
Ekonomi
Petani Dilanda Puso
Banyak petani yang belum mengikuti asuransi pertanian.
KUDUS -- Bencana banjir yang terjadi beberapa waktu lalu menyebabkan lahan pertanian di sejumlah daerah mengalami puso. Para petani pun harus menanggung rugi karena belum semuanya mengikuti program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).
Di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, banjir menyebabkan ribuan hektare lahan pertanian terdampak. Sebagian besar lahan mengalami gagal panen. Anggota Kelompok Tani (Poktan) Tunas Karya, Desa Gulang, Kabupaten Kudus, Prihanto (42 tahun), mengatakan, kelompok tani mereka belum mengikuti program AUTP karena anggota-anggota di dalam poktan belum mencapai kesepakatan.
Celakanya, lahan persawahan di desa ini menjadi salah satu kawasan pertanian yang terdampak cukup parah akibat banjir. “Kalau dihitung total, luasan lahan pertanian yang puso mencapai lebih dari 700 hektare,” kata Prihanto, Selasa (24/1).
Dia mengatakan, kerugian yang harus ditanggung anggota poktan Tunas Karya cukup besar. Akan tetapi, ia enggan menyebutkan angka kerugian tersebut.
Menurut Prihanto, gagal panen sudah menjadi risiko petani. Para petani pun akan tetap menyiapkan penanaman kembali jika banjir sudah surut. Kendati demikian, ia berharap ada dukungan (bantuan) dari Pemkab Kudus. “Terutama bantuan bibit padi dan akses pupuk juga dipermudah bagi anggota poktan, guna kebutuhan masa tanam berikutnya,” kata Prihanto.

Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus, banjir yang terjadi di sejumlah kecamatan di Kabupaten Kudus telah mengakibatkan sekitar 3.700 hektare lahan pertanian tergenang banjir. Kabid Tanaman Pangan dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus, Dewi Masitoh, mengungkapkan, dari jumlah lahan terdampak banjir tersebut, sebanyak 3.489 hektare lahan pertanian mengalami puso atau gagal panen.
Jumlah lahan pertanian yang terdampak banjir tersebut tersebar di wilayah Kecamatan Mejobo, Jati, Kaliwungu, Jekulo serta wilayah Kecamatan Undaan. Dewi juga mengamini, dalam mengantisipasi kerugian petani akibat puso, Pemkab Kudus sebenarnya telah menggulirkan program AUTP. Namun, minat kepesertaan dari kalangan petani masih cukup rendah. Akibatnya, belum semua lahan pertanian yang mengalami puso terlindungi oleh AUTP.
“Hanya sekitar 417 hektare lahan pertanian yang telah memanfaatkan AUTP pada musim tanam pertama (MT-1),” ungkapnya.
Sebetulnya, lanjut Dewi, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus telah membuka kesempatan AUTP hingga mencapai 2.000 hektare. Namun, petani yang memanfaatkan asuransi tersebut baru sebagian kecil. Kini, para petani yang mengalami puso baru mengajukan kepesertaan AUTP.
“Untuk jaminan pengganti kerugian akibat puso pada musim tanam pertama hanya mencakup 417 hektare lahan saja yang sudah terdaftar,” ujar Dewi.

Dewi menjelaskan, ada sejumlah persyaratan untuk mencairkan AUTP. Syarat utamanya adalah sawah mengalami puso mencapai 75 persen. “Selain itu juga ada proses verifikasi dari tim atau petugas asuransi,” kata dia.
Di Provinsi Jawa Barat, banjir luapan air sungai yang terjadi di sejumlah wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat, dilaporkan berdampak pada puluhan hektare sawah. Akibat banjir, padi di sejumlah sawah puso.
Menurut Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Kabupaten Garut dari Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat, Ahmad Firdaus, banjir luapan air sungai pada Jumat (20/1) berdampak pada area persawahan di tiga kecamatan. Di wilayah Desa Karangsari, Kecamatan Pakenjeng, ada 30 hektare sawah padi yang terdampak banjir. Dari jumlah tersebut, seluas 16 hektare lahan mengalami puso. Sementara di Desa Jayabaya, Kecamatan Mekarmukti, seluas 28 hektare sawah terdampak banjir dan 21 hektare mengalami puso.
Ahmad mengatakan, jajaran Dinas Pertanian Garut sudah meninjau lahan pertanian yang terdampak banjir dan mengecek kerusakan tanaman serta saluran irigasinya. Menurut dia, kerugian akibat banjir diperkirakan mencapai Rp 2 miliar.
Petani yang tanaman padinya rusak dan puso, tetapi sawahnya belum terdaftar program AUTP, akan mendapatkan bantuan benih dari Dinas Pertanian Garut. Bantuan benih tersebut diharapkan dapat membantu petani agar bisa kembali menanam.

Puso juga melanda lahan pertanian di Kabupaten Tangerang. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Tangerang mencatat ada ratusan hektare sawah mengalami puso akibat terendam banjir yang terjadi sepanjang Desember 2022 hingga Januari 2023 saat cuaca ekstrem terjadi.
Data DPKP Kabupaten Tangerang menunjukkan, ada sebanyak 217 hektare sawah di Kabupaten Tangerang yang terendam banjir. Dari jumlah tersebut, sekitar 52 persen atau 113 hektare mengalami puso atau tidak mengeluarkan hasil. Ratusan hektare sawah yang mengalami puso meliputi tujuh kecamatan di Kabupaten Tangerang, yakni Kecamatan Tigaraksa, Panongan, Cisoka, Gunung Kaler, Jayanti, Kresek, dan Balaraja.
"Data ini kami peroleh dari petugas POPT (Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman, Red) setelah hasil monitoring pascabanjir terhadap luasan sawah yang terdampak banjir," kata Kepala DPKP Kabupaten Tangerang Asep Jatnika Sutrisno, beberapa hari lalu.
Berdasarkan perhitungan, Asep menyebut total kerugian akibat banjir tersebut mencapai sekitar Rp 344 juta. Kisaran kerugian ratusan juta itu meliputi biaya benih, olah tanah, penanaman, obat-obatan, hingga pemeliharaan.