
Internasional
Meletus Balon Cina, Dor!
Pengiriman balon dinilai sinyal dari Cina.
OLEH RIZKY JARAMAYA, AMRI AMRULLAH
Amerika Serikat (AS) dikejutkan oleh benda seperti bola putih besar yang melayang melintasi wilayah udaranya. Washington mengatakan, benda itu merupakan balon mata-mata Cina.
Angkatan Udara AS menembak jatuh balon itu di atas Atlantik. Penembakan balon ini disiarkan langsung di televisi pada Sabtu (4/2) dan menjadi sorotan di media sosial.
Cina bersikeras bahwa balon itu adalah sebuah pesawat sipil digunakan untuk penelitian meteorologi. Pesawat itu keluar jalur karena angin dan memiliki kemampuan "kemudi sendiri" yang terbatas.
Dalam sebuah pernyataan setelah pesawat itu ditembak jatuh, Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan, penggunaan kekuatan oleh AS adalah reaksi berlebihan dan pelanggaran serius terhadap praktik internasional.
"Cina akan dengan tegas menjunjung tinggi hak dan kepentingan sah perusahaan yang relevan, dan pada saat yang sama berhak untuk mengambil tindakan lebih lanjut sebagai tanggapan," ujar pernyataan Kementerian Luar Negeri Cina.

Munculnya balon mata-mata Cina ini mendorong Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, membatalkan perjalanan ke China akhir pekan ini. Perjalanan itu bertujuan untuk meredakan ketegangan yang sudah tinggi antara kedua negara.
Pentagon mengatakan, balon yang membawa sensor dan peralatan pengawasan itu dapat bermanuver dan mengubah arah. Balon itu terbang di daerah sensitif Montana, yang merupakan tempat penyimpanan hulu ledak nuklir.
Jet tempur Angkatan Udara AS menembak jatuh balon itu pada Sabtu sore di lepas pantai Carolina. Tayangan televisi menunjukkan, ada ledakan kecil, diikuti balon yang perlahan melayang ke arah air. Militer kemudian melakukan operasi untuk mengumpulkan puing-puing balon tersebut.
Pentagon dan pejabat AS lainnya mengatakan, balon mata-mata Cina yang terbang di wilayah udara Amerika seukuran tiga bus sekolah. Balon itu bergerak ke wilayah timur di atas zona udara Amerika pada ketinggian sekitar 60 ribu kaki atau 18.600 meter.
Pejabat pertahanan dan militer AS pada Sabtu (3/2) mengatakan, balon itu memasuki zona pertahanan udara AS di utara Kepulauan Aleutian pada 28 Januari 2023 dan pindah ke daratan melintasi Alaska. Balon itu kemudian masuk ke wilayah udara Kanada di Wilayah Barat Laut pada 30 Januari 2023. Keesokan harinya, balon itu menyeberang kembali ke AS melalui wilayah di atas Idaho utara.
Gedung Putih mengatakan, Presiden Joe Biden pertama kali mendapatkan pemberitahuan tentang balon itu pada Selasa (31/1). Departemen Luar Negeri mengatakan, Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan Wakil Menteri Luar Negeri Wendy Sherman berbicara dengan pejabat senior Cina yang berbasis di Washington pada Rabu (1/2) malam tentang masalah tersebut.
Juru bicara Pentagon, Brigjen Pat Ryder pada Kamis (2/2) malam menyatakan bahwa balon itu bukan ancaman militer atau fisik. Dia mengatakan, setelah balon terdeteksi, pemerintah AS segera bertindak untuk melindungi dari pengumpulan informasi sensitif.

