Hikmah
Makna Suksesi Kepemimpinan Dalam Islam
Ada beberapa langkah untuk mempersiapkan kepemimpinan dalam Islam.
Oleh AUNUR ROFIQ
Judul di atas tidak lepas dari gaya kepemimpinan. Kepemimpinan yang mengutamakan untuk mencetak pemimpin berikutnya adalah pemimpin yang sadar bahwa masa depan lahir karena masa kini.
Bagi umat Islam, kepemimpinan ini merupakan salah satu masalah penting, dan menjadi pedoman untuk mencapai suatu tujuan. Jangan sampai kita kehilangan langkah-langkah pasti dalam kehidupan untuk menuju masa depan.
Oleh sebab itu, kita yakin bisa membentuk suatu masyarakat yang lebih kuat dari kumpulan individu di dalamnya. Yang paling utama dimulai dengan pembentukan kepribadian (berakhlak mulia) pada tingkat individu.
Kita yakin bisa membentuk suatu masyarakat yang lebih kuat dari kumpulan individu di dalamnya. Yang paling utama dimulai dengan pembentukan kepribadian (berakhlak mulia) pada tingkat individu.
Sesungguhnya kepribadian ini penting dan tanpa itu, maka hari esok tidak akan lebih baik dari hari ini. Ingatlah bahwa menunggu datangnya seorang pemimpin tanpa adanya usaha apa pun merupakan tindakan sia-sia.
Sebagian orang yang senang menanti penuh harap akan datangnya seseorang dari lembah kesengsaraan. Padahal, pada saat yang sama sebagian orang itu berpotensi mencetak seorang pemimpin.
Sebenarnya, kekuatan, kemampuan, dan kesejahteraan generasi mendatang adalah hasil dari semua tindakan mereka yang hidup saat ini. Sungguh menjadikan kebohongan yang besar dan omong kosong jika kita menanti masa depan yang sempurna dari generasi masa kini yang selalu bermalas-malasan.
Orang beriman akan menyadari bahwa masa depan selalu tumbuh dari benih yang dikandung dari rahim masa kini dan disusui sampai tumbuh dewasa.
Masa depan kita merupakan salinan dari masa kini yang dikembangkan, diperluas, dan dibentuk dari orang-perorangan untuk menjadi bagian dari masyarakat luas. Kehidupan kebangsaan dengan segala dinamikanya, sebenarnya serupa laksana air yang mengalir dari pegunungan masa lalu menuju lembah masa kini untuk kemudian mengalir ke ngarai masa depan. Tentu ia akan membawa berbagai hal baru yang muncul di sepanjang jalur yang dilewatinya.
Dalam hal ini umat Islam harus muncul calon-calon pemimpin di masa depan. Mereka inilah orang-orang yang mempunyai semangat yang kuat, penuh vitalitas dan kokoh, produktif dan mampu memakmurkan bumi sesuai dengan aturan-aturan Allah SWT.
Dalam hal ini umat Islam harus muncul calon-calon pemimpin di masa depan. Mereka inilah orang-orang yang mempunyai semangat yang kuat, penuh vitalitas dan kokoh, produktif dan mampu memakmurkan bumi sesuai dengan aturan-aturan Allah SWT.
Ada beberapa langkah untuk mempersiapkan pemimpin.
Pertama, asas akidah dan akhlak. Seorang pemimpin, mutlak hendaknya beriman dan mempunyai akhlak mulia seperti dalam firman-Nya surah an-Nisa ayat 59.
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Kedua, membangun akal dan kesadaran. Mempunyai kemampuan kerangka berpikir inovasi dan kreatif. Selalu membuka diri dalam pengertian terus menambah ilmu pengetahuan dan teknologi yang setiap kurun waktu tertentu selalu berkembang. Pada intinya, seorang pemimpin hendaknya mampu mengatasi setiap perubahan zaman.
Ketiga, mempunyai tujuan yang jelas. Pemimpin Islam hendaknya selalu berpegang pada firman-Nya surah adz-Dzariyat ayat 56, “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”
Krisis yang menimpa manusia modern adalah penentuan tujuan akhir dari aktivitas kehidupan manusia. Mereka lupa terhadap tujuan akhir penciptaan manusia oleh Sang Pencipta, karena terlena dengan panjang angan-angan dan kecintaan terhadap dunia.
Keempat, mempunyai kemampuan membaca masa depan. Bagi pemimpin yang beriman akan berusaha dengan ilmunya untuk memperkirakan dan membuat perencanaan dan setelah itu bertawakal pada-Nya. Karena hari esok bukanlah bisa diketahui oleh manusia sesuai dengan surah Luqman ayat 34.
Kelima, mempunyai sikap optimistis dan sabar. Dikisahkan bahwa Kisra bertemu dengan seorang petani tua yang menanam pohon, dan dia perkirakan akan berbuah dalam jangka waktu lama.
Kisra bertanya, “Mengapa kamu harus berpayah-payah menanam pohon itu, kamu tidak mungkin bisa menikmati buahnya?”
Kemudian petani tua itu menjawab, “Orang-orang sebelum kami menanam dan kami telah memakan hasil yang mereka tanam, kini kami menanam untuk orang-orang setelah kami, agar mereka makan dari hasil tangan kami.”
Ingatlah bahwa makna jawaban petani tua ini sudah mencakup mempersiapkan masa setelah dia, bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri.
Oleh karena itu sudah menjadi keniscayaan agar generasi saat ini mempersiapkan generasi setelahnya untuk mengisi, memberi kontribusi pada peradaban kehidupan.
Semoga Allah SWT menuntun jalan-Nya.
Kaya Masuk Surga
Kisah Abdurrahman bin Auf telah menginspirasi kita semua, sudah kaya dijamin masuk surga.
SELENGKAPNYATeladan Kesabaran Istri Nabi, Ummu Habibah
Sebelum menikah dengan Nabi SAW, Ummu Habibah telah melalui ujian berat dalam hidupnya.
SELENGKAPNYAKisah Abu Sufyan bin Harb Masuk Islam
Sahabat Nabi SAW, Abu Sufyan bin Harb, masuk Islam menjelang peristiwa Fath Makkah.
SELENGKAPNYA