Hikmah
Semua Ada Tempatnya
Semua ibadah ada tempatnya, jika dilakukan bukan pada tempatnya akan sia-sia.
Oleh HASAN BASRI TANJUNG
OLEH HASAN BASRI TANJUNG
Kehidupan dunia adalah permainan dan senda gurau bagi siapa saja yang tidak mengerti tujuan hidupnya. Akan tetapi, orang yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, dunia adalah tempat menunaikan tugas kekhalifahan dan pengabdian. Tugas mulia tersebut akan bernilai kebajikan dan menjadi bekal kembali nanti.
Demikianlah cara pandang dunia tauhid (tawhid worldview) yang mengantarkan seorang Muslim dalam melihat dunia sebagai karunia yang mesti disyukuri. Sebaliknya, cara pandang sekulerisme menganggap dunia ini hanya tempat bermain-main belaka (QS al-Hadid [57]: 20).
Dalam Tafsir Al-Azhar, Prof Buya Hamka menegaskan bahwa dunia ini menjadi perhiasan yang melalaikan manusia. Diumpamakan Tuhan bahwa manusia bermain-main, senda gurau, berhias, bangga dengan pangkat dan kedudukan, dan banyak-banyakan anak dan harta benda.
Ketakjuban petani melihat hujan turun, jangan terlalu dibanggakan, karena pada hakikatnya tidaklah kita yang kuasa. Hendaklah hidup di dunia untuk menanam dan akhirat untuk memetik. Seperti kata pepatah, "Ad-dunya mazra`tul akhirah” (Dunia tempat menanam untuk akhirat).
Dunia tempat menanam untuk akhirat.
Agama memberikan tuntunan agar setiap orang bisa menempatkan diri di mana dan di hadapan siapa. Siapa saja yang menyadari keberadaan dirinya adalah orang yang beradab kepada Allah SWT dan manusia. Walaupun perbuatan baik, tapi kalau tidak pada tempatnya akan menjadi buruk.
Setidaknya, ada lima perkara yang mesti dipahami berkaitan dengan tempat.
Pertama, setiap orang ada tempatnya. Dalam kehidupan ini, seorang ditempatkan sesuai kemampuan atau keahliannya. Harga seseorang pun akan tinggi jika ia berada di tempat yang tepat. “The right man on the right place” (Orang yang tepat di tempat yang tepat).
Walaupun ia memiliki keahlian tapi di tempat yang salah, maka ia tidak akan dihargai. Imam shalat, misalnya, harus mumpuni dan tempatnya di depan. Khatib di atas mimbar agar dapat melihat jamaahnya.
Pemimpin berada di kantor pemerintahan dengan tanggung jawab yang besar. Pengusaha di area bisnis, petani di sawah/kebun, guru atau dosen di sekolah (kampus).
Kedudukan dan keilmuan menentukan posisi di hadapan orang lain (QS al-Muadalah [58]: 11). Setiap sesuatu mesti diletakkan pada tempatnya (Wadha’u kulla syai`ii fii mahallihi).
Kedua, setiap ibadah ada tempatnya. Agama Islam mengatur kehidupan manusia agar tertib, disiplin, dan bertanggung jawab. Seluruh aspek kehidupan seorang Muslim telah diatur sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan syariat Islam, yakni menjaga agama, kehormatan, harta, akal, dan keturunan.
Demikian juga ibadah, bukan hanya diatur waktunya, tetapi juga tempatnya. Shalat atau berzikir bisa di mana saja di muka bumi asalkan bersih seperti masjid (QS al-A’raf [7]: 29).
Ibadah haji ke Baitullah, wukuf di Padang Arafah, mengambil kerikil di Muzdalifah, melontar jumrah di Mina, tawaf di sisi Ka’bah, dan sa’i dari Shafa ke Marwah. Tempat suci dan maqbul di Raudhah, yakni antara rumah dan mimbar Nabi SAW.
Semua ibadah ada tempatnya, jika dilakukan bukan pada tempatnya akan sia-sia dan menimbulkan kemudhratan.
