
Kisah
Dahaga Abu Hurairah dan Keberkahan Segelas Susu
Abu Hurairah menyaksikan mukjizat Nabi SAW yang terwujud dalam keberkahan segelas susu.
Sesudah hijrah, tidak semua kaum Muhajirin langsung mendapatkan rumah atau pekerjaan tetap. Mereka yang bernasib demikian umumnya menjadi penghuni pelataran Masjid Nabawi atau ash-Shufah. Karena itu, orang-orang tersebut dinamakan Ahl ash-Shufah.
Di satu sisi, kalangan ini memang tidak memiliki tempat tinggal atau profesi yang memadai. Namun, di sisi lain Ahl ash-Shufah sungguh beruntung karena mempunyai waktu yang lebih banyak dibandingkan Muslimin lainnya dalam menimba ilmu langsung kepada Nabi Muhammad SAW. Umumnya mereka adalah para perawi hadis.
Salah seorang pemukim ash-Shufah adalah Abu Hurairah. Nama itu secara harfiah berarti "bapak kucing kecil". Itulah julukan yang diberikan Rasulullah SAW sesudah beliau melihatnya senang bermain dengan anak kucing.
Adapun nama asli lelaki asal Bani ad-Dausy itu adalah Abdusy Syams (hamba matahari). Barulah sesudah dirinya memeluk Islam, namanya berganti menjadi Abdurrahman, atas anjuran Nabi SAW.
Karena termasuk kalangan muhajirin yang fakir, dirinya pun tinggal di teras Masjid Nabawi.
Karena termasuk kalangan muhajirin yang fakir, dirinya pun tinggal di teras Masjid Nabawi. Ash-shuffah berkapasitas kira-kira 300 orang.
Dalam sebuah riwayat diceritakan, pada suatu hari Abu Hurairah merasa sangat lapar.
“Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang benar kecuali Dia. Aku pernah tengkurap bersandar pada sisi badanku karena kelaparan. Segenggam batu sudah kusumpal pada perutku untuk menahan lapar,” ujarnya, seperti dinukil dari hadis riwayat Imam al-Bukhari nomor 6.087.
Ia lantas beranjak dari ash-shuffah dan duduk di pinggir jalan menunggu sahabat-sahabat Rasulullah SAW lewat. Abu Bakar mendekatinya. Abu Hurairah kemudian bertanya kepadanya tentang tafsir suatu ayat dari Alquran. Tentunya, ada maksud di balik pertanyaan tersebut.
“Maksudku bertanya demikian tidak lain agar ia (Abu Bakar) mengajakku makan. Ternyata ia berlalu, tanpa melakukan apa yang kuharapkan,” ucapnya.
Tak lama setelah Abu Bakar pergi, datanglah Umar bin Khattab. Abu Hurairah melakukan hal yang sama sebelumnya. Umar menjawab pertanyaan apa adanya, untuk kemudian beranjak pulang. Ya, al-Faruq pun tidak sampai mengajaknya ke rumah, untuk sekadar menjamu ahl ash-shuffah ini.
Selang beberapa lama, Nabi SAW datang. Beliau tersenyum ketika melihat Abu Hurairah berdiri lemah di pinggir jalan. Beliau memahami kondisi yang sedang dialami sahabatnya itu.
“Wahai Abu Hurairah,” panggil Rasulullah SAW.
“Siap, ya Rasulullah,” jawabnya.
Nabi SAW memberikan isyarat agar Abu Hurairah berjalan mengikutinya. Ternyata, Rasulullah SAW kembali ke rumahnya. Sesampainya di sana, al-Musthafa masuk. Sahabatnya itu pun ikut setelah diizinkan beliau.
Nabi SAW mendapati sebuah wadah berisi susu di atas meja. Beliau pun bertanya kepada orang-orang di rumah.
Nabi SAW mendapati sebuah wadah berisi susu di atas meja. Beliau pun bertanya kepada orang-orang di rumah, “Dari mana susu ini?”
“Itu hadiah untuk Anda dari fulan atau fulanah,” jawab mereka.
Rasulullah SAW tidak meminumnya atau langsung memberikan susu itu kepada Abu Hurairah yang kelaparan. Beliau pertama-tama memanggil sahabatnya itu, “Ya Abu Hurairah!”
“Saya datang, ya Rasulullah,” jawabnya.
"Panggil ke mari para ahl ash-shuffah semuanya. Aku mengundang mereka untuk meminum susu ini,” kata beliau.
Abu Hurairah segera melaksanakan perintah. Adalah kebiasaan Nabi SAW untuk berbagi harta yang diterimanya kepada para penghuni ash-shuffah. Kalau diberi sedekah, maka sedekah itu dikirimnya kepada mereka. Sama sekali beliau tidak menikmatinya. Kalau diberi hadiah, beliau menikmati sebagian dan membaginya juga kepada mereka.
Hal itulah yang merisaukan hati Abu Hurairah saat itu. Dalam pikirannya, apalah arti susu tersebut dengan banyaknya ahl ash-shuffah. Bukankah dirinya lebih layak meminum susu tersebut?
Mengapa Nabi SAW ingin menjamu puluhan orang itu dengan hanya sewadah susu? Begitulah sekelabat pertanyaan membayangi benak sang sahabat. Akan tetapi, Abu Hurairah selalu sami'na wa atha'na. Apa pun yang diperintahkan Allah SWT dan Rasul-Nya, akan dilaksanakannya.
Mengapa Nabi SAW ingin menjamu puluhan orang itu dengan hanya sewadah susu?
Para penghuni ash-shuffah lalu ramai-ramai mendatangi rumah Rasulullah SAW. Sesudah itu, beliau mempersilakan mereka untuk masuk dan menempati tempat masing-masing yang sudah disediakan.
Lantas, Nabi SAW berkata kepada Abu Hurairah, “Ambil wadah yang berisi susu itu dan tuangkanlah kepada masing-masing mereka.”
Sahabat ini dengan sigap melaksanakan perintah tersebut. Ia tuangkan susu ke gelas seorang demi seorang para ahl ash-shuffah. Luar biasanya, susu dalam wadah tersebut seperti tak habis-habis. Padahal, Abu Hurairah berkali-kali mengambilnya untuk mengisi seluruh gelas para tamu.
Akhirnya, Abu Hurairah tiba di posisi duduk Nabi SAW. Sementara, orang-orang lainnya sudah kenyang semua. Rasulullah SAW lalu mengambil wadah susu tersebut dan meletakkan di tangannya.
“Wahai Abu Hurairah,” kata beliau sambil menatap sahabatnya itu.
“Siap, wahai Rasulullah,” jawabnya.
“Sekarang, tinggal aku dan engkau yang belum minum.”
“Benar, Rasulullah!” ujar sahabat ini.
“Duduk dan minumlah susu ini,” perintah beliau.
Abu Hurairah lalu duduk dan minum susu tersebut. Sesudah beberapa teguk, ia hendak memberi wadah itu kepada Nabi SAW. Namun, Rasulullah SAW menyuruhnya agar minum lagi. Demikian terus diulang-ulang anjurannya itu sampai-sampai Abu Hurairah terpaksa menolak.
“Demi Zat yang mengutusmu dengan kebenaran, tidak ada lagi tempat di perutku (untuk menampung susu itu),” katanya.
Nabi SAW tersenyum, lalu meminta wadah berisi susu itu. Beliau memuji Allah SWT, mengucapkan basmalah, dan meminum susu yang tersisa.
Kisah tersebut pun menunjukkan salah satu mukjizat Rasul SAW, yakni keberkahan yang melimpah dari apa-apa yang disentuhnya. Dalam hal ini, satu wadah kecil yang berisi susu ternyata bisa mengenyangkan puluhan orang Ahl ash-shuffah yang kelaparan.
Puasa Membangun Akhlak
Semua ibadah dalam Islam bermuara kepada pembangunan akhlak mulia.
SELENGKAPNYARamadhan Bulannya Alquran
Sebaiknya kaum Muslimin meningkatkan tilawah Alquran mengingat istimewanya bulan Ramadhan.
SELENGKAPNYAPDIP Tolak Israel, Drawing Piala Dunia Dibatalkan
Indonesia terancam sanksi berat dari FIFA.
SELENGKAPNYA