
Oase
Kisah Mualaf; Puasa Diam-Diam Hingga Menahan Telan Ludah
Aldo beruntung masih mendapat dukungan dari keluarga meski tak seiman.
Oleh MUHYIDDIN
Puasa menjadi pengalaman istimewa bagi mereka yang baru merasakan hidayah menjadi mualaf. Sejak saat mengucapkan syahadat dan masuk Islam, dia diwajibkan untuk menunaikan ibadah puasa selama Ramadhan bersama saudara-saudaranya seiman. Pengalaman ini turut dirasakan Reinaldo Abdoellah Fernandez, seorang mualaf asal Banten.
Aldo, sapaan akrabnya, pertama kali ikut berpuasa pada 2019 lalu. Dia beruntung masih mendapat dukungan dari keluarganya meski tak seiman. Ibunya bahkan menyiapkan menu sahur dan berbuka. "Mama saya semangat siapin sahur dan menu buka, tapi saya bilang biar saya bertanggung jawab sama diri sendiri aja jadi mama gak usah repot-repot," ujar Aldo saat berbincang dengan Republika, Sabtu (25/3/2023).
Mama saya semangat siapin sahur dan menu buka, tapi saya bilang biar saya bertanggung jawab sama diri sendiri aja.REINALDO ABDOELLAH FERNANDEZ
Aldo pun menyiapkan diri agar sanggup menjalankan ibadah menahan lapar dan haus itu selama sebulan penuh. Dia bahkan berlatih dengan berpuasa sunah Senin-Kamis. Meski
sudah latihan berpuasa, Aldo masih 'kebobolan'.
Dia sempat membatalkan puasa hingga empat hari. Kendati demikian, ia langsung membayarnya setelah Ramadhan. “Alhamdulillah langsung saya bayar lunas setelahnya,” ujar pria 36 tahun ini.
Dua Ramadhan belakangan, Aldo bersyukur sudah ada istri yang menamaninya. Bersama pasangan hidupnya tersebut, Aldo bergantian menyiapkan menu buka puasa dan sahur. “Kalau tantangannya sih waktu dulu suka telat sahur sama suka lupa kalau puasa karena ingatnya puasa Senin-Kamis aja, bukan setiap hari," ujarnya.
Bagi Aldo, tantangan terberat berpuasa bagi adalah mengendalikan emosi saat berkendara di jalan. “Kalau tantangan makan minum sih alhamdulillah gak, karena ketika keluarga yang non-Muslim dan istri yang sedang hamil makan minum di depan saya, saya biasa aja,” kata dia.
Sejak Ramadhan 2020, Aldo bersyukur ada peningkatan dalam menjalankan puasa. Ia hanya dua hari tidak berpuasa selama Ramadhan. Ia baru bisa berpuasa sebulan penuh pada 2022 lalu. Pada tahun ini, ia terpaksa membatalkan puasanya lagi karena sakit. Aldo mengaku mengalami meriang dan flu. Karena itu, dia harus mengonsumsi obat.
Meski demikian, Aldo berharap, masih bisa diberi kesempatan untuk melanjutkan ibadah puasa pada tahun ini. Dia berharap diberikan kesehatan oleh Allah SWT sehingga bisa melaksanakan ibadah puasanya dengan lancar.
Mualaf lainnya asal Padang, Sumatra Barat, Aminah Hutabarat, memiliki pengalaman berbeda saat menjalankan ibadah puasa pertama kali pada 2018 lalu. Ia mengaku lebih mudah menjalankan puasa karena teman-temannya di Padang banyak yang Muslim.
“Jadi, waktu SMP-SMA itu sudah terbiasa menjalankan puasa ngikutin teman. Jadi, saat saya memutuskan menjadi seorang Muslim, alhamdulillah tidak ada kendala sedikit pun saat puasa Ramadhan yang pertama,” ujar Aminah.
View this post on Instagram
Santri mualaf Pesantren An-Naba Center Ciputat ini menceritakan, saat pertama kali menjadi seorang Muslim pada Oktober 2017 lalu, orang tuanya juga tidak mengetahui bahwa ia sudah menjadi mualaf. Saat itu, ia sudah mulai menjalankan puasa sunah secara diam-diam.
“Kemudian saat tiba di sini (di Pesantren An-Naba) dan berpuasa Ramadhan pertama kali di sini, tidak ada kecanggungan sedikit pun ketika berpuasa bersama teman-teman mualaf di sini,” kata dia.
Saat menjalankan ibadah puasa Ramadhan pertama kalinya di Pesantren An-Naba, Aminah juga merasakan ukhuwah yang begitu kuat di kalangan mualaf. Keberadaan teman-teman sesama mualaf menguatkan mereka mengingat rata-rata keluarga masih berbeda keyakinan.
Pada Ramadhan tahun ini, Aminah akhirnya sudah bisa membimbing santri mualaf baru di Pesantren An-Naba. Ia mengajari mereka belajar Alquran serta memberikan motivasi kepada mereka agar tidak merasa sendiri saat menjalankan puasa.
Pengasuh Pesantren Muallaf Annaba Center Indonesia Ustaz Syamsul Arifin Nababan menjelaskan, sebelum menjalankan ibadah puasa, para santri mualaf biasanya dibekali dulu dengan ilmu pengetahuan agama, khususnya yang berkenaan dengan ibadah puasa.
Saat menjalankan ibadah puasa, dia bercerita, masih banyak kejadian lucu yang dialami santri mualaf di pesantren tersebut. Mereka tidak mengetahui tentang aturan berpuasa semisal tentang hukum menelan ludah.
Jadi mereka sejak sahur sampai menjelang Maghrib, mereka gak berani nelan ludah. Jadi, berludah terus sampai kering.USTAZ SYAMSUL ARIFIN NABABAN Pengasuh Pesantren Muallaf Annaba Center Indonesia.
“Jadi, mereka sejak sahur sampai menjelang Maghrib, mereka gak berani nelan ludah. Jadi, berludah terus sampai kering. Nah, sampai akhirnya mereka bertanya kepada saya, ustaz itu sebenarnya nelan ludah batal atau tidak puasanya? Saya bilang wajib nelan ludah itu, kalau gak mati nanti,” kata Ustaz Nababan.
Selain itu, dia kata, orang yang menjadi mualaf dan tinggal di pesantrennya biasanya juga sering lupa ketika menjalankan ibadah puasa yang pertama.
“Jadi, dia bertanya, ustaz saya tadi lupa dan makan, apakah sah puasanya? Lalu saya bilang, kalau kamu makan karena lupa, begitu ingat kamu berhenti, itu masih sah. Tapi, ketika ingat dan masih lanjut, itu batal puasanya,” ujar dia.
Bukan Sekadar Mimpi
Rasulullah memberi tuntunan jika kita mendapatkan mimpi baik dan buruk.
SELENGKAPNYA