
Ekonomi
Ramadhan Sebentar Lagi, Harga Beras Masih Mahal
Pasokan beras diharapkan normal saat Ramadhan.
JAKARTA -- Harga beras di tingkat konsumen masih mahal. Meski pemerintah telah mengimpor beras sebanyak 500 ribu ton dan digelontorkan ke pasar, nyatanya upaya tersebut belum mampu menurunkan harga.
Panel harga Badan Pangan Nasional (NFA) mencatat, rata-rata harga beras medium hingga Senin (6/3) masih sekitar Rp 11.790 per kg. Sedangkan, beras premium Rp 13.520 per kg. Tren harga beras baik medium maupun premium tak jauh berbeda dari rata-rata harga pekan lalu.
Sementara, rata-rata harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) per Ahad (5/2) sebesar Rp 11.707 per kg, sedikit lebih tinggi dibandingkan periode sama bulan lalu Rp 11.673 per kg. Adapun jumlah stok beras di PIBC masih berkisar 17,4 ribu ton atau masih jauh dari batas aman 30 ribu ton.

Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri mengatakan, harga akan turun jika stok hasil panen bulan ini sudah mulai membanjiri pasar tradisional.
“Hanya mengandalkan impor kayaknya tidak memungkinkan untuk turun harganya karena peminat impor tidak begitu banyak meski kualitasnya tidak jauh beda dengan beras lokal," kata Mansuri kepada Republika, Senin (6/3/2023).
Sejauh ini, menurut Mansuri, suplai beras lokal ke pasar belum kembali normal. Hal itu yang menjadi penyebab utama harga beras masih relatif tinggi dan kian dirasakan oleh masyarakat.
Menjelang Ramadhan yang akan masuk dalam dua pekan lagi, Mansuri mengatakan, harga beras diharapkan tidak mengalami lonjakan lebih tinggi. Sebab, sesuai proyeksi pemerintah bulan ini bertepatan dengan puncak musim panen raya pertama.
"Selama hasil panen itu langsung dikirim ke pasar, menjelang Ramadhan ini harusnya paling tidak harga bisa melandai,” ujarnya.
Ikappi, kata Mansuri, juga ikut melakukan pemantauan situasi harga dan pasokan di beberapa titik penghasil beras untuk mendorong agar distribusi tetap lancar.

Memberatkan konsumen
Kenaikan harga pangan pokok yang berlangsung lama hingga saat ini dikhawatirkan akan semakin memberatkan konsumen.
Sekretaris Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Agus Suyatno mengatakan, kenaikan harga menjelang Ramadhan masih dimaklumi karena menandakan kegiatan ekonomi masyarakat sedang tumbuh.
"Tapi, kalau kemudian melambung tidak terkendali dan tidak adil bagi konsumen, ini menjadi preseden adanya kegagalan pengendalian harga bahan pokok bagi konsumen, terutama masyarakat kelas bawah,” kata Agus, Senin (6/3).
Salah satu bahan pangan pokok yang masih cukup tinggi harganya adalah beras. Agus mengatakan, biasanya pemerintah langsung mengambil jalan pintas lewat operasi pasar ketika terjadi gejolak harga.
Namun, yang disayangkan langkah operasi pasar itu dilakukan sekadar memenuhi kewajiban program tanpa ada target manfaat yang jelas dan konkret.
"Itu hanya sebuah program yang dijalankan tanpa pernah memikirkan berapa banyak masyarakat bawah yang mendapatkan manfaat. Begitu operasi pasar dilempar, selesai. Jadi tidak jelas, hanya sekadar program berjalan," ujarnya.

Di lain sisi, pemerintah masih punya kelemahan karena tak punya cadangan pangan yang mencukupi. Hanya beras yang dikelola secara penuh oleh Bulog, tapi itu pun masih kerap mengalami masalah.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo berharap upaya pengendalian inflasi dengan menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan dilakukan optimal bersama seluruh pemangku kepentingan. Ia pun mengharapkan agar persoalan seperti kelangkaan bahan pangan pokok tidak terulang, terlebih saat menjelang bulan Ramadhan.
Dalam sambutannya pada acara Kick Off Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan 2023, Ahad (5/3), Perry menyingung persoalan komoditas beras yang beberapa waktu terakhir seolah menghilang dari pasar. Kemudian diikuti dengan kelangkaan minyak goreng yang berdampak pada kenaikan harga kedua bahan pokok itu.
"Kemarin saja, beras naik di mana-mana. Padahal berasnya ya, ada. Berasnya ada kok tiba-tiba bisa menghilang, lalu minyak goreng. Itu beberapa yang harus kita kendalikan, sebentar lagi kita memasuki bulan Ramadhan dan Idul Fitri," kata Perry.
Pemerintah diketahui menargetkan laju inflasi secara umum tahun ini sebesar 3,6 persen. Namun, Perry mengatakan, hingga paruh pertama 2023 kemungkinan angka inflasi masih akan tetap di atas lima persen. Penurunan inflasi hingga di bawah empat persen diproyeksi akan dicapai pada paruh kedua tahun ini.
Masjid Istiqlal Osaka, Mimpi Diaspora yang Jadi Nyata
Masjid Islam Osaka dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dan sosial-budaya.
SELENGKAPNYAMental Juara MU Timbul Tenggelam
Kekalahan atas Liverpool menjadi salah satu kekalahan terbesar MU.
SELENGKAPNYATeka-teki Pemilik Pertama Rubicon Rafael Semakin tidak Pasti
PPATK mengendus praktik pencucian uang profesional dalam kasus Rafael Alun Trisambodo.
SELENGKAPNYA