
Hiwar
Dakwah NU Masa Kini Menuju Abad Kedua
LD PBNU terus meningkatkan sinergi dan kapasitas wujudkan dakwah Aswaja.
Berdasarkan kalender Islam, Nahdlatul Ulama (NU) kini telah menapaki usia satu abad. Organisasi ini didirikan di Surabaya, Jawa Timur, oleh Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari pada 16 Rajab 1434 H atau 31 Januari 1926 M.
Sejak awal berdirinya, NU telah banyak melakukan gerakan dakwah di tengah masyarakat. Dalam perjalanannya, jam’iyah ini menghadapi banyak tantangan zaman. Pada masa kini pun, para dai Nahdliyin memerlukan strategi baru yang kontekstual dan inovatif.
Hal itu disampaikan Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU), KH Abdullah Syamsul Arifin. Menurut dia, pihaknya telah menyiapkan sejumlah metode dan strategi dakwah untuk menuju abad kedua NU. Di antaranya adalah menyiapkan materi atau kurikulum yang dapat diterapkan setiap pendakwah di lingkungan Nahdliyin.
"Ini yang kemudian dirancang, sehingga diawali dengan pemetaan objek dakwah, pemetaan permasalahan, kemudian penetapan tema atau kurikulum yang perlu disampaikan," ujar dosen UIN KHAS Jember yang akrab disapa Gus Aab ini.
Pengasuh Pondok Pesantren Darul Arifin Jember tersebut meneruskan, salah satu tantangan syiar Islam kekinian adalah perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat. Di satu sisi, internet menyediakan kemudahan dan kecepatan dalam menyampaikan pesan kepada khalayak luas. Di sisi lain, pemanfaatan medium tersebut juga mesti dilakukan secara cermat agar umat tidak mudah terpengaruhi hoaks, yang marak bertebaran.
Lantas, bagaimana LD PBNU menjawab tantangan zaman saat ini? Seperti apa rumusan yang ditawarkannya? Untuk mengetahui hal itu, berikut ini wawancara wartawan Republika, Muhyiddin, dengan alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya tersebut, beberapa waktu lalu.
Apa makna dakwah menurut Anda?
Dakwah adalah suatu kegiatan yang sangat mulia. Ini merupakan respons terhadap seruan Alquran pada surah an-Nahl ayat 125 dan juga Ali Imran ayat 110. Maka, sebenarnya masing-masing Muslim punya tanggung jawab untuk melakukan dakwah Islam. Namun, yang perlu diperhatikan adalah, dakwah yang akan dilakukan itu harus sesuai dengan kapasitas kemampuan dan keilmuannya.
Memang, akhir-akhir ini orang sering mempersempit makna dakwah. Itu hanya dianggap sebagai ajakan atau seruan melalui ucapan yang disampaikan di mimbar-mimbar, semisal khutbah Jumat atau ceramah di pengajian-pengajian umum. Padahal, dakwah bukan hanya itu.
Dakwah adalah keseluruhan aktivitas untuk mengajak orang lain kepada kebaikan, dan menjauhkan mereka dari kemungkaran atau hal-hal yang bisa mendatangkan murka Allah. Jadi, dakwah pada hakikatnya adalah seruan untuk memakmurkan bumi Allah ini dengan aktivitas kebaikan.
Menurut Anda, apa saja tantangan utama dalam berdakwah pada masa kini?
Pada masa lalu, dakwah dilakukan secara konvensional. Namun, masyarakat bersedia untuk datang. Kemudian, dai memberikan ceramah di tengah mereka.
Nah, pada masa kini kecenderungan seperti itu sudah mulai menurun walaupun masih ada di masyarakat. Pada era sekarang, banyak dari masyarakat yang sudah tidak memiliki kesempatan atau memang tidak berkenan untuk berkumpul di satu tempat, lalu mendengarkan ceramah.
Mereka sekarang sudah mulai mengakses ceramah-ceramah yang diunggah di berbagai platform media sosial. Melalui internet, mereka bisa masuk ke berbagai macam ruang untuk mendapatkan akses informasi tentang keagamaan.
Maka, para dai atau para ustadz yang melakukan dakwah sekarang ini jangan hanya menunggu adanya undangan. Hendaknya, mereka juga hadir di ruang-ruang maya, semisal media sosial, yang sekarang diikuti oleh banyak orang.
Artinya, pada era digital seperti sekarang ini, jangan hanya menjadi penikmat atau pengguna. Para dai juga diharapkan mampu menjadi kreator konten sehingga ketika masyarakat mencari rujukan, mereka bisa hadir dalam ruang-ruang umum.
Dakwah yang para dai lakukan mesti betul-betul menyentuh keseluruhan segmentasi masyarakat Muslim sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
Bagaimana strategi dakwah Lembaga Dakwah PBNU?
Pada September 2022 lalu, kami sudah melaksanakan rakernas (rapat kerja nasional). Antara lain melalui itu, strategi dakwah kami rumuskan dan susun sesuai dengan objek pemetaan sasaran dakwah. Seperti yang kita tahui, paling tidak masyarakat yang menjadi sasaran dakwah dibagi menjadi tiga. Itu bila mengacu pada surah an-Nahl ayat 125.
Yang pertama adalah masyarakat awam. Kalau sasaran dakwahnya kebanyakan awam, maka dakwahnya melalui mauidhoh hasanah, baik dilakukan secara offline maupun online.
Kedua, mereka yang tergolong kaum intelektual atau khawas. Mereka ini sudah memiliki beberapa pandangan keagamaan dan nilai-nilai kritis dalam masalah-masalah keagamaan. Maka, dakwah kepada mereka tidak cukup dengan mauidhoh hasanah, tetapi juga hikmah.
Artinya, masing-masing dai itu harus menyampaikan ajaran-ajaran agama secara argumentatif dan berdasarkan hujjah atau dalil. Dengan begitu, dai mampu memberikan keyakinan kepada mereka akan kebenaran agama.
Yang ketiga, sasaran dakwah itu adalah para penentang. Nah, kalau menghadapi mereka, tidak cukup dengan memakai mauidhoh hasanah dan hikmah, tetapi juga bil mujadalah. Mereka mesti diajak berdiskusi atau bahkan berdebat.
Dengan beragamnya sasaran dakwah itu, apa yang akan LD PBNU lakukan?
Masing-masing memerlukan suatu metode yang berbeda. Artinya, penetapan strategi dakwah itu harus melihat pada sasarannya, yakni tingkat intelektualitasnya, lokusnya, konteks zamannya, dan juga karakteristiknya.
Maka kami merancang strategi dan metode dakwah ini.
Diawali dengan pemetaan objek dakwah, pemetaan permasalahan. Kemudian, penetapan tema atau kurikulum yang perlu disampaikan. Setelah itu, barulah kami tentukan, kriteria-kriteria siapa yang akan menyampaikan dakwah kepada tiap lini itu.
Kalau berkaca dari yang sudah-sudah, selama ini beberapa kegiatan dakwah konvensional, seumpama yang dilakukan di kampung-kampung, itu kurang jelas kurikulumnya. Dai cenderung hanya menangkap momentum dari satu peringatan ke peringatan keislaman yang lain. Dan, yang dibicarakan adalah hal-hal yang sama saja sehingga kapasitas pemahaman keagamaan masyarakat tidak cukup meningkat.
Apa saja metode dakwah yang ada di LD PBNU atau Nahdliyin pada umumnya?
Setidaknya, ada dua metode dakwah dalam konteks NU, yakni Lisanul Hal dan Lisanul Maqol. Jadi, yang pertama itu adalah dakwah dengan memberikan contoh melalui perilaku-perilaku yang baik.
Ini merupakan pengejawantahan daripada ajaran-ajaran Islam, seperti dalam bidang politik, ekonomi, dan budaya. Itu yang disebut secara keseluruhan dengan Lisanul Hal.
Adapun Lisanul Maqol itu berarti dakwah dengan menggunakan lisan. Artinya, ceramah-ceramah dan tabligh pada umumnya.
Bagaimana program dakwah LD PBNU menjangkau anak-anak muda, terutama yang aktif bermedia sosial?
Tugas dakwah kami adalah memastikan sampainya ajaran-ajaran Islam ala Aswaja an-Nahdliyah pada keseluruhan segmentasi masyarakat. Jadi, dakwah harus mencakup ke semuanya. Dalam hal ini, tentu kami mesti melakukan pemetaan yang tepat kepada objek dakwah, termasuk juga dalam skala usia.
Ketika kami akan berdakwah kepada kaum milenial dan generasi Z, misalnya, pertama-tama yang harus ditetapkan adalah strategi-strategi yang menjadikan mereka itu mau bergabung menjadi pendengar yang baik.
Ketika mengadakan forum, dan kemudian forumnya tidak mendukung, bisa dikatakan bahwa proses dakwah yang akan dilaksanakan itu tidak akan berhasil. Yang harus dilakukan dalam hal ini tentu adalah menyasar sesuai dengan apa yang menjadi kecenderungan mereka.
Kemasannya boleh dilakukan dengan shalawatan, misalnya, yang di situ juga dikemas dengan tabuhan, musik dan lain-lain. Atau boleh dalam bentuk konser sehingga mereka (pendengar dakwah) datang terlebih dahulu. Begitu datang, maka pesan-pesan keagamaan bisa disampaikan.
Jadi, konten dakwah bisa hadir melalui nada, dan berbagai macam hal lain yang menjadi kecendurangan generasi muda zaman sekarang.
Kami juga mencari yang akan menjadi influencer. Kami siapkan materi untuk mereka agar bisa menjangkau anak-anak muda. Namun, cari influencer yang bisa diterima oleh mereka.
Sekarang ini, LD PBNU juga mengadakan audisi dan merekrut dai serta dai perempuan dengan usia belasan tahun. Bagi mereka yang sudah masuk final, kami juga melakukan karantina. Mereka diberikan pembekalan agar bisa menyampaikan (dakwah) sesuai dengan segmen-segmen sasaran dakwah.
Bagaimana LD PBNU bersinergi dengan kalangan kiai dan santri di pesantren-pesantren?
NU dan pesantren itu setali tiga uang. Artinya, NU adalah pesantren besar. Pesantren-pesantren pun adalah miniatur NU. Jadi, keseluruhan program-program NU tidak bisa dilepaskan dari masyarakat pesantren.
Untuk mengatur strategi dakwah, kami juga harus menyesuaikan dengan ketersediaan sumber daya yang itu dilahirkan oleh pesantren-pesantren.
Inilah antara lain tugas LD PBN, yaitu menyiapkan kurikulum dakwah yang akan dilaksanakan oleh para mubaligh agar menjadikan ajaran-ajaran Islam
Asjawa an-Nahdliyah itu tersampaikan kepada seluruh segmentasi masyarakat.
Tentu, pesantren memiliki andil yang sangat besar. Dari pesantren ini juga dicetak para mubaligh, didapat materi-materi yang akan disampaikan kepada masyarakat.

Menyambut 1 Abad NU, bagaimana visi LD PBNU ke depan, khususnya dalam mengembangkan dakwah Islam rahmatan lil 'alamin?
Visi dakwah LD PBNU itu dakwah global. Bahwa ajaran-ajaran yang dipedomani dan disebarluaskan oleh NU itu harus disampaikan ke seluruh segmentasi masyarakat.
Dalam hal ini, sekarang Harlah NU memiliki jargon “Merawat Jagat, Membangun Peradaban.” Maka, LD PBNU berpandangan, dalam konteks tataran dakwah, jagat yang ada ini harus tetap dirawat.
Yang mesti dirawat serta dijaga itu bukan hanya jagat nyata, tapi juga jagat maya. Barulah sesudah itu, Muslimin mampu membangun peradaban.
Dalam menyambut abad kedua NU, tentu dakwah yang kami lakukan harus sesuai dengan karakteristik masyarakat saat ini. Metode dan konten dakwah yang disampaikan juga harus sesuai dengan semangat zaman sekarang.
Apakah LD PBNU juga akan merambah pada dakwah hingga ke luar negeri?
Itu pasti. Dan sudah kami lakukan hingga saat ini. Misal, barusan saya sedang melaksanakan kegiatan seleksi dai-dai yang akan kami kirimkan ke luar negeri.
Sudah ada beberapa negara yang bekerja sama dengan kami, termasuk dalam kegiatan Syiar Ramadhan tahun ini. Di antara para dai yang kami bina akan berdakwah di Korea Selatan, Hong Kong, dan lain sebagainya. Kini, kami sudah menjajaki (peluang dakwah) di beberapa negara Eropa dan Amerika.
Dari hasil seleksi yang lalu, untuk yang ke Korsel, kami akan mengirim 20 orang. Adapun pendaftar proses seleksi ini hampir 200 orang. Dari situ, kami telah lakukan seleksi mengenai kapasitas kemampuan keagamaan mereka. Sebab, selama di sana mereka juga akan bertugas mengimami shalat, termasuk tarawih. Tentu, kami juga melihat pada kemampuan tilawahnya, komunikasinya, dan lain-lain.
Soal dakwah tidak bisa dihadapi LD PBNU saja. Maka, kami bergerak bersama-sama dengan lembaga-lembaga lain di PBNU, semisal Lazis NU dan Lembaga Takmir Masjid (LTM) PBNU.
Sebab, dai-dai yang akan kami kirim ke luar negeri ini basisnya juga masjid per masjid. Selain itu, kami juga bekerja sama dengan Sarbumusi NU untuk penguatan kapasitas buruh migran RI yang ada di luar negeri agar tidak lepas daripada nilai-nilai Aswaja dan komitemen keislaman.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Gus Yahya: Muktamar demi Masa Depan Peradaban
Acara Satu Abad NU ini diharapkan memicu ulama dunia membuat forum serupa.
SELENGKAPNYAUlil Abshar: Fiqih Peradaban Sumbangan NU untuk Dunia
Peradaban itu dimensinya banyak, tapi yang dibahas di sini adalah tentang fikih siyasah.
SELENGKAPNYANahdliyin Mulai Padati Sidoarjo
Panitia telah merekrut tiga ribu relawan untuk menyukseskan resepsi.
SELENGKAPNYA