Seorang pensiunan Jenderal Angkatan Darat, John Ferrari, mengatakan, jika balon itu tidak dipersenjatai, maka tetap menimbulkan risiko bagi AS. Menurutnya, penerbangan balon itu dapat digunakan untuk menguji kemampuan Amerika dalam mendeteksi ancaman yang masuk dan menemukan lubang di sistem peringatan pertahanan udara negara tersebut.
"Ini memungkinkan Cina untuk merasakan emisi elektromagnetik yang tidak dapat dideteksi oleh satelit di ketinggian yang lebih tinggi, seperti frekuensi radio berdaya rendah yang dapat membantu mereka memahami betapa berbedanya sistem senjata berkomunikasi AS," kata Ferrari.
Pada Rabu (1/2) saat balon melayang di atas Montana, Biden memberi wewenang kepada militer untuk menembak jatuh balon itu segera setelah berada di lokasi yang tidak akan menimbulkan risiko bagi warga sipil. Karena ukuran dan ketinggiannya yang sangat besar, bidang puing-puing balon itu diperkirakan akan membentang sejauh bermil-mil.
Jadi, para pemimpin militer dan pertahanan tertinggi menyarankan Biden untuk tidak menembaknya di darat.
Pada Sabtu sekitar pukul 14.39 waktu setempat, saat balon terbang di sekitar 6 mil laut lepas pantai Carolina Selatan, satu jet tempur F-22 dari Pangkalan Angkatan Udara Langley Virginia terbang di ketinggian 58 ribu kaki.
Jet itu menembakkan Sidewinder AIM-9X ke balon tersebut. Sidewinder adalah rudal jarak pendek yang digunakan oleh Angkatan Laut dan Angkatan Udara untuk pertempuran udara-ke-udara. Rudal tersebut memiliki diameter sekitar 3 meter dan berat sekitar 90 kilogram. Balon mulai jatuh ke Atlantik.
F-22 didukung oleh berbagai jet tempur dan tanker Angkatan Udara dan Garda Nasional, termasuk F-15 dari Massachusetts dan pesawat tanker dari Oregon, Montana, Massachusetts, South Carolina dan North Carolina. Semua pilot kembali dengan selamat ke pangkalan dan tidak ada cedera atau kerusakan lain di darat.
Saat balon kempes dan turun secara perlahan-lahan, kapal Angkatan Laut AS sudah menunggu untuk mengumpulkan puing-puing. Administrasi Penerbangan Federal untuk sementara menutup wilayah udara di atas pantai Carolina, termasuk bandara di Pantai Myrtle dan Charleston, Carolina Selatan, serta Wilmington, Carolina Utara.

Ketika balon jatuh ke air, puing-puingnya membentang setidaknya mencapai 7 mil, dan berada di air sedalam 47 kaki. Kedalaman itu lebih dangkal dari yang mereka rencanakan, sehingga membuat lebih mudah untuk mengumpulkan puing-puingnya.
Para pejabat mengatakan, USS Oscar Austin, kapal perusak Angkatan Laut, USS Carter Hall, kapal pendaratan dermaga, dan kapal penjelajah peluru kendali, USS Philippine Sea, dikerahkan untuk mengumpulkan puing-puing balon Cina tersebut.
Mereka mengatakan, penyelam Angkatan Laut akan siap jika diperlukan, bersama dengan kapal tak berawak yang dapat mengambil puing-puing dan mengangkatnya kembali ke kapal. FBI juga terlibat untuk mengkategorikan dan menilai penemuan itu.
Pemerintah AS memberikan waktu selama beberapa hari kepada para ahli untuk menganalisis, mengumpulkan data teknis, dan mempelajari balon tersebut. Mereka menolak memberikan perincian, tetapi mereka berharap dapat mempelajari lebih lanjut saat mengumpulkan dan meneliti puing-puing itu.
Pakar mengatakan, balon Cina adalah semacam kode untuk AS. "Beijing mungkin mencoba memberi sinyal ke Washington: 'Sementara kami ingin memperbaiki hubungan, kami juga siap untuk mempertahankan persaingan, menggunakan cara apa pun yang dibutuhkan' tanpa memperpanas ketegangan lebih parah," kata pengamat kekuatan udara He Yuan Ming pada BBC, Jumat (3/2).
"Dan alat apa yang lebih baik dibandingkan balon yang tampak tidak berbahaya," kata dia menambahkan.
Pakar mengatakan balon Cina adalah semacam kode untuk AS.
Balon udara merupakan salah satu teknologi pengintai paling tua. Militer Jepang menggunakannya untuk meluncurkan bom di AS selama Perang Dunia II. AS dan Uni Soviet juga sering menggunakan balon udara selama Perang Dingin.
Baru-baru ini AS dilaporkan mempertimbangkan menambah ketinggian balon dalam jaringan pengintaian Pentagon. Balon modern dapat terbang antara 24 sampai 37 kilometer dari permukaan bumi.
Cina membantah balon tersebut merupakan alat spionase dan mengeklaim hanya merupakan alat untuk penelitian meteorologi. Beijing mengeklaim balon itu tertiup angin hingga keluar dari jalurnya.
Namun He Yuan Ming mengatakan, lintasan balon yang berada di dekat pangkalan rudal menunjukkan tidak mungkin balon itu keluar dari jalur.
Koordinator program kajian Cina di Rajaratnam School of International Studies, Singapura, Benjamin Ho mengatakan, Beijing memiliki teknologi pengintaian yang lebih canggih. "Mereka memiliki cara lain untuk memata-matai infrastruktur Amerika atau informasi apa pun yang ingin mereka dapatkan. Balon untuk mengirim sinyal pada Amerika, dan juga untuk melihat bagaimana reaksi Amerika," kata Ho.
Adang Cina, AS Amankan Pangkalan di Filipina
AS sempat terusir dari Filipina selepas jatuhnya Ferdinand Marcos.
SELENGKAPNYAGen Z Cina yang tak Lagi Percaya Pemerintah
Generasi Z adalah yang paling pesimistis dari semua kelompok umur di Cina.
SELENGKAPNYA