
Khazanah
MUI Siap Panggil Panji Gumilang
Tim peneliti MUI untuk pengkajian Pesantren Al-Zaytun sudah dibentuk oleh MUI.
Oleh FUJI EP
JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah membentuk tim untuk meneliti dan menggali informasi tentang Pondok Pesantren/Ma'had Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat. Pengarah tim peneliti MUI Prof Utang Ranuwijaya menjelaskan, tim dibentuk setelah keluarnya surat keputusan (SK) untuk pembentukan tim peneliti MUI.
Dia menegaskan, tim tersebut kemungkinan bergerak cepat dengan melakukan penelitian lapangan ke Al-Zaytun dan memanggil pendiri Ma'had Al-Zaytun, Panji Gumilang. Baca juga: Kemenag Indramayu: Shalat Id Al-Zaytun Punya Dasar Hukum Jelas
"Mungkin akan memanggil lagi Panji Gumilang, tapi ada kemungkinan hadir atau tidak. Meski Panji Gumilang tidak hadir, kalau data yang dihimpun MUI maksimal maka tim peneliti MUI akan jalan terus,"ujar Utang saat diwawancara Republika, Senin (15/5/2023).
Meski Panji Gumilang tidak hadir, kalau data yang dihimpun MUI maksimal maka tim peneliti MUI akan jalan terus.PROF UTANG RANUWIJAYA Pengarah Tim Peneliti MUI
Utang menjelaskan, tim peneliti bergerak setelah adanya pernyataan dari Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin agar Kementerian Agama dan MUI membahas perihal Ma'had Al-Zaytun. Menurut dia, hal tersebut adalah saran yang sangat kuat agar koordinasi antara kedua institusi bisa segera dilakukan supaya bisa memanggil Panji Gumilang. Baca juga: Penembakan Kantor MUI dan Rapat Al-Zaytun

"Itu (perintah Wapres) juga jadi dasar kerja tim MUI nanti. Supaya tim bisa gerak cepat bekerja dan berkoordinasi dengan semua pihak dan kemungkinan nanti akan kami usulkan untuk dibawa ke rapat Bakor Pakem (Badan Koordinasi Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat) di bawah Kejaksaan Agung,"ujar dia.
Di dalam Bakor Pakem ada beberapa kementerian atau lembaga yang terlibat seperti Kejaksaan Agung, Kementerian Dalam Negeri, TNI, Polri, BIN, hingga MUI. Dia menjelaskan, koordinasi antara MUI dan Kemenag akan dilakukan melihat perkembangan yang terjadi di lapangan. Koordinasi juga dilakukan lebih luas dengan Bakor Pakem.
Menurut dia, survei lapangan ke Pesantren Al Zaytun juga segera dilakukan karena menjadi bagian dari prasyarat penelitian. Metodenya, ujar Utang, bisa dilakukan lewat observasi. Tim bisa meneliti dengan cara tidak terang-terangan atau melakukan wawancara dengan elite Pesantren Al Zaytun.
"Tapi, kalau wawancara biasanya kita dapat data yang tidak mendalam, biasanya jawaban mereka juga formalitas," ujar Utang.
View this post on Instagram
Untuk saat ini, Utang mengungkapkan, pihaknya sedang bersiap untuk membuat term of reference (TOR) dan mengumpulkan data di media sosial. Selanjutnya, mereka akan menggelar rapat untuk membahas Pesantren Al Zaytun pada Selasa (16/5/2023).
"Yang sedang dipersiapkan tim membuat TOR, mengumpulkan data yang sudah berserakan di dunia media sosial itu mereka sudah mengumpulkan, besok Selasa rapat membahas TOR persiapan kerja tim, baru melakukan aksi," kata dia. Baca juga: Mazhab Bung Karno Panji Gumilang dan Khatib Shalat Jumat Perempuan di Al-Zaytun
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa, Prof KH Asrorun Niam Sholeh, mengatakan, tim peneliti MUI untuk pengkajian Pesantren Al-Zaytun sudah dibentuk oleh MUI. Tim tersebut terdiri dari gabungan Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI serta Komisi Fatwa MUI. "Di samping itu, tim peneliti MUI juga melibatkan unsur MUI Provinsi Jawa Barat dan MUI Indramayu," kata Kiai Asrorun.
Tim peneliti MUI juga melibatkan unsur MUI Provinsi Jawa Barat dan MUI IndramayuKH ASRORUN NIAM Ketua MUI Bidang Fatwa
Kiai Asrorun mengatakan, langkah penelitian yang dilakukan oleh tim didasarkan kepada hasil penelitian yang sudah dirumuskan sebelumnya dan penggalian mutakhir mengenai dinamika keagamaan yang diajarkan dan dilaksanakan oleh Pesantren Al Zaytun.
Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Miftahul Huda juga menyampaikan, langkah pertama tim peneliti MUI akan konsolidasikan dengan tim gabungan antara Komisi Fatwa serta Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI untuk mendalami kasus ini dan beberapa kasus keagamaan lainnya.
"Jika diperlukan, tim akan melakukan penelitian ke lapangan. Tim juga akan menindaklanjuti rekomendasi dari hasil penelitian tim MUI tahun 2002," kata Kiai Huda.
Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag, Waryono Abdul Ghafur, menanggapi permintaan wapres agar Kemenag dan MUI mengusut masalah Al-Zaytun. Dia mengatakan, Selasa sore, pihaknya akan menggelar rapat dengan kementerian dan lembaga terkait untuk membahas Pesantren Al-Zaytun.
Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin merespons kontroversi yang terjadi seputar Ma'had Al-Zaytun dan pernyataan Panji Gumilang di media sosial. Kiai Ma'ruf meminta Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) melakukan pembahasan untuk mengantisipasi keresahan masyarakat yang dapat berlanjut pada ketegangan-ketegangan.

"Jangan adalah ketegangan-ketegangan yang diakibatkan oleh isu-isu agama yang tidak lazim selama ini. Karena itu, saya meminta Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia membahas masalah ini, supaya jangan sampai isu ini ya, merebak kemudian menjadi kemarahan dari masyarakat," ujar Kiai Ma'ruf dalam keterangan persnya kepada wartawan di sela kunjungan kerja ke Maluku Utara, Jumat (12/5/2023).
Kiai Ma'ruf menekankan agar Kemenag dan MUI melakukan pembahasan serius mengenai masalah tersebut. Tujuannya untuk memastikan masyarakat tetap tenang menanggapi semua polemik itu. Ketua Dewan Pertimbangan MUI itu menjelaskan, masalah-masalah sensitif berkaitan isu agama dapat memicu kemarahan masyarakat.
"Saya kira harus ada penelitian atau pembahasan yang serius, ini untuk menjaga ketenangan. Apalagi, mau kita dalam tahun pemilu, jangan sampai ditambahi ya," ujar dia.Baca juga: Wapres Minta Usut Al-Zaytun, Jaga Ketenangan Jelang Pemilu
Sebelumnya, video yang menunjukkan pendiri Ma'had Al-Zaytun, Panji Gumilang, mengajak hadirin untuk menyanyikan salam ala Yahudi, "Havenu Shalom Aleichem", viral di media sosial.
Video viral itu diunggah oleh kanal Youtube Al-Zaytun Official. Dalam unggahan video tersebut, Panji Gumilang mengajak santri dan tamu undangan untuk mengucapkan salam yang identik untuk umat Yahudi di samping ucapan salam umat Islam.
"Saya mengajak saudara-saudara untuk mengucapkan salam yang tidak assalamualaikum saja, sambil kita bernyanyi, saya kira yang hadir walaupun tidak pandai, tapi bisa bernyanyi. Kita ucapkan kepada sahabat kita 'Havenu Shalom Aleichem' dalam bentuk bernyanyi. Silakan berdiri, karena ini satu suro," ujar Panji, seperti dikutip Republika di Jakarta pada Selasa (9/5/2023). Baca: Havenu Shalom Alaechim Benarkah Sama dengan Assalamualaikum?
Selain tentang salam ala Yahudi, Ma'had Al-Zaytun juga menggemparkan publik di Indonesia saat merilis video pelaksanaan shalat Idul Fitri berjamaah 1444 H/2023 M. Shalat Id berjamaah tersebut dilakukan dengan shaf yang longgar.
Keanehan lainnya, ada jamaah perempuan yang berada di shaf depan. Ada juga jamaah non-Muslim yang ikut dalam ritual shalat Idul Fitri tersebut.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Melacak Awal Mula Islam di India
Kaum sufi turut berperan dalam menggiatkan syiar Islam di India.
SELENGKAPNYALegasi Kesultanan Delhi: Madrasah Hingga Tradisi Sufi
Lebih dari tiga abad Kesultanan Delhi membentuk wajah Islam di Anak Benua India.
SELENGKAPNYACengkeraman Erdogan di Turki Melemah?
Untuk pertamakalinya, Erdogan berpotensi mengikuti pilpres putaran kedua.
SELENGKAPNYA