
Kronik
Tank Jerman dan Trauma Perang Dunia II Rusia
Jerman menyerang Soviet pada 1941 berbekal ribuan tank.
OLEH FITRIYAN ZAMZAMI
Jerman akhirnya menyatakan akan mengirimkan tank-tank Leopard 2 milik mereka ke Ukraina untuk membantu melawan invasi Rusia ke negara tersebut. Selain itu, Jerman sebagai produsen tank-tank itu juga akan memberikan lampu hijau pada negara-negara NATO manapun yang hendak mengirimkan tank Leopard mereka ke Ukraina.
Pihak Rusia degan lekas mengaitkan kebijakan itu dengan trauma sejarah Eropa. “Dengan persetujuan pimpinan Jerman, tank tempur dengan salib Jerman akan kembali dikirim ke ‘Front Timur’, yang pasti akan menyebabkan kematian tidak hanya tentara Rusia, tetapi juga penduduk sipil,” kata Duta Besar Rusia untuk Jerman Sergey Nechayev dalam sebuah pernyataan, Rabu (25/1).
“Pilihan Berlin berarti penolakan terakhir Republik Federal Jerman untuk mengakui tanggung jawab historisnya kepada rakyat kami atas kejahatan Nazisme yang mengerikan dan abadi selama Perang Patriotik Hebat, dan pengabaian jalan sulit rekonsiliasi pasca-perang antara Rusia dan Jerman,” ujar Nechayev. Kejadian apa yang sebenarnya ia maksudkan?
Pada 1939, Eropa berada di tepian sebuah perang besar. Nazi yang berkuasa di Jerman mulai menjalankan aksi mereka meluaskan wilayah jajahan dengan dalih sebagai ruang hidup alias "Lebensraum" bagi ras Arya Kulit Putih yang mereka anggap paling unggul di dunia.

Pada masa-masa itu, Berlin dan Moskow sedianya punya kesepakatan nonagresi. Perjanjian itu memungkinkan Jerman beraksi mencaplok banyak wilayah di Eropa seperti Prancis dan Polandia.
Kendati demikian, Adolf Hitler sang pemimpin Nazi Jerman tak puas. Ia ingin meluaskan kekuasaannya lebih jauh ke Eropa Timur. Adangan terbesar untuk ambisi itu tentunya rezim komunis Uni Soviet Stalin yang disebut Hitler sebagai "Bolshevik Yahudi".
Dan akhirnya pada 18 Desember 1940, Hitler mengeluarkan Surat Perintah Fuhrer Nomor 21 yang memulai perencanaan panjang ekspansi ke timur. Tepat pada 22 Juni 1941, Operasi Barbarossa dijalankan. Barbarossa adalah julukan bagi kaisar Kekaisaran Suci Roma, Frederick I. Raja itu adalah pimpinan pasukan Jerman dalam Perang Salib.
Penggunaan tank sebagai alat utama sistem senjata pasukan Jerman dalam operasi itu kemudian dibangkitkan lagi ingatannya oleh Rusia terkait bantuan ke Eropa.

Imperial War Museum di Inggris mencatat, untuk melancarkan serangan pada 1941 itu Jerman mengarahkan 3,5 juta personel tentara termasuk gabungan dari negara-negara poros ke garis depan sepanjang 2.900 kilometer.
Sementara 17 divisi tank Panzer dilebur menjadi empat grup besar. Empat divisi itu berkekuatan total 3.400 tank. Pasukan itu juga didukung 2.700 pesawat Luftwaffe. Belum pernah ada kekuatan invasi sebesar itu dalam sejarah umat manusia, sebelumnya maupun sesudahnya.
Sementara di sisi Soviet, untuk mempertahankan wilayah disiapkan 5 juta prajurit dan 23 ribu tank. Terbukti nanti, tank-tank Uni Soviet ini ternyata kalah kelas dengan milik Jerman. Tank-tank Jerman saat itu memang dirancang untuk memenangkan pertempuran secara kilat, taktik perang yang mereka sebut Blitzkrieg.
Dalam penyerangan itu, tank Panzer II (Sd.Kfz.121) adalah tank utama Jerman. Nantinya, pertempuran dengan tank T-34 dan KV-1 milik Soviet dalam operasi ini lah yang menginspirasi pengembangan Panzer V yang dijuluki Panther. Sejak itu Jerman menyematkan nama-nama jenis kucing besar untuk tank mereka seperti jenis Tiger selepas Panther, dan akhirnya sekarang Leopard.
Pasukan Jerman kala itu menyerang melalui tiga sektor. Pasukan Utara menyerang melalui Laut Baltik untuk kemudian menyergap Leningrad. Pasukan Selatan bergerak melalui Ukraina lewat jalur Kiev lalu Donetsk. Di tengah pasukan bergerak melumpuhkan Minsk, Smolensk, dan akhirnya Moskow.

Jerman memulai perang secara efektif. Taktik perang Blitzkrieg mengejutkan pasukan Uni Soviet dan memaksa mereka mundur. Ratusan ribu pasukan tersebut terbunuh dalam waktu singkat. Pada Agustus 1941, tank-tank Jerman sedianya hanya berjarak sekitar 350 kilometer dari Moskow. Kendati demikian, Hitler memilih menguatkan pasukan di selatan dan utara.
Seperti sekarang, Ukraina berada di tengah-tengah pertempuran itu. Hitler menilai penaklukan wilayah kaya sumber daya alam itu lebih penting. Kiev kemudian disasar, sebanyak 650 ribu pasukan Soviet tewas di kota itu. Pasukan Jerman kemudian bergerak menaklukkan Krimea, kemudian Kharkov. Di selatan Nazi mengepung Leningrad selama 890 hari. Tak mampu menembus kota, Jerman kemudian membunuh banyak warga kota itu dengan kelaparan dan kedinginan.
Baru pada 2 Oktober 1941 Hitler memutuskan menyerang Moskow. Sebanyak sejuta prajurit dan 1.700 tank dikerahkan. Dalam perjalanan pasukan Jerman kembali menyerang dengan efektif, mengepung 650 ribu pasukan Rusia tertangkap di Bryansk and Vyazma, dan jalan menuju Moskow tampaknya bakal mudah.
Kenyataannya tak demikian. Keputusan Hitler menunda penyerangan Moskow membuat pasukan Jerman tiba pada musim dingin dengan jalan tanah berlumpur. Hal itu memperlambat pergerakan pasukan dan membuat Uni Soviet punya waktu merancang pertahanan. Pasukan Jerman hanya berhasil mendekati Moskow pada radius lima kilometer di luar kota itu.
Kemudian pada 5 Desember, Soviet melakukan serangan balasan yang membuat kocar-kacir pasukan Jerman dan akhirnya menggagalkan ambisi Hitler menguasai Soviet. Tank T-34 milik Soviet kala itu lebih cepat bermanuver di jalan berlumpur ketimbang tank-tank Jerman.

Sepanjang operasi hingga mundurnya Jerman dari Moskow, sejuta prajurit tewas di kubu Jerman dan sekutu mereka, sementara 4,5 juta pasukan tewas di sisi Soviet. Sementara sambil menjalankan Operasi Barbarossa, pasukan Jerman tak melupakan tugas mereka membasmi umat Yahudi. Sejarawan Holocaust Raul Hilberg mencatat sedikitnya 1,4 juta Yahudi dibunuh Jerman di sela-sela operasi itu.
Operasi Barbarossa juga memicu perang Eropa di Front Timur yang merupakan perang terbesar dan paling mematikan dalam sejarah umat manusia. Sepanjang empat tahun perang di lokasi itu hingga berakhirnya Perang Dunia II, lebih dari 26 juta orang Soviet meninggal termasuk sekitar 8,6 juta tentara Tentara Merah Soviet. Sekitar 1.710 kota Soviet dan 70.000 desa dihancurkan.
Operasi Barbarossa dan kekalahan Jerman yang mengikutinya juga mengubah lanskap politik Eropa, membaginya menjadi Blok Timur dan Blok Barat. Sejarawan David Glantz dan Jonathan House menegaskan bahwa Operasi Barbarossa sangat berpengaruh terhadap mentalitas militer Soviet yang runtuh pada 1991 dan Rusia yang berdiri setelahnya.
Negara itu merasa perlu memiliki jangkauan pengaruh ke negara-negara disekitarnya untuk mencegah terjadinya kembali serangan brutal seperti pada 1941 tersebut. Dan dalam kerangka berpikir itulah pada Februari 2022 mereka menyerang Ukraina yang ditakutkan akan bergabung dengan NATO sebagai perpanjangan Blok Barat di masa lalu. Serangan yang ironisnya justru mengundang kembali tank-tank dari Jerman yang terkenal mematikan itu.
AS Susul Jerman Kirim Tank ke Ukraina
Pemerintah Ukraina juga meminta pengiriman jet tempur.
SELENGKAPNYAJerman Terus Didesak Kirim Tank ke Ukraina
Korban meninggal perang Rusia-Ukraina mencapai ratusan ribu.
SELENGKAPNYAJerman Indikasikan Lampu Hijau Leopard untuk Ukraina
Rusia mengancam balasan lebih hebat bila Barat mengirim tank ke Ukraina.
SELENGKAPNYA