ILUSTRASI Foto kaligrafi Nabi Muhammad SAW. | Republika/Agung Supriyanto

Dunia Islam

Benarkah Ayah dan Ibu Nabi SAW Kafir?

Ustaz Abdul Somad (UAS) menjelaskan dalil yang membantah tudingan bahwa orang tua Nabi SAW tergolong kafir.

Nabi Muhammad SAW merupakan utusan Allah kepada seluruh alam. Rasulullah SAW memiliki nasab yang teramat baik. Ayahnya bernama 'Abdullah bin 'Abdul Muthalib bin Hasyim bin 'Abdi Manaf bin Qusay. Adapun ibundanya bernama Aminah binti Wahb.

Secara garis keturunan, antara 'Abdullah dan Aminah bertemu pada sosok Qusay. Demikianlah kebiasaan bangsa Arab yang merekam dengan baik silsilah keluarga dan suku.

Beliau lahir di Makkah pada Tahun Gajah (sekira 570 Masehi). Hanya saja, sang ayah telah lebih dahulu wafat. Ayahanda sang almarhum, 'Abdul Muthalib, bergembira dengan kelahiran cucu laki-lakinya itu. Dia pun menamakan cucunya itu "Muhammad"--sebuah nama yang belum pernah dikenal sebelumnya oleh orang-orang Arab.

Ketika ditanya orang-orang mengapa cucunya itu tidak dinamakan sesuai nama nenek moyang, 'Abdul Muthalib menjawab, "Aku ingin dia menjadi orang yang terpuji (muhammad), bagi Tuhan di langit dan bagi makhluk-Nya di bumi."

Saat Nabi Muhammad SAW masih anak-anak, Aminah wafat. Menyusul pula beberapa tahun kemudian sang kakek, 'Abdul Muthalib. Jadilah hingga masa dewasanya, Muhammad SAW diasuh sang paman, Abu Thalib.

Nabi Muhammad SAW mendapatkan wahyu dari Allah SWT sesudah menikah dengan Khadijah binti Khuwailid. Artinya, orang tua Rasulullah SAW tidak sempat menyaksikan langsung kenabian atau risalah Islam, agama yang berdasarkan Alquran dan Sunnah Nabi SAW.

Status orang tua Nabi SAW

Apakah dengan sederet fakta di atas, maka boleh dikatakan bahwa kedua orang tua Nabi AW berstatus kafir? Ustaz Abdul Somad (UAS) dalam bukunya, 37 Masalah Populer, mengingatkan agar berhati-hati dalam membahas orang tua Rasulullah SAW. Sebab, seseorang yang beriman pasti otomatis akan mencintai Nabi SAW, sehingga tidak akan menyakiti perasaannya.

Menyinggung orang tua Rasulullah SAW berarti menyakiti beliau.

"Menyinggung orang tua Rasulullah SAW berarti menyakiti beliau. Orang yang menyakiti Rasulullah SAW diancam dengan ancaman keras," sebut UAS. Lihat misalnya Alquran surah at-Taubah ayat ke-61, artinya, "Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu bagi mereka azab yang pedih."

Sementara itu, sejumlah hadis menegaskan, Rasulullah SAW berasal dari orang-orang pilihan, bukan kafir. Tentang nasabnya, beliau pernah bersabda, sebagaimana diriwayatkan at-Tirmidzi.

"Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk, Dia (Allah) jadikan aku dari yang terbaik di antara mereka, dari yang terbaik dari kelompok mereka, dari yang terbaik di antara dua kelompok. Kemudian, Dia pilih di antara kabilah-kabilah, Dia menjadikan aku dari kabilah terbaik. Kemudian, Dia pilih rumah-rumah, maka Dia jadikan aku dari rumah terbaik di antara mereka. Aku jiwa terbaik dan rumah terbaik di antara mereka."

Ada hadis lainnya yakni diriwayatan Imam Muslim yang mesti diperhatikan. Dari Abu Hurairah, dikatakan, suatu ketika Rasulullah SAW bersabda, "Aku memohon izin kepada Allah SWT akan mengizinkanku memohonkan ampun untuk ibuku. Tapi Dia tidak memberikan izin kepadaku. Aku meminta izin agar aku ziarah ke kuburnya. Dia mengizinkanku."

UAS menjelaskan, hadis itu tidak menyatakan bahwa Aminah--sang ibunda Rasulullah SAW--masuk neraka. Hadis ini hanya menerangkan, Rasulullah SAW tidak diberi izin untuk memohonkan ampunan.

Kemudian, Allah SWT tetap mengizinkan Nabi SAW untuk berziarah ke kubur Aminah. Seandainya sang ibunda kafir, pastilah beliau dilarang ziarah ke kubur almarhumah.

Seandainya sang ibunda kafir, pastilah beliau dilarang ziarah ke kubur almarhumah.

Demikian pula hadis berikut, yang diriwayatkan Imam Muslim dari Anas. Ketika itu, ada seorang laki-laki berkata, "Wahai Rasulullah, di manakah bapakku?"

Maka Rasulullah SAW menjawab, "Di neraka."

Ketika laki-laki itu pergi, Rasulullah SAW memanggilnya, "Sesungguhnya bapakku (`abii) dan bapakmu di neraka."

Orang Arab juga terbiasa memakai kata 'abi untuk merujuk pada 'paman', bukan ayah kandung.

UAS memaparkan, orang Arab juga terbiasa memakai kata 'abi untuk merujuk pada 'paman', bukan ayah kandung. Dengan demikian, yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW bukanlah ayah kandungnya, melainkan pamannya, Abu Thalib, yang masuk neraka karena enggan menyatakan diri beriman kepada Allah dan Rasul-Nya sesudah Rasulullah SAW diutus.

Adapun penafsiran lainnya dilakukan Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitab Nuruz Zaman Syarah Aqidat al-Awam. Seperti dilansir dari laman Nahdlatul Ulama, alim Nusantara itu menjelaskan sebagai berikut tentang hadis di atas.

“Syekh Ibrahim al-Baijuri mengatakan, ‘Yang benar adalah bahwa kedua orang tua Rasulullah SAW selamat dari siksa neraka berdasarkan riwayat yang menyebutkan bahwa Allah SWT menghidupkan kembali kedua orang tua Rasulullah SAW sehingga keduanya beriman kepada anaknya, lalu Allah SWT mewafatkan kembali keduanya.

Sebuah riwayat hadits dari Urwah dari Sayidatina Aisyah RA menyebutkan bahwa Rasululah SAW memohon kepada Allah SWT untuk menghidupkan kedua orang tuanya sehingga keduanya beriman kepada anaknya. Kemudian, Allah SWT mewafatkan kembali keduanya. As-Suhaili berkata bahwa Allah Maha kuasa atas segala sesuatu, termasuk mengistimewakan karunia-Nya dan melimpahkan nikmat-Nya kepada kekasih-Nya Rasulullah SAW sesuai kehendak-Nya,”

Pada intinya, jangan mudah mengafirkan orang—apalagi sampai menuding pada kedua orang tua Nabi SAW.

Pada intinya, jangan mudah mengafirkan orang—apalagi sampai menuding pada kedua orang tua Nabi SAW. Merujuk pada Alquran surah asy-Syu'ara ayat ke-219, kata UAS, Rasulullah SAW berasal dari keturunan orang-orang yang sujud, yakni mereka yang saleh dan baik. Bukan kafir.

"Sesungguhnya Allah memilih Kinanah dari Bani Isma'il . Dia pilih Quraisy dari Bani Kinanah. Dia pilih Bani Hasyim dari Quraisy. Dan Dia pilih aku dari Bani Hasyim," sabda Rasulullah SAW, sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim.

Khaulah binti Hakim, Perantara Dua Pernikahan Nabi

Khaulah binti Hakim meminang 'Aisyah dan Saudah untuk keduanya dinikahi Nabi SAW.

SELENGKAPNYA

Ummu Hakim, Menantu Abu Jahal yang Jadi Pembela Islam

Ummu Hakim dan Ikrimah sempat menjadi salah satu musuh dari kaum Muslimin.

SELENGKAPNYA

‘Nak, Temanmu Mati Syahid’

Menjelaskan kematian anak-anak akibat serangan Israel jadi tantangan.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya