Hikmah
Bukti Syukur Nikmat
Bukti syukurnya adalah dengan giat beramal saleh dan beribadah.
Oleh NUR FARIDAH
OLEH NUR FARIDAH
Allah SWT selalu memberi manusia nikmat dan anugerah, baik itu berupa sesuatu yang tampak maupun tidak tampak, materiil maupun non-materiil.
Nikmat dan anugerah itu bahkan tak terhitung jumlahnya. Allah SWT berfirman, “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.” (QS an-Nahl [16]: 18).
Asy-Syinqithi dalam kitab Adhwa’ al-Bayan menjelaskan, manusia tidak mampu menghitung nikmat Allah SWT karena begitu banyaknya. Lalu, Allah SWT menyebutkan bahwa Dia Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Ini menunjukkan atas kekurangan manusia dalam bersyukur terhadap nikmat-nikmat tersebut.
Allah SWT akan mengampuni setiap orang yang memiliki kekurangan dalam bersyukur terhadap nikmat.
Namun, Allah SWT masih mengampuni siapa saja yang bertobat pada-Nya. Allah SWT akan mengampuni setiap orang yang memiliki kekurangan dalam bersyukur terhadap nikmat.
Manusia memang sering kali lupa tak mensyukurinya. Bisa jadi karena terlalu asyik menikmatinya, tenggelam dalam kegembiraan, dan terus-menerus mencari nikmat baru tanpa pernah puas. Atau bisa jadi pula karena merasa itu bukan dari Allah SWT melainkan dari hasil usaha sendiri.
Jenis pertama karena lalai sehingga perlu diingatkan, sementara jenis kedua memang karena ingkar; diingatkan pun bisa jadi tak akan mempan. Jenis kedua ini misalnya melekat pada sosok Qarun yang dikisahkan dalam Alquran.
Dengan nikmat dan anugerah itu, Allah SWT tidak minta balas budi manusia. Dia hanya meminta manusia mensyukurinya dan tidak mengingkarinya.
Syekh Abdul Qadir al-Jailani dalam kitab al-Ghunyah menyebutkan, hakikat syukur adalah mengakui nikmat yang diberikan Allah SWT diikuti perasaan tunduk pada-Nya. Jadi bersyukur tidak hanya sebatas di lisan, tetapi juga perbuatan atau beramal saleh sebagai manifestasi dari ketundukannya kepada Allah SWT.
Inilah syukur yang dilakukan Rasulullah SAW, seperti digambarkan dalam hadis. Aisyah menceritakan, Nabi SAW senantiasa bangun di malam hari lalu mengerjakan shalat begitu lama sampai pecah-pecah kedua kaki beliau.
Aisyah kemudian berkata, “Ya Rasulullah, kenapa engkau melakukan yang demikian, padahal Allah telah mengampuni dosamu yang telah lewat dan akan datang?” Beliau menjawab, “Apakah aku tidak suka menjadi hamba yang bersyukur?” (HR al-Bukhari).
Rasulullah SAW adalah hamba yang bersyukur karena hatinya tak pernah lalai untuk selalu mengingat nikmat Allah SWT. Bukti syukurnya adalah dengan giat beramal saleh dan beribadah. Ini pula yang seyogianya dilakukan orang beriman.
Ibnu Qudamah dalam kitab Mukhtashar Minhaj al-Qashidin mengatakan, hati yang hidup akan menggali segala macam nikmat yang diberikan Allah SWT lalu mensyukurinya. Adapun hati yang lalai tidak akan menganggap sebuah nikmat sebagai nikmat kecuali setelah musibah atau bencana menimpanya.
Jadi, syukurilah apa pun nikmat yang diberikan Allah SWT, meskipun itu dinilai kecil. Nabi SAW menegaskan, “Barang siapa tidak mensyukuri yang sedikit maka dia tidak akan mensyukuri atas yang banyak.” (HR Ahmad).
Wallahu a’lam.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Abu Yazid al-Busthami dan Sosok Lelaki Misterius
Lelaki misterius ini dikatakan akan menjadi tetangga Abu Yazid al-Busthami kelak di surga.
SELENGKAPNYAPara Penambang Pasir Tradisional di Kaki Gunung Merapi
Pasir dan batu merapi terkenal bagus untuk pembangunan rumah dan diburu pembeli.
SELENGKAPNYAKala Syekh Hasan al-Bashri Bersabar 20 Tahun
Selama 20 tahun, Syekh Hasan al-Bashri bersabar menghadapi tetangganya.
SELENGKAPNYA