
Kabar Utama
Gus Yahya: Muktamar demi Masa Depan Peradaban
Acara Satu Abad NU ini diharapkan memicu ulama dunia membuat forum serupa.
SIDOARJO -- Muktamar Internasional Fikih Peradaban diselenggarakan di Hotel Shangrila, Surabaya, Senin (6/2). Ada sebanyak 79 ulama dari 40 negara yang akan menghadiri perhelatan ini.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengungkapkan, muktamar internasional tersebut merupakan inisiasi untuk melahirkan diskursus atau wacana tentang peradaban seperti apa yang hendak dibangun ke depan.
Lewat muktamar tersebut, NU ingin memulai satu perbincangan serius di kalangan ulama ahli fikih tentang bagaimana sebetulnya wawasan tentang masa depan peradaban itu dikaitkan dengan nilai-nilai syariat yang valid.
"Kita harapkan ada upaya-upaya yang sejalan dengan kegiatan ini dari ulama di negara-negara lain untuk kemudian bisa disinergikan bersama," kata Gus Yahya di Surabaya, Ahad (5/2).
Kita harapkan ada upaya-upaya yang sejalan dengan kegiatan ini dari ulama di negara-negara lain untuk kemudian bisa disinergikan bersama.KH YAHYA CHOLIL STAQUF Ketua Umum PBNU
Selama ini, menurut Gus Yahya, para ulama sudah memiliki wacana yang cukup besar tentang toleransi, tentang moderasi beragama, dan lain sebagainya. Hanya saja, Gus Yahya merasa ada kekosongan besar terkait dengan masalah-masalah global, yaitu wawasan syariat yang sesuai dengan kontruksi peradaban.
"Nah, dengan muktamar inilah kita hendak memulai suatu perbincangan, suatu wacana yang serius di kalangan ulama ahli fikih tentang bagaimana sebetulnya wawasan tentang masa depan peradaban itu dikaitkan dengan nilai-nilai syariat yang valid," kata Gus Yahya.
Dia menjelaskan, pertemuan para ulama dunia tersebut merupakan agenda raksasa yang harus melewati pergulatan yang tidak ringan. Meski demikian, dia menegaskan, NU memberanikan diri untuk mulai memantik pembicaraan tersebut.
Dalam forum internasional ini, para mufti dan ahli hukum Islam akan mengulas berbagai persoalan kontemporer dari susut pandang Islam, dari format negara-bangsa, relasi dengan non-Muslim, hingga tata politik global. Salah satu pembahasan pentingnya adalah tentang posisi Piagam PBB di mata syariat Islam.
Dia pun berharap, muktamar ini nantinya bisa digelar secara rutin. Menurut Gus Yahya, muktamar tersebut bisa diselenggarakan setiap tahun atau minimal dua tahun sekali.
"Makanya Muktamar Internasional Fikih Peradaban ini kita kasih nama yang pertama. Biar nanti kita bikin reguler. Mudah-mudahan tahun depan kita bisa gelar kelanjutannya muktamar kedua dan seterusnya setiap tahun atau sekurang-kurangnya dua tahun sekali untuk mengumpulkan ulama dari seluruh dunia," ujar dia.

Rangkaian acara Satu Abad NU ini diharapkan menjadi pemicu bagi ulama-ulama dunia untuk membuat forum yang sama. Menurut Gus Yahya, muktamar internasional ini dapat menggelorakan proses keilmuan yang valid di kalangan para ulama fikih internasional.
"Besok ini Mukatamarnya hanya diselenggarakan sehari saja, karena memang kita maksudkan sebagai triger, pemicu, awalan. Kita tahu masalah perdana tidak akan selesai dalam sehari saja, tapi pembicaraan harus dimulai dan kami picu," ujar dia.
Tidak hanya itu, Gus Yahya berharap, organisasi massa keagamaan di Tanah Air bisa menjadi model bagi negara-negara di dunia sebagai gerakan sosial keagamaan yang bergerak hingga ke akar rumput. Menurut dia, model seperti NU tidak ditemukan kecuali di Indonesia.
Padahal, kata Gus Yahya, gerakan sosial semacam ini sangat dibutuhkan dalam perjuangan membangun peradaban yang lebih baik pada masa depan. "Ini tidak kita temui selain di Indonesia. Di sini kita punya Nahdlatul Ulama, banyak juga organisasi yang lain. Ada Muhammadiyah dan lain-lain, tetapi di negara lain kita tidak temui," kata dia.
Gus Yahya berharap, dengan menunjukkan kepada ulama-ulama dari berbagai negara Islam tentang wajah gerakan sosial seperti Nahdlatul Ulama, dapat menginspirasi mereka untuk membuat gerakan serupa. Semakin banyak gerakan sosial yang lahir di negara-negara Islam, kata Gus Yahya, dapat menghasilkan konsolidasi global ke depan.
Lihat postingan ini di Instagram
"Dengan menunjukkan kepada ulama dari seluruh dunia tentang wajah gerakan Nahdlatul Ulama ini, kita berharap ini akan menginspirasi ulama di dunia untuk juga mulai berpikir kalau bisa menginisiasi lahirnya gerakan sosial seperti yang kita punya di Indonesia," kata Gus Yahya.
Tim Pengelola Materi Muktamar Internasional Fikih Peradaban I, Najib Azca, mengatakan, NU merupakan salah satu organisasi keagamaan di Indonesia yang selama ini memiliki tradisi keagamaan fikih yang kuat, seperti di dalam Lembaga Bahtsul Masail (LBM).
Sebelum Muktamar Internasional ini, menurut Najib, PBNU juga sudah menggelar rangkaian Halaqah Fikih Peradaban di 260 tempat di berbagai daerah sejak Agustus 2022 lalu. "Hingga sekarang ini sudah mulai melakukan forum-forum halaqah fikih peradaban di tingkat lokal. Jadi, memang muktamar internasional ini adalah puncak kulminasi," kata Najib.
Mengembalikan Spirit Juang Lafran Pane
Manaqib Lafran laik dibacakan lagi pada mereka yang melenceng perjuangannya.
SELENGKAPNYAZikir Berjamaah, Bolehkah?
Zikir berjamaah dengan bersuara diperbolehkan dengan syarat-syarat tertentu.
SELENGKAPNYANegara-Bangsa dalam Sejarah Islam
Kaum Muslimin di sepanjang histori mengalami berbagai bentuk pemerintahan.
SELENGKAPNYA