Ketiga, setiap perkataan ada tempatnya (Li kulli maqaal, maqaamun). Walaupun perkataan itu benar, tapi harus sesuai dengan tempat di mana ia diucapkan.
Pesan Nabi SAW, “Berkatalah yang baik atau diam.” (HR Muslim). Ada enam perkataan yang baik, yakni: (1) Qaulan ma’rufan, yakni yang dimengerti anak-anak yatim (QS an-Nisa' [4]: 5). (2) Qaulan sadiidan, yakni yang tegas di depan anak keturunan (QS an-Nisa' [4]: 9). (3) Qaulan balighan, yakni yang menembus kalbu orang yang buruk (QS an-Nisa' [4]: 63).
(4) Qaulan karimaan, yakni yang memuliakan orang tua (QS al-Isra' [17]: 23). (5) Qaulan maysuran, yakni yang mudah dicerna (QS al-Isra' [17]: 28). (6) Qaulan layyinan, yakni lemah lembut di hadapan penguasa (QS Thaha [20]: 44).
Keempat, setiap pekerjaan ada tempatnya. Setiap orang punya keahlian masing-masing dan ditempatkan pada bidangnya. Tapi, jika ia bekerja tidak sesuai keahliannya akan menimbulkan kerusakan (kerugian). Oleh karena itu, setiap orang berbuat sesuai dengan potensi, bakat, dan kecenderungan (QS al-Isra [17]: 84).
Ahli pertanian mengurus pertanian dan perkebunan. Ahli politik di pemerintahan dan parlemen. Ulama dan dai di tengah masyarakat. Arsitek mengurus struktur dan desain bangunan. Guru dan dosen mengajar di sekolah/kampus. Dokter mengobati pasien di rumah sakit dan seterusnya (QS al-An’am [6]: 135).
Nabi SAW bersabda, “Jika suatu pekerjaan dilakukan yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancuran" (HR Bukhari).
Kelima, setiap orang ada tempat kembalinya. Ketika ajal tiba, manusia akan masuk ke alam barzakh hingga hari kiamat. Kelak, manusia akan dihisab segala amal perbuatannya di dunia.
Lalu, dibagi menjadi dua kelompok, yakni ash-haabul yamiin (golongan kanan) dan ash-habusy-syimaal (golongan kiri). Golongan pertama, yakni orang beriman dan beramal saleh akan masuk ke surga (QS al-Baqarah [2]: 25). Sedangkan golongan kedua, yakni orang kafir dan munafik digiring ke neraka (QS an-Nisa' [4]: 140).
setiap orang ada tempatnya sesuai dengan kualitas iman, ilmu, amal, dan akhlaknya.
Syekh Ibnu Athaillah As-Sakandari dalam Al-Hikam menyebutkan bahwa Allah SWT menjadikan akhirat sebagai tempat untuk membalas para hamba-Nya yang beriman karena dunia ini tak dapat memuat apa yang kepada mereka hendak Dia berikan, dan karena kebaikan mereka terlalu tinggi bila harus dibalas di dunia yang tak berkekalan.
Akhirnya, setiap orang ada tempatnya sesuai dengan kualitas iman, ilmu, amal, dan akhlaknya. Boleh jadi ada orang baik yang berada di tempat yang salah atau orang salah di tempat yang baik, sehingga merugikan dirinya atau orang lain.
Jika hari ini kita belum mendapatkan apresiasi atau prestasi padahal memiliki kompetensi, boleh jadi karena berada di tempat yang tidak tepat.
Allahu a’lam bish-shawab.
Marxisme dan Marhaenisme: Kegagalan Historis
pada dataran global marxisme atau komunisme sebagai ideologi sebenarnya sudah tamat.
SELENGKAPNYAPengemis Online, Siapa yang Diuntungkan?
Ada sejumlah faktor yang melatarbelakangi munculnya fenomena pengemis online.
SELENGKAPNYABuah Kebaikan dan Jejak Kebaikan
Orang akan dikenang karena jejak kehidupannya, yaitu jejak kebaikan atau jejak keburukan.
SELENGKAPNYA