Sampah makanan (Ilustrasi) | ANTARA FOTO

Laporan Utama

Ramadhan dan Membeludaknya Sampah Makanan

Jumlah makanan yang meningkat selama Ramadhan adalah fakta yang menyedihkan.

Oleh ZAHROTUL OKTAVIANI, RATNA AJENG TEDJOMUKTI

Ibadah puasa saat Ramadhan menjadi sarana latihan setiap Muslim untuk mengendalikan hawa nafsu. Salah satunya hawa nafsu dalam mengonsumsi makanan. Sayangnya, permasalahan seputar sampah makanan (food waste) ternyata makin tinggi pada bulan penuh keberkahan ini.

Tim Komunikasi Foodbank of Indonesia (FOI) Arivia Nurlita mengatakan, jika dilihat dengan mata telanjang, ada kecenderungan lapar mata selama Ramadhan. Menjelang waktu berbuka, banyak orang yang berburu makanan berbuka atau takjil hingga beberapa kantong plastik, tetapi yang dikonsumsi hanya sedikit.

"Jadi, kalau dibilang food waste meningkat di bulan Ramadhan, ini bisa dibilang betul. Namun, data pastinya berapa kami belum punya," ujar dia saat dihubungi Republika, Senin (27/3/2023).

 
Jadi, kalau dibilang food waste meningkat di bulan Ramadhan, ini bisa dibilang betul.
ARIVIA NURLITA Tim Komunikasi Foodbank of Indonesia
 

Pada 2021, The Economist Intelligence Unit mengeluarkan laporan yang menyebut bahwa secara umum Indonesia adalah negara penghasil sampah makanan (food loss and waste/FLW) terbesar kedua di dunia. Setiap orang disebut membuang sampah makanan hingga 300 kg setiap tahun.

Lita, panggilan akrabnya, menyebut sejauh ini belum ada data presisi atau akurat mengenai sampah makanan di Indonesia. Salah satu alasannya karena belum ada lembaga atau institusi yang secara serius menghitung seputar food waste yang dihasilkan di Indonesia selama satu tahun.

Selain itu, ia menyebut kebanyakan sampah makanan ini, termasuk saat Ramadhan, dihasilkan oleh rumah tangga atau individu. Hal itu lebih sulit untuk dihitung dibandingkan dengan sampah dari ritel.

"Kalau ritel, ketahuan berapa bahan yang disiapkan atau distok, lalu terlihat berapa sisanya. Di rumah tangga, perjalanannya cenderung lebih singkat dan untuk belanja pribadi. Contoh, belanja bahan makanan pagi lalu dimasak ternyata hasilnya kebanyakan dan tidak habis, lalu akhirnya basi dan dibuang. Potensi food waste dari rumah tangga ini sulit untuk diselamatkan," lanjut Lita.

photo
ILUSTRASI Sampah makanan - (Freepik)

FOI sendiri disebut selalu berusaha menyebarkan kesadaran akan isu sampah makanan. Ternyata, kondisi tersebut di Indonesia memprihatinkan karena sampah justru meningkat selama Ramadhan. Pihaknya juga disebut telah berusaha melakukan berbagai kampanye, baik di media sosial maupun media luar ruang.

Ia merasa masyarakat di akar rumput masih banyak yang belum paham dan sadar dengan isu sampah makanan ini.

Kerja sama dengan berbagai pihak juga dilakukan, termasuk komunitas, kampus, dan Badan Pangan Nasional. Melalui Deputi Kerawanan Pangan, kedua pihak berupaya untuk memperhatikan masyarakat di Indonesia yang rawan pangan, salah satunya dengan menekan angka sampah makanan.

"Kalau untuk lembaga atau ormas Islam, memungkinkan untuk bekerja sama. Mungkin sekarang belum banyak awareness-nya di akar rumput. Dengan ormas Islam dan dibawa oleh para ustaz ke kajian, pendekatan semacam ini memungkinkan," kata dia.

Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah Hening Purwati Parlan menjelaskan, jumlah sampah makanan yang meningkat selama Ramadhan adalah fakta yang menyedihkan karena berdampak buruk pada lingkungan dan kesehatan. Fenomena tersebut juga dinilai sebagai sebuah sikap abai pada nilai-nilai agama, yakni memubazirkan makanan.

Pada sampah yang menumpuk dan membusuk terdapat banyak penyakit dari bakteri dan virus, seperti diare, tifus, disentri, jamur, kolera, dan berbagai macam penyakit kulit. Pada lingkungan, mendatangkan bau yang tidak sedap, sampah makanan pun dapat mendatangkan berbagai penyakit dan mencemari lingkungan.

"Fakta yang menyebutkan bahwa tumpukan sampah ini meningkat pada saat Ramadhan sungguh memprihatinkan," ujar dia kepada Republika, Rabu (29/3/2023).

Dia pun mengimbau agar selama Ramadhan hendaknya umat Islam bisa menahan diri terhadap apa pun yg merusak dan menimbulkan dampak negatif atau perbuatan dosa.

"Mari kita mulai dengan Gerakan Green Ramadhan yang di dalamnya ada gerakan mengurangi sampah makanan pada saat buka puasa dan sahur," ujar dia.

 
Mari kita mulai dengan Gerakan Green Ramadhan yang di dalamnya ada gerakan mengurangi sampah makanan pada saat buka puasa dan sahur.
HENING PURWATI PARLAN Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah
 

Kepedulian pada masjid, mushala, komunitas, dan keluarga harus dilakukan secara masif. Dimulai dengan menumbuhkan sikap tidak memubazirkan makanan, menyampaikan dampak membuang makanan terhadap lingkungan, kesehatan, dan masa depan bumi.

Dia pun mengimbau agar aksi tersebut dibarengi dengan pengurangan sampah plastik. Dengan demikian, Ramadhan menjadi jalan kebaikan bagi setiap individu dalam meningkatkan keimanan dan menjaga bumi.

Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (LPLH dan SDA) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Hayu Susilo Prabowo menyebut inti dari puasa adalah menahan hawa nafsu atau syahwat.

Kerusakan alam, yang salah satunya disebabkan oleh sampah, juga berhubungan dengan menahan nafsu tersebut. "Jadi, selama Ramadhan ini bagaimana caranya agar kita bisa menahan diri untuk tidak nyampah," ujar dia saat dihubungi Republika, Rabu (29/3/2023).

Bulan suci Ramadhan disebut membawa pesan agar setiap umat Muslim lebih bertakwa. Takwa ini tidak hanya kepada manusia dan Allah SWT, tetapi juga kepada lingkungan atau alam. Menurut Hayu, perihal alam ini kerap sekali tertinggal.

Karena itu, pada Ramadhan ini, pihaknya ingin meninjau lebih jauh bagaimana cara agar kesalehan alam ini bisa juga ikut ditingkatkan, selain meningkatkan kesalehan kepada Allah SWT dan sesama manusia.

"Kerusakan lingkungan ini juga berhubungan dengan menahan nafsu. Kerakusan dan ketamakan kita membuat kita melihat alam sebagai objek dan terus dikuras, bukan sebagai subjek yang harus dirawat," lanjut dia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Bebas Sampah Indonesia (@bebassampahid)

MUI sendiri telah mengeluarkan fatwa seputar pengelolaan sampah, yaitu Fatwa Nomor 41 tahun 2014. Di dalamnya berisi ketentuan agar umat Islam tidak berbuat tabdzir (menyia-nyiakan) dan israf (berlebihan).

Tabdzir adalah perbuatan mubazir atau perilaku yang harusnya masih bisa memanfaatkan sesuatu tapi malah membuangnya. Contoh, seseorang yang hanya bisa memakan dengan porsi setengah piring, tetapi malah mengambil lebih banyak hingga pada akhirnya mesti membuang sisanya.

Sebelum makan, ujar Hayu, seharusnya seseorang sudah bisa memperkirakan kapasitas yang mampu ia konsumsi.

Perihal perilaku membuang-buang atau mubazir ini tertulis dalam QS al-Isra ayat 27, "Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya."

"Untuk israf, itu berbuat yang berlebihan. Misal membeli makanan yang berlebihan sampai tidak mampu lagi untuk dihabiskan dan akhirnya dibuang," ucap Hayu.

Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Cholil Nafis pun turut menyayangkan kecenderungan besarnya jumlah sampah makanan selama Ramadhan. Bulan puasa disebut menjadi momen mengurangi, bukan menunda atau berlebihan makan.

"Sebetulnya, mau di bulan Ramadhan atau tidak, Islam melarang berlebihan sampai membuang-buang, termasuk makanan. Dalam hal Ramadhan, ini jadi kontraproduktif dengan semangat ibadah di bulan ini," ucap Kiai Cholil Nafis.

 
Sebetulnya, mau di bulan Ramadhan atau tidak, Islam melarang berlebihan sampai membuang-buang, termasuk makanan.
KH CHOLIL NAFIS Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah
 

Ia mengingatkan umat Islam agar mengonsumsi makanan secukupnya. Jika pada hari biasa mereka makan tiga kali, maka di bulan Ramadhan ini hanya dua kali. Ada satu kali makan yang disimpan untuk dibagi kepada saudara yang lain yang lebih membutuhkan atau saving for caring.

Bulan puasa juga disebut sebagai momen untuk berlatih sebagaimana ketika seseorang ingin sehat dengan berpuasa, baik kesehatan jasmani maupun rohani. Hal itu sama dengan perintah bagi anak muda yang ingin menikah, tapi tidak mampu, maka ia diperintahkan untuk berpuasa.

"Untuk mengendalikan hawa nafsu, termasuk dalam hal makanan. Padahal, kemampuan makan ini terbatas, ada porsinya. Karena itu, semangat untuk berpuasa adalah semangat untuk hidup sebagai mana kebutuhannya," lanjut dia.

Ia lantas menyebut Nabi Muhammad SAW ketika berbuka selalu dengan ruthob atau kurma muda. Jika tidak ada, beliau akan berbuka dengan kurma kering atau hanya air putih. Rasulullah juga makan saat waktu berbuka dan berhenti sebelum kenyang, persiapan makannya pun tidak berlebihan.

Pesantren Tahfidz Tuna Netra di Bandung

27 santri tuna netra mengikuti pesantren tahfidz Alquran.

SELENGKAPNYA

Sang Pahlawan Muslim Aljazair

Abdul Qadir bin Muhyiddin al-Hasani adalah pahlawan Aljazair yang disegani kawan maupun lawan.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya