
Khazanah
Memakmurkan Masjid Kampus UGM
Masjid Kampus UGM ini dimakmurkan dengan berbagai kegiatan.
Oleh SILVY DIAN SETIAWAN
Terik matahari serasa membakar kepala siang itu, keringat pun bercucuran membasahi badan. Bangunan dengan tiga pintu bertuliskan huruf Arab yang terletak di Jalan Prof. DR. Drs Notonagoro, Karang Malang, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menjadi tempat berteduh dan melakukan aktivitas bagi sebagian orang.
Bangunan itu merupakan Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM). Pukul 13.30 WIB, di tangga depan masjid berjejeran sepatu maupun sandal, tapi masjid itu tampak sepi dari depan. Di dalam masjid udara mulai terasa sejuk. Bangunan dua lantai itu menjadi tempat bagi sebagian orang untuk beribadah dan menghabiskan waktu.
Di dalam masjid terlihat berbagai jamaah silih berganti memasuki masjid. Meski dari depan terlihat sepi, di dalam dan di belakang masjid cukup banyak mahasiswa yang melakukan berbagai kegiatan.

Ada yang beribadah, ada yang istirahat, ada yang membaca buku, hingga ada yang membuka laptop untuk mengerjakan tugas. Ada juga jamaah yang berbaring menunggu azan untuk melaksanakan shalat selanjutnya.
Masjid yang terletak di lingkungan kampus UGM ini tidak hanya dikunjungi oleh mahasiswa, tetapi juga masyarakat yang ingin beribadah di masjid itu. Tidak sedikit juga yang beribadah sambil mengisi waktu luang di masjid.
Salah satunya Rifana (20) yang memilih 'nongkrong' di masjid untuk beribadah sambil menunggu waktu perkuliahan selanjutnya. Mahasiswi Teknik Kimia UGM tersebut mengaku sudah beberapa kali ke Masjid Kampus UGM untuk beribadah dan mengisi waktu luang, sambil mengerjakan tugas kuliahnya.
"Selain beribadah, di sini duduk-duduk menunggu pertukaran waktu mata kuliah. Masjid juga tidak terlalu jauh dengan gedung perkuliahan," kata Rifana kepada Republika saat ditemui di Masjid Kampus UGM, Caturtunggal, Depok, Sleman, DIY.
Menurut dia, masjid tersebut nyaman baginya untuk beribadah dan menjadi salah satu tempat baginya mengerjakan tugas sambil menunggu dimulainya perkuliahan selanjutnya. Ia bahkan beberapa kali juga mengikuti pengajian yang digelar di Masjid Kampus UGM.
"Kadang ikut pengajian, ketika Ramadhan tahun lalu juga sempat ikut dan itu ramai sekali," ujarnya.
Pada Kamis (16/3) ini, tidak ada kegiatan yang digelar di masjid tersebut. Hanya terlihat mahasiswa yang beraktivitas maupun masyarakat yang singgah hingga pelajar beribadah di masjid itu.
"Allahu Akbar," ujar seorang pelajar yang menggunakan baju seragam sekolah berwarna hijau mengimami teman-temannya saat melaksanakan shalat Zhuhur berjamaah.
Masjid Kampus UGM ini dimakmurkan dengan berbagai kegiatan yang dilakukan civitas akademik maupun non-sivitas akademika.
Takmir muda Masjid Kampus UGM Bidang Bidang Studi Paradigma Profetik, Abdullah Harif, mengatakan, berbagai kegiatan dilakukan secara rutin untuk menghidupkan masjid.

Meski tidak setiap hari, selalu ada kegiatan yang meramaikan Masjid Kampus UGM setiap pekan. Masjid menggelar tidak hanya pengajian atau kegiatan yang berkaitan dengan keagamaan. "Ada kegiatan yang dilakukan setiap minggu, ada yang dua minggu sekali, dan ada yang dua bulan sekali," kata Harif.
Masjid tersebut dimakmurkan dengan digelarnya berbagai kegiatan yang membahas isu terkini dan isu yang kerap menjadi perhatian masyarakat. Cakupannya pun beragam dari tentang keluarga, dunia perempuan, hingga kajian ilmu dan agama.
"Ini diampu oleh Pusat Kajian Paradigma Profetik, kita setiap minggu pada hari Rabu ada kegiatan webinar integrasi ilmu dan agama, ada juga kegiatan yang membahas isu-isu kebangsaan," ujar Harif.
Tidak sedikit sivitas akademika UGM sendiri yang ahli dibidangnya ikut mengisi kajian tersebut. Menurut dia, kegiatan yang digelar dengan membahas berbagai topik ini justru menjadi potensi yang besar bagi masjid kampus untuk terus hidup.
"Di sini, kita bertemu dari berbagai macam disiplin, anggota takmir juga diisi oleh berbagai dosen dari berbagai disiplin ilmu. Justru itu menjadi potensi yang sangat baik bagi masjid kampus dan harus kita manfaatkan interdisipliner itu," jelasnya.
"Kita di sini mencoba untuk mewadahi semua untuk membicarakan ilmunya, untuk kebermanfaatan umat itu sendiri," kata Harif.
Saat menjelang azan Ashar, Republika melihat semakin banyak jamaah yang berdatangan ke Masjid Kampus UGM. Tidak hanya mahasiswa, ada juga masyarakat yang ingin beribadah sambil menikmati suasana masjid.
Beberapa rombongan tampak berswafoto dengan latar belakang Masjid Kampus UGM. Harif pun menyebut, masjid ini juga sebagai destinasi wisata religi bagi sebagian orang.
"Masjid kampus ini unik, ini tempat ibadah, pusat kegiatan umat juga, tapi sekaligus destinasi. Jadi, mulai dari doa kelulusan, foto tahunan sekolah, itu semua ingin disini, banyak yang kunjungan juga di sini, akad nikah juga ada di sini," ujarnya.
Harif menuturkan, pada saat Ramadhan 2023 nanti akan semakin menggeliat karena semakin banyak kegiatan yang digelar di Masjid Kampus UGM. Saat ini, pihaknya masih melakukan persiapan untuk acara-acara yang digelar pada Ramadhan.
Dia menjelaskan, pada Ramadhan nanti kegiatan akan dilakukan setiap hari, dari pengajian baik yang berkaitan dengan keagamaan maupun keilmuan, hingga buka bersama.
Dia mengharapkan pada Ramadhan nanti akan semakin banyak jamaah yang datang ke Masjid Kampus UGM. Terlebih, saat ini perkuliahan juga sudah dilakukan secara luring.
View this post on Instagram
Ketua Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Rapanca Indra Mukti sebelumnya menyebut aktivitas dakwah mahasiswa di kampus-kampus di Indonesia saat ini mengalami kelesuan. Pusat koordinasi sekitar 460 LDK di Indonesia itu bahkan menyebut kondisi penurunan kegiatan syiar mahasiswa bahkan dinilai sangat signifikan.
"Memang benar hampir semua lembaga dakwah kampus di bawah LDK Indonesia itu memang mengalami kelesuan. Baik secara bentuk gerakan, kemudian syiar keumatan, pengkajian isu ataupun kaderisasi. Itu mengalami penurunan sangat signifikan," kata Rapanca kepada Republika, Selasa (14/3/2023).
Menurut dia, kondisi ini disebabkan lembaga dakwah kampus yang tidak siap untuk beralih dari sistem offline ke sistem online saat pandemi atau masa peralihan pandemi. Pengurus LDK dikaderisasi via online dengan segala keterbatasannya, yang akhirnya memengaruhi mereka dalam menjalankan kepengurusan.
"Kita sudah mengerti kalau misalnya kendala via Zoom, Google Meet, pasti akan tidak terlalu maksimal ruang pertemuannya. Oleh karena itu, ini juga akan memengaruhi bagaimana proses perjalanan adik-adik dalam menjalankan kepengurusannya," ujarnya.
Adapun terkait adanya informasi yang menyebut bahwa sepinya kegiatan dakwah mahasiswa karena pembatasan yang dilakukan pihak kampus atau masjid kampus, maka itu masih perlu diteliti. Karena problem di setiap kampus disebutnya akan berbeda-beda.
Dia mengatakan, mahasiswa atau lembaga dakwah kampus memang seharusnya diberikan keleluasaan dalam melakukan aktivitasnya. Hal ini untuk tetap memelihara semangat mahasiswa dalam melakukan kegiatan dakwah.
Cemburunya Istri Nabi dan Asbabun Nuzul at-Tahrim
Rasa cemburu dari istri Nabi SAW menjadi asbabun nuzul ayat berikut.
SELENGKAPNYA