberlakukan koin yang khas Muslim untuk mengatasi peredaran mata uang buatan penguasa Hindu di India selatan. Koin tersebut wujudnya meniru yang dimiliki Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad.

Iltutmish hendak mewariskan kekuasaan kepada Nasiruddin Mahmud. Namun, putra tertuanya itu lebih dahulu wafat pada 1229. Dengan pertimbangan kecakapan memerintah, Radiyya akhirnya dipilih Iltutmish untuk meneruskan takhtanya. Perempuan tersebut merupakan menantunya sendiri atau istri dari almarhum Nasiruddin Mahmud. Pada 1236, Iltutmish meninggal dunia.

Sepeninggalan Iltutmish, Dinasti Mamluk kembali bergejolak. Tampuk kekuasaan direbut Muizuddin Bahram. Radiyya tewas dalam pengepungan yang dipimpin saudara tirinya itu pada 1240. Namun, Bahram ternyata tidak cakap memimpin sehingga Punjab dan Lahore dapat diserbu tentara Mongol. Pada 1242, akibat konspirasi kalangan elite istana, Chihalgani, Bahram dihukum mati.

Sultan berikutnya, Alauddin Masud, tidak lain merupakan pemimpin boneka Chihalgani. Akibat memberontak, dia kemudian diganti dengan sepupunya, Nasiruddin Mahmud. Selama memimpin sultan kedelapan Dinasti Mamluk ini justru menghindari istana dan lebih suka hidup sebagai seorang Muslim yang zuhud. Akhirnya, pemerintahan lebih dikendalikan wakilnya, Ghiyatsuddin Balban, yang lalu menjadi sultan kesembilan.

Balban memerintah dengan otoriter. Dia mencoba untuk meruntuhkan pengaruh Chihalgani di istana. Seluruh negeri dibuatnya tunduk pada Dinasti Mamluk. Pada 1287, kekuasaannya beralih pada Muizuddin Qaiqabad. Pemuda 17 tahun itu memilih Jalaluddin Firuz Khalji sebagai panglima pasukannya. Namun, Khalji justru menusuk Qaiqabad dari belakang sehingga mengakhiri Dinasti Mamluk sekaligus memulai bani penguasa baru.

Dinasti Khalji berlangsung cukup singkat, yakni 30 tahun saja. Meskipun begitu, wilayah kekuasaannya mencakup hampir seluruh pesisir barat Anak Benua India (kecuali Kerala), dari lembah Sungai Indus di barat, lalu ke arah selatan hingga Tamil Nadu dan Paradesh. Para sultan dari dinasti ini juga berjasa dalam menyingkirkan sejumlah invasi Mongol yang datang dari utara India.

Penguasa terakhir Dinasti Khalji, Khusraw Khan, diserang dan dihukum mati komandan militer Punjab, Ghazi Malik, atas dukungan para tuan tanah di Delhi. Malik selanjutnya mengangkat dirinya sebagai raja dengan gelar Sultan Ghiyatsuddin Tughluq.

photo
Makam Sultan Ghiyatsuddin Tughluq, penguasa Kesultanan Delhi pada awal abad ke-14. - (DOK WIKIPEDIA)

Pada 1325, pendiri Dinasti Tughluq itu meninggal dunia akibat dibunuh anaknya yang ambisius, Ulugh Khan. Dalam masa ini, sosok yang bernama alias Muhammad bin Tughluq itu berhasil menaklukkan dua kerajaan Hindu, Arangal dan Tilang. Penaklukan ini memuluskan jalan Dinasti Tughluq untuk menguasai mayoritas Anak Benua India. Apalagi, Ulugh Khan memerintah dengan kejam dan agresif. Lokasi ibu kota dipaksanya pindah dari Delhi ke Deogiri (kini Daulatabad). Migrasi besar-besaran penduduk Delhi ini menyebabkan pertumbuhan yang signifikan populasi Muslim di India tengah dan selatan.

Meskipun secara pribadi tergolong brilian dalam keilmuan dan sastra, Ulugh Khan begitu serampangan menjaga ekonomi negerinya.

Meskipun secara pribadi tergolong brilian dalam keilmuan dan sastra, Ulugh Khan begitu serampangan menjaga ekonomi negerinya. Akibat pengeluaran yang sangat besar untuk kampanye militer, kas kerajaan habis sehingga dia memerintahkan pembuatan koin dari bahan logam tetapi dengan nilai perak. Tentu saja, rakyat dapat diam-diam membuat koin sendiri dari bahan yang mereka miliki. Inflasi menjadi tak terkendali. Sampai pada kematian Ulugh Khan pada 1351, Dinasti Tughluq dapat dikatakan hampir bangkrut. Wilayahnya menciut hingga tersisa pada India tengah.

Dinasti Tughluq selanjutnya dipimpin Firuz Shah. Para simpatisan Ulugh Khan yang tersisa dibunuhi. Dia sendiri kemudian memimpin dengan tegas sehingga politik dalam negeri cenderung stabil. Tujuannya memulihkan wilayah kekuasaan bani Tughluq yang sempat merajai mayoritas India. Untuk itu, dia membangun banyak infrastruktur, seperti sekolah, jembatan, dan masjid. Kalangan tentara juga diperbaiki nasibnya agar dapat menggempur kerajaan-kerajaan tetangga. Situasi politik keamanan yang cukup stabil berakhir ketika sang penguasa menua. Enam tahun pasca-wafatnya Firuz Shah pada 1388, perang saudara pun pecah. Selama dua dasawarsa berikutnya, guncangan politik menyebabkan kesultanan ini rapuh terhadap serangan dari luar.

Benar saja. Memanfaatkan situasi yang kacau balau, balatentara Timur Lenk mulai menyerbu India utara pada 1398. Dinasti Tughluq tidak bisa berbuat banyak. Kota Multan jatuh ke tangan cucu Timur Lenk, Pir Muhammad, yang lantas menunjuk Khizr Khan sebagai gubernurnya. Di tahun yang sama, Delhi berhasil ditaklukkan. Khizr menempatkan kalangan sayyid, keturunan Nabi Muhammad SAW, sebagai penguasa Delhi. Sejak pasukan Timur Lenk meninggalkan Delhi pada 1399, Dinasti Sayyid tampil mengatasi Dinasti Tughluq.

Para sayyid menguasai Delhi hanya selama 37 tahun. Turbulensi politik menyebabkan kekuasaan mereka tidak pernah stabil.

Para sayyid menguasai Delhi hanya selama 37 tahun. Turbulensi politik menyebabkan kekuasaan mereka tidak pernah stabil. Penguasa terakhir Dinasti Sayyid, Alauddin, menyerahkan takhtanya kepada gubernur Punjab, Bahlul Khan Lodi, pada 1451. Alauddin lantas menyingkir ke Budau, daerah sekitar Sungai Gangga (kini Uttar Pradesh). Berikutnya, Dinasti Lodi yang masih berdarah Persia (Pashtuns) ini menjadi penguasa terakhir Kesultanan Delhi. Berbeda dari rezim-rezim sebelumnya, Dinasti Lodi menggunakan Persia sebagai bahasa resmi.

photo
Taman Lodi di New Delhi, India. Taman seluas 360 ribu meter persegi ini dibangun pada saat Kesultanan Delhi diperintah Dinasti Lodi. - (DOK WIKIPEDIA)

Bahlul Khan dapat mengalahkan Dinasti Syarqi yang menguasai wilayah yang kini Uttar Pradesh pada 1486. Dia lantas menempatkan putra tertuanya sebagai gubernur di sana untuk mengamankan pengaruh Delhi di India selatan. Setelah kematiannya pada 1489, Dinasti Lodi dipimpin Sikandar. Putra kedua Bahlul Khan ini berjasa besar dalam membangun Agra pada 1504. Kota tersebut belakangan menjadi ibu kota Kesultanan Mughal. Salah satu keajaiban dunia, Taj Mahal, berlokasi di sana.

Pada 1517, Sikandar digantikan putra bungsunya, Ibrahim Lodi. Di medan tempur, dia merupakan komandan militer yang disegani tetapi cenderung gegabah dalam berpolitik. Oleh karena itu, banyak orang di lingkaran terdekatnya menaruh sinisme diam-diam. Di antaranya adalah gubernur Punjab, Dawlat Khan, yang kemudian bersekutu dengan salah seorang keturunan Timur Lenk, Babur.

Dalam perang Panipat Pertama pada 1526, Babur berhasil mengalahkan Ibrahim Lodi. Sejak saat itu, tamatlah riwayat Kesultanan Delhi. Babur kemudian mendirikan Kesultanan Mughal yang berciri kebudayaan Indo-Persia dengan pengaruh adat lokal India. Kelak pada akhir abad ke-17, Mughal menjadi salah satu imperium terbesar dan terkaya sepanjang sejarah dunia.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

MUI Siap Panggil Panji Gumilang

Tim peneliti MUI untuk pengkajian Pesantren Al-Zaytun sudah dibentuk oleh MUI.

SELENGKAPNYA

Pesona Si Merah di 'Paris Punjab'

Masjid bercorak arsitektur moorish ini menjadi legasi dari Kerajaan Kapurthala di India.

SELENGKAPNYA

Corak Utsmani Dalam Balutan Modern-Minimalis

Masjid Yesil Vadi menghadirkan kekhasan arsitektur Turki Utsmaniyah dengan visi modern.

SELENGKAPNYA