Secangkir kopi (ilustrasi) | Unsplash/Jakub Dziubak

Keluarga

Meluruskan Mitos Kopi dan Kejang Bayi

Sampai saat ini tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan kalau kopi itu bisa mencegah kejang.

Sebuah video tentang bayi yang diberi kopi oleh sang ibu menjadi viral di TikTok. Dalam video itu, pengguna TikTok Adinda Yana, yang memiliki akun Kayess9, menyeduh minuman kopi instan dan menyuapkannya kepada bayinya yang berumur tujuh bulan menggunakan sendok.

Alasan Adinda memberikan kopi instan itu karena menganggapnya mengandung susu. Perempuan yang berdomisili di Makassar, Sulawesi Selatan, itu memberikan kopi susu instan sebagai ganti dari susu kental manis yang sebelumnya juga dia berikan kepada putranya.

"Bayi minum kopi Good Day kan ada susunya, daripada dikasih susu (kental manis) Frisian Flag katanya nda ada susunya. Kemarin-kemarin bayi buang air besar (BAB) 10 kali sehari, sejak minum susu kopi sekarang dia BAB sembilan kali sehari," tulis Adinda di videonya.

Pada deretan video sebelumnya, Adinda menyampaikan bahwa putranya yang bernama Azkayas itu lahir tanpa kasih sayang seorang ayah. Dia pun "curhat" lewat sejumlah video tentang kesulitan finansial untuk memberikan asupan yang tepat untuk Azkayas.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Nadia alaydrus (@nadialaydrus)

 

Sejak usia setengah bulan, Azkayas minum air susu ibu (ASI) dibantu susu formula merek tertentu karena ASI Adinda tidak lancar. Menginjak usia Azkayas empat bulan, Adinda mengaku beralih memberinya susu kental manis karena kesulitan menemukan susu formula dalam kemasan kecil yang terjangkau olehnya.

Alih-alih simpati terhadap kesulitan Adinda, mayoritas warganet justru melontarkan kritik pedas. Pasalnya, di beberapa video lain Adinda memberikan bayinya makanan nasi ayam pedas hingga nasi goreng, yang tidak diolah menjadi MP-ASI sesuai usia bayi. Tidak sedikit yang menandai akun Kak Seto, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), hingga para dokter yang eksis di TikTok.

"9x sehari itu diare njir. Sehat-sehat ya nak, ga bisa beli susu malah beli kopi," kata seorang warganet dengan akun Paperkuy Indonesia di kolom komentar. "Pentingnya ekonomi mapan dan ilmu parenting sebelum menikah," tutur warganet lain pemilik akun Oirykuu.

"Kak, kalau ga ada uang buat beli susu datang ke puskesmas. Minta susu ke sana, minta biskuit bayi juga, makanan bayi gratis di puskesmas kak," ujar warganet bernama Luluk Larasmawati.

Pertanyaannya, apakah bayi dan anak-anak perlu minum kopi? Jawaban singkatnya adalah tidak.

Dikutip dari laman Healthline, Selasa (24/1/2023), American Academy of Pediatrics (AAP) mengimbau agar bayi, anak-anak, bahkan remaja sebaiknya tidak minum minuman yang mengandung kafein.

Bagi orang dewasa, minuman berkafein, termasuk kopi, mungkin memberikan efek merasa lebih waspada, segar, berenergi, dan siap menangani daftar tugas yang panjang. Itu karena tubuh orang dewasa dapat memproses kafein dengan efektif.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

 

Sementara itu, tubuh bayi dan anak-anak tidak dapat menangani kafein dengan mudah. Jumlah sekecil apa pun dapat memengaruhi fungsi tubuh mereka. Bayi mungkin bereaksi terhadap kafein dengan menunjukkan kegelisahan atau muncul gejala seperti kolik.

Penelitian menunjukkan, efek kafein akan bertahan tiga hingga tujuh jam sejak pertama kali masuk ke dalam aliran darah orang dewasa. Periode waktu itu disebut waktu paruh, yakni lama waktu yang diperlukan tubuh untuk menghilangkan sebagian zat yang dikonsumsi.

Karena fungsi tubuhnya berbeda dengan orang dewasa, waktu paruh kafein pada bayi berkisar antara 65 dan 130 jam. Hal tersebut mengingat ginjal dan hati yang belum matang. Kafein mungkin tertinggal di tubuh bayi untuk waktu yang lebih lama. Karena itu, lebih baik memberikan asupan minuman untuk bayi berupa susu dan air dalam jumlah yang sesuai.

Dampak buruk kopi pada bayi

photo
Petani menunjukkan kopi kepada pengunjung pada Festival Coffee Rajadesa Art and Culture di Bumi Perkemahan Rangga Mandala Gunung Gede, Desa Purwaraja, Kecamatan Rajadesa, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Sabtu (17/9/2022). - (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)

Dokter Nadya Alaydrus melalui akun media sosialnya menjelaskan, ada beberapa dampak buruk pemberian kopi terhadap bayi. Menurut dia, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tidak merekomendasikan pemberian kafein pada anak di bawah 12 tahun dan anak 12 sampai 18 tahun itu hanya boleh mengonsumsi kafein 100 miligram per hari.

"Karena kopi itu dapat mengurangi penyerapan zat besi dalam tubuh yang masih dibutuhkan untuk perkembangan otak," ujar Nadia dalam postingannya.

Nadya kemudian menambahkan, "Tapi katanya kopi itu bisa mencegah bayi kejang? Itu hoax ya guys," katanya.

Ia mengungkapkan, sampai saat ini tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan kalau kopi itu bisa mencegah kejang. "Malah justru kalau lagi kejang diberikan kopi itu bisa meningatkan risiko karena bisa terjadi tersedak," ujarnya.

Nadya menambahkan, apalagi kalau bayi usianya di bawah enam bulan, bayi tidak boleh mengonsumsi apa pun selain ASI. Ia juga menjelaskan, pada bayi dan anak-anak, sistem pencernaan dan enzim pencernaannya belum terbentuk sempurna seperti orang dewasa, sehingga belum mendukung untuk mencerna kopi.

Selain itu, dr Nadya mengatakan, zat stimulan seperti kafein itu juga membuat jantung berdetak lebih cepat, sehingga meningkatkan denyut jantung pada bayi.

Dampak lainnya, menurut Nadya, adalah dapat mengganggu penyerapan kalsium. Bayi juga bisa menjadi gelisah dan rewel. Selain itu, bayi bisa mengalami insomnia dan membuat nafsu makannya semakin menurun. 

"So please stop dan jangan pernah ada lagi yang ngasih kopi pada bayi," ajak Nadya di akhir video.

 

 
Pada bayi dan anak, sistem dan enzim pencernaannya belum terbentuk sempurna.
DR NADYA ALAYDRUS
 
 

Trik Menyimpan Bawang Bombay Hingga Enam Bulan

Bawang bombay yang sudah dipotong-potong sebaiknya disimpan di dalam kulkas.

SELENGKAPNYA

Anestesi Spinal Gagal Ketika Sesar, Haruskah Suntik Ulang?

Anestesi spinal dilakukan lagi atau tidak, sangat berkaitan dengan seberapa cepat operasi harus dilakukan.

SELENGKAPNYA

Alquran Dibakar, Kans Swedia ke NATO Menipis

Tanpa persetujuan Turki, Swedia tak bis ajadi anggota NATO.